Rabu, 08 Juli 2020

Pasien COVID-19 Ini Sembuh Setelah Jalani Transplantasi Paru Ganda

Seorang wanita usia 50 tahun asal Korea Selatan yang didiagnosis terinfeksi virus Corona COVID-19 akhirnya pulih setelah menjalani operasi transplantasi paru ganda. Ia dirawat di rumah sakit selama 16 minggu dengan bantuan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO), perangkat medis yang digunakan untuk menggantikan fungsi paru-paru pada manusia.
Profesor pengobatan paru-paru dan perawatan klinis di Hallym University Sacred Heart Hospital, Dr Park Sung-Hoon, mengatakan berbagai obat-obatan sudah digunakan untuk mengobati pasien tersebut. Mulai dari obat antimalaria hydroxychloroquine hingga pengobatan HIV dan steroid tidak bisa menghentikan fibrosis pada paru-parunya. Cara terakhirnya dengan melakukan transplantasi paru-paru.

"Kemungkinan keberhasilan dari transplantasi paru pada pasien ECMO hanya sebesar 50 persen. Dan untungnya, pasien kami ini sudah siap dan telah menemukan donor yang tepat," kata direktur program ECMO, Dr Kim Hyoung-Soo, yang dikutip dari Reuters, Rabu (8/7/2020).

Saat datang ke rumah sakit, pasien tersebut memang sudah mengidap sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Dr Park mengatakan pasiennya itu sudah tidak bisa hidup tanpa bantuan mesin ECMO. Mesin ini biasanya digunakan untuk pasien yang kondisinya parah dan memiliki kemungkinan meninggal sampai 90 persen.

Proses operasi ini berlangsung selama delapan jam. Para dokter pun menggambarkan paru-parunya yang hancur itu keras seperti batu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Korea, prosedur transplantasi paru-paru sendiri di Korea Selatan kurang umum dibandingkan transplantasi ginjal dan jantung.

Seorang perawat Kepala Program ECMO yang merawat pasien tersebut sejak Februari 2020 lalu, Lee Sun-Hee, mengatakan semangat untuk hidup pasien tersebut sangat kuat. Bahkan hal pertama yang akan pasien sembuh itu lakukan sangat mengejutkan.

"Ingin mandi," kata Lee Sun-Hee.

Pasien tersebut akan diperbolehkan pulang setelah otot dadanya sudah cukup kuat untuk mendukungnya bernapas seperti biasanya, pasca operasi transplantasi paru-paru.

Keluarga Pasien di Bolivia Tinggalkan Peti Mati Korban Corona di Jalanan

 Keluarga korban virus Corona di Bolivia meninggalkan peti mati kerabat mereka di jalanan selama beberapa jam pada Sabtu kemarin. Mereka mengaku kesulitan dalam proses pemakaman kerabatnya di tengah pandemi Corona.
Dikutip dari New York Daily News, petugas pemakaman akhirnya tiba untuk mengambil peti mati kerabat mereka yang ditinggalkan di pegunungan Andes, Bolivia. Sehingga akhirnya bisa dikuburkan, demikian lapor The Associated Press.

Keluarga yang kemungkinan menjadi korban virus Corona di Bolivia meninggalkan peti mati kerabat mereka di jalan memprotes kesulitan mengubur orang yang dicintai di tengah pandemi Corona. "Korban berusia 62 tahun, seorang pria yang diduga meninggal akibat virus Corona tetapi tubuhnya belum dipindahkan dari rumahnya karena berisiko terjadinya penularan," kata tetanggaRembertoArnez kepada media setempat.

"Kota ini dihuni sekitar 630.000 dan kebetulan mengumpulkan sekitar 17 mayat sehari," kata Kolonel Polisi Iván Rojas di sebuah konferensi pers.

Meskipun para pejabat menyiapkan 250 plot pemakaman baru untuk pemakaman utama di Cochabamba, mayat yang dikumpulkan saat ini dikremasi jumlahnya sedikit, demikian penjelasan Menteri Tenaga Kerja nasional Óscar Mercado kepada wartawan.

"Oven krematorium kecil. Di situlah mayat dikumpulkan," kata Mercado.

Dikutip dari Worldometers Corona, Bolivia telah mengkonfirmasi lebih dari 41.545 kasus dan 1.530 kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar