Jumat, 17 Juli 2020

Kemhan Dorong Indhan Kembangkan Faskes untuk Lawan COVID-19

Baru-baru ini, Kementerian Pertahanan (Kemhan) mendorong Industri Pertahanan (Indhan) untuk mengembangkan fasilitas kesehatan dalam negeri yang inovatif. Faskes tersebut diharapkan bisa membantu pemerintah menangani pandemi virus Corona COVID-19.
"Memperkuat alat kesehatan menjadi salah satu prioritas pemerintah, khususnya Kementerian Pertahanan (Kemhan) dalam melawan pandemi. Kita ingin punya faskes yang mumpuni dan hasil produksi Indhan dalam negeri sesuai arahan Pak Presiden Jokowi," kata Wakil Menteri Pertahanan RI Sakti Wahyu Trenggono kala melihat Fasilitas Manufaktur Biosafety Level milik Pindad di Bekasi, Kamis (16/7/2020).

Dalam kunjungan terkait dengan peninjauan fasilitas, Wamenhan melihat langsung prototype lab BSL 2+ (BSL 3) lengkap dengan ruang positif pressure dan ruang isolasi neg-nya. Di prototype tersebut adapula juga peralatan tes PCR, dan BSC untuk sampel dan hasil uji.

Bio Safety Level atau level keselamatan biologi adalah level atau tingkatan keselamatan yang diperlukan dalam penanganan agen biologi. Contoh agen biologi kategori keselamatan biologi level 3 antara lain anthrax, HIV, SARS, tubercolosis, virus cacar, thypus, dan avian influenza.

"Lab BSL2+ ini merupakan terobosan yang sangat baik dalam rangka untuk mendorong mewujudkan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan. Hal yang harus diperhatikan adalah Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) ditingkatkan terus. Sesuai instruksi Pak Presiden, harus diprioritaskan pengembangan ekosistem dalam negeri," katanya.

Inovasi Bus Mobile Laboratorium BSL-2+ yang dibuat Pindad diharapkan bisa membantu memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dengan mempercepat waktu pemeriksaan pasien dengan tes PCR. "Pelaksanaan PCR test itu membutuhkan sarana laboratorium untuk melaksanakan testing dan tracing terutama daerah yang menjadi episentrum. Kehadiran Mobile Lab BSL2+ ini akan bisa menjawab tantangan kecepatan dan penetrasi wilayah," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, direktur utama Pindad Abraham Mose menjelaskan Bus Mobile Laboratorium BSL-2+ yang dibuat perseroan menggunakan standar WHO. Selain itu saat ini tengah dalam proses sertifikasi dari lembaga kesehatan internasional di bawah naungan PBB.

"Prototype sekarang hasil kerjasama dengan RS Yarsi. Kita punya kapasitas produksi sebulan untuk 15 unit dengan TKDN sudah 62%," jelas Abraham.

Survei Ungkap 21 Persen Warga Surabaya Masih Percaya Corona Buatan Manusia

Banyaknya teori konspirasi COVID-19 yang beredar membuat sebagian masyarakat merasa bingung terkait asal-usul penyakit ini. Salah satunya teori yang mengatakan virus Corona adalah penyakit buatan manusia.
Menurut survei yang dilakukan LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab NTU terhadap 2.825 warga Surabaya, sekitar 21 persen responden masih percaya virus Corona adalah buatan manusia. Sedangkan, 26 persen lainnya meyakini virus Corona bukanlah buatan manusia.

"Sementara 53 persen mayoritas tidak tahu. Artinya, ada ruang kosong di sini dari 53 persen ini beralih menjadi percaya atau tidak percaya," kata Sulfikar Amir, associate professor sosiologi kebencanaan dari Nanyang Technological University Singapura dalam webinar persepsi risiko Surabaya terhadap COVID-19, Kamis (16/7/2020).

Selain itu, Sulfikar menjelaskan dari sisi pengetahuan lainnya terkait COVID-19 pada warga Surabaya, sebanyak 65 persen dari 2.825 orang telah memahami kalau iklim tropis tidak akan menjamin Indonesia bisa aman dari virus Corona.

"Jadi 65 persen itu paham mengenai COVID-19 karena mereka tidak percaya COVID-19 akan hilang dalam situasi iklim tropis," jelas Sulfikar.

"Sementara ada 20 persen yang percaya bahwa Indonesia itu aman dan 15 persen tidak tahu," tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar