Sabtu, 30 November 2019

Perjalanan Grab dari Startup hingga Jadi Decacorn Pertama Asia Tenggara

Valuasi atau nilai perusahaan Grab dipastikan telah mencapai US$ 10 miliar lebih setelah mengumumkan diri telah menjadi startup berstatus decacorn. Grab resmi menjadi decacorn pertama di Asia Tenggara.

Melihat perjalanan bisnisnya, berdasarkan rilis resmi profil perusahaan yang dilihat detikFinance, Kamis (28/2/2019), Grab pertama kali meluncurkan layanan GrabTaxi pada Juni 2012. Namun saat itu Grab belum mengaspal di Indonesia.

Pada Juli 2013, Filipina adalah negara pertama di mana Grab mulai membuka pasar. Jelang 3 bulan, tepatnya Oktober, Grab memperluas pasar ke Thailand dan Singapura.

Di awal 2014, yaitu Februari, Grab mulai melayani pasar di Vietnam. Baru kemudian di pertengahan 2014, tepatnya Juni, Grab mulai merambah pasar di Indonesia.

Grab akhirnya meluncurkan layanan GrabCar pada Juli 2014, disusul GrabBike pada November. Setahun kemudian, yakni 2015, Grab meluncurkan 2 layanan baru, yaitu GrabExpress di Juli, dan GrabHitch di November.

Pada 2016, Grab makin gencar berinovasi dengan meluncurkan layanan pembayaran digital yaitu GrabPay pada Januari, GrabFood di bulan Mei, Grab for Business di Juni, GrabPay Credits dan GrabShare di Desember.

Grab, mengeluarkan lebih banyak lagi layanan baru di 2017, yaitu GrabCoach, GrabShuttle, JustGrab, GrabNow, P2P Fund Transfer, Grab Rewards, Merchant Payment. Grab juga masih ekspansif di 2017 dengan membuka pasar di Myanmar pada Maret, dan Kamboja pada Desember.  http://nonton08.com/nice-mother-in-law/

Pada Maret 2018, Grab mengakuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara. Di tahun yang sama Grab juga meluncurkan inovasi baru yaitu Grab Ventures, Grab Platform, GrabFresh, dan GrabWheels.

Sudah Ada Startup RI yang Mau Susul Grab Jadi Decacorn?

Grab mengumumkan diri telah menjadi startup berstatus decacorn pertama di Asia Tenggara. Artinya dia telah memiliki valuasi atau nilai perusahaan di atas US$ 10 miliar yakni setara Rp 140 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS).

Indonesia sendiri juga punya startup dengan valuasi besar, namun belum ada yang 'pecah telur' menjadi decacorn. Startup terbesar buatan anak bangsa masih berstatus sebagai unicorn yang valuasinya di atas US$ 1 miliar tapi belum tembus US$ 10 miliar.

Unicorn Indonesia adalah Go-Jek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka. Bila melihat valuasi nilai dari empat startup di atas, tampaknya Go-Jek bakal lebih dulu menjadi decacorn.

Go-Jek belum lama ini mendapat pendanaan terbarunya dari Google, Tencent dan JD.com. Valuasi Go-Jek saat ini mencapai US$ 9,5 miliar, atau mendekati US$ 10 miliar sebagai syarat menjadi decacorn.

Berikutnya adalah Tokopedia yang berpotensi menjadi decacorn. Startup tersebut sejauh ini tercatat memiliki nilai perusahaan sebesar US$ 7 miliar.

Terakhir, Tokopedia mendapat pendanaan baru sebesar US$ 1,1 miliar. Pendanaan ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group dengan partisipasi Softbank Ventures Korea, serta investor-investor Tokopedia sebelumnya.

Bagi Traveloka dan Bukalapak tampaknya harus menunggu lebih lama lagi untuk berubah jadi decacorn. Saat ini valuasi Traveloka adalah US$ 2 miliar, dan Bukalapak adalah US$ 1 miliar. Namun bukan tidak mungkin keduanya lebih dulu menjadi decacorn bila mendapat suntikan modal besar.  http://nonton08.com/laskar-pemimpi/

Modal Rp 50 Ribu, Batok Kelapa Bisa Cetak Omzet Rp 10 Juta

Batok kelapa biasanya hanya akan jadi arang untuk bakar daging atau ikan. Namun, batok kelapa juga bisa diolah menjadi berbagai ragam aksesoris yang menghasilkan cuan.

Hal itu sebagaimana dilakukan Fadli Lidra asal Payakumbuh, Sumatera Barat. Ia menjual beragam aksesoris dari batok kelapa seperti cincin, kalung, hingga jam tangan dengan nama brand Sayak.co.

Fadli mengaku punya hobi seni kerajinan sejak duduk di bangku sekolah. Tapi, ia benar-benar memanfaatkan peluang untuk menjadikannya bisnis di tahun 2015. Ia mengambil batok kelapa sebagai objek karena banyaknya batok kelapa tak terpakai di tempat tinggalnya.

"Dari sekolah dulu udah suka seni-seni kaya gini bikin karya, dari macam-macam karena di sini banyak batok nggak kepakai. Batok dijadiin buat bakar-bakar, jadi ada ide yang lebih kaya aksesoris," katanya kepada detikcom, Jumat lalu (29/11/2019).

Batok ialah material utama dalam bisnis ini. Ia bisa mendapatkan batok itu dengan cuma-cuma. Dia bilang, modal bisnis untuk menjalankan Sayak hanya Rp 50 ribu untuk melengkapi alat.

"Kalau modal awal nggak sampai Rp 50 ribu. Soalnya batok nggak beli kan. Alatnya manual semua," tambahnya.

Untuk membuat kerajinan bukan perkara sulit bagi Fadli karena punya pengalaman. Yang menjadi tantangan untuk menjalankan bisnis ialah penerimaan masyarakat terhadap karyanya. Serta dukungan pemerintah daerah untuk pekerja seni.

Namun, Fadli tak menyerah. Ia mendorong pemasarannya lewat Instagram. Kemudian, ia masuk ke event-event agar produknya semakin populer. http://nonton08.com/my-little-baby-jaya/

Benar saja, bisnis yang bermodal Rp 50 ribu ini terus berkembang. Dari semula hanya menerima 8 order sebulannya saat mengawali bisnis, kini bisa mencapai 30 order.

Harga aksesoris yang jual bervariarif, untuk cincin Rp 50 ribu sampai dengan Rp 350 ribu untuk jam tangan. Omzetnya saat ini rata-rata ialah Rp 4,5 juta hingga Rp 5 juta sebulan. Namun, omzetnya bisa tembus Rp 10 juta jika ia rajin ikut pameran.

"Ya namamya usaha, kadang tembus (Rp 10 juta), kadang ya segitulah (Rp 4,5 juta-Rp 5 juta)," imbuhnya.

Untuk mendapatkan produk Sayak bisa melalui Instagram di @sayak.co. Di Instagram itu juga memuat kontak Whatsapp untuk melayani pesanan.

Survei: GrabWheels Datangkan Penghasilan Tambahan

Moda transportasi ramah lingkungan seperti skuter listrik, sejatinya tidak hanya memberikan manfaat bagi penggunanya dalam melangsungkan aktivitas, tetapi juga membawa dampak ekonomi secara signifikan bagi pengguna dan mitra penyedia area parkir GrabWheels.

Hal ini terlihat dari survei yang baru-baru ini dilakukan oleh Grab Indonesia, sebanyak 85% responden setuju GrabWheels menciptakan peluang untuk penghasilan tambahan seseorang. Selanjutnya, 81% responden juga setuju GrabWheels menambah daya tarik usaha.

Sementara, Grab juga mencatat sebanyak 61% pengguna setuju bahwa GrabWheels atau skuter listrik ini telah membantu mengurangi biaya transportasi. Adapun hasil survei yang berdampak pada ekonomi ini melibatkan 68 mitra UMKM penyedia parkir GrabWheels.

Sebagai informasi, survey ini dilakukan Grab Indonesia untuk mengetahui dampak sosial yang dihadirkan skuter listrik ini terhadap pengguna dan masyarakat pada 28 November 2019 kepada 3.107 responden, dengan 28% (858) orang di antaranya adalah pengguna GrabWheels dan 72% (2.249) adalah bukan pengguna GrabWheels.

Sejauh ini, GrabWheels sudah tersebar di area perkotaan hingga bandara. Seperti, di Green Office Park (BSD City), Lippo Karawaci, Bintaro, Universitas Indonesia, Soekarno-Hatta International Airport T3, sekitar Gelora Bung Karno dan berbagai tempat lainnya di Jakarta. Skuter listrik ini juga terus meluncur secara bertahap di beberaoa lokasi di Indonesia. https://nonton08.com/king-arthur-and-the-knights-of-the-round-table/