Minggu, 01 Desember 2019

Era Bakar Uang OVO Cs Selesai, No More Cashback?

Masa bakar uang atau promosi besar-besaran di industri fintech sistem pembayaran disebut-sebut akan segera selesai. Hal ini karena perusahaan juga harus mendapatkan keuntungan untuk melanjutkan bisnisnya ke depan.

Sebelumnya, bos Lippo Group Mochtar Riady mengungkapkan Lippo melepas saham di OVO karena tak kuat lagi melakukan promosi besar-besaran alias bakar uang. Nah jika masa bakar uang selesai, artinya tak ada lagi promosi. Maka tak akan ada lagi cashback untuk pengguna?

Direktur riset CORE Indonesia, Piter Abdullah menjelaskan program promo besar-besaran yang dilakukan untuk bisnis digital memang seharusnya bersifat jangka pendek.

"Pada akhirnya investor akan back to earth jika hakikat bisnis adalah mencari keuntungan bukan sekadar mencari valuasi yang didasarkan jumlah user atau engagement," kata Piter saat dihubungi detikcom, Minggu (1/12/2019).

Dia mengungkapkan, pengguna juga harus bisa memahami bahwa berbagai promo, cashback bonus poin itu pada akhirnya akan berakhir. "Pada saatnya kita akan menggunakan ewallet atau emoney sesuai dengan kelebihan yang ditawarkan tanpa harus ditambah dengan promosi yang besar," jelas dia.

Sebelumnya OVO memang memberikan banyak cashback berupa poin kepada setiap pengguna jika berbelanja di merchant yang bekerja sama dengan OVO. Cashback yang diberikan tak tanggung-tanggung bahkan mencapai Rp 25.000 per transaksi.

Sebelumnya Lippo Group mengungkap, perusahaan mau tak mau mesti melepas sebagian sahamnya di dompet digital OVO. Kini, Lippo masih menggenggam saham OVO di bawah naungan PT Visionet International sekitar 30%.

Pelepasan sebagian saham ini diutarakan langsung oleh sang pendiri sekaligus Chairman Grup Lippo Mochtar Riady dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC), Kamis (28/11/2019) dikutip dari CNBC Indonesia.

"Bukan melepas, adalah kita menjual sebagian. Sekarang kita tinggal sekitar 30-an persen atau satu pertiga. jadi dua pertiga kita jual," ujar Mochtar.

Waspada Cashback Factor (1)

Anda pernah dengan yang namanya latte factor? Pasti tahu dong ya, di mana orang, kebanyakan generasi milenial membuang-buang uang untuk ngopi sore alias kalau di Indonesia dikenal dengan istilah ngopi cantik.  http://cinemamovie28.com/kidnap-capital/

Mengapa ngopi yang puluhan ribu itu kemudian menjadi pembicaraan? Karena ketika saya dulu tinggal di Amerika, harga secangkir kopi itu hanyalah 25 sen atau setara dengan Rp 3.500 saja.

Kalaupun anda duduk di suatu diner (restoran 24 jam untuk sarapan, makan siang dan makan malam), maka harga secangkir kopi tidak lebih dari US$ 1 atau setara dengan Rp 14.000 dan itu pun anda bisa minum kopi sepuasnya alias all you can drink.

Nah ngopi cantik seperti di Starbucks atau Coffee Bean ini kemudian menjadi bermasalah ketika anda harus membayar US$ 5-7 untuk secangkir kopi atau setara dengan di atas Rp 60.000.

Mengapa orang mau membayar mahal 5-7x lipat untuk kopi yang mirip yang ditawarkan dari tempat-tempat terkenal tersebut? Sementara hal ini dilakukan secara rutin setiap hari. Hal inilah yang kemudian memicu lahirnya istilah Latte Factor tersebut.

Sementara dalam artikel sebelumnya saya membahas di Indonesia pun sekarang juga dimulai dengan adanya e-wallet factor. Apa itu e-wallet factor?

Secara sederhana adalah memulai kebiasaan berbelanja dengan menggunakan dompet digital sesuai dengan arahan pemerintah. Permasalahan yang muncul hampir sama dengan latte factor di mana orang-orang, di Indonesia, kemudian justru boros dalam membelanjakan uangnya karena factor kemudian bertransaksi dengan menggunakan dompet digital tersebut.

Bahkan transaksi toko online dan market place pun juga mempermudah proses pembayaran dengan menggunakan dompet digital ini.

Tulisan kali ini akan membahas kelanjutan dari e-wallet factor tadi, saya namakan dengan istilah cash-back factor. Yes, tidak bisa dipungkiri masyarakat di Indonesia dalam kurun waktu satu tahun terakhir sedang tergila-gila dengan yang namanya cash-back dari perbelanjaan mereka.  http://cinemamovie28.com/ajin-part-1-shoudou/

Detik-detik Penangkapan Pelaku Mutilasi Mayat dalam Koper

Polisi telah menangkap AJ dan AS (Sebelumnya disebut AP), pelaku pembunuhan dan mutilasi mayat dalam koper. Penangkapan keduanya dilakukan di dua tempat yang berbeda.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengungkapkan AS ditangkap di Jakarta, Kamis (11/4/2018) sore. Penangkapan AS ini berdasarkan locus delicti atau keberadaan pelaku yang telah diselidiki dan diintai pihaknya selama beberapa hari.

"Dari satu locus ke locus lainnya. Dari satu tempus ke tempus lainnya penyidik akhirnya menyatakan pelaku ini bukan dilakukan tunggal. Ada lebih dari satu pelaku. Tadi sore, sore hari kita melakukan penangkapan AP di Jakarta," papar Barung di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Jumat (12/4/2019).

Usai menangkap AS di Jakarta, polisi pun langsung menginterogasi pelaku tersebut. AS akhirnya mengaku jika ada pelaku lain yang lokasinya sedang berada di Kediri. Malamnya, polisi langsung menangkap AJ di Kediri.

"Dari AP-lah akhirnya kita bergerak ke AJ yang berada di Kediri malam harinya," imbuh Barung.

Selain itu, AJ juga langsung diberondong pertanyaan penyidik di lokasi. Dari pengakuan AJ, terungkap kepala korban mayat dalam koper ada di sekitar area penangkapan, di Desa Bleber, Kediri.

Setelah dilakukan pencarian, kepala korban yang bernama Budi Hartanto (28) ditemukan pagi tadi. Kepala Budi ditemukan dalam kantong plastik dan dibungkus lagi dengan karung beras yang tersangkut ranting di sekitar aliran sungai.

"Dari AJ terungkap bahwa kepala ini memang berada di Kediri. Kita menemukan kepalanya memang identik dengan golongan darah korban," lanjut Barung.

Namun, Barung menambahkan pihaknya akan tetap melakukan identifikasi forensik untuk memastikan kecocokan DNA-nya. Barung menyebut kasus ini sudah 95% terungkap. Pihaknya tinggal mencari barang bukti yang dilakukan pelaku membunuh korban.

"Kasus ini sudah 95% terungkap, tinggal kita menemukan lagi alat yang digunakan untuk melakukan eksekusi. Tapi kami belum bisa menemukan di mana tempatnya karena kita masih melakukan penyelidikan di lokasi," tegas Barung.

"Senjata yang digunakan, kemungkinan ada beberapa alat lagi yang dicari. Lokasi memang kami rahasiakan sementara agar anggota di lokasi bisa melakukan penyelidikan secara leluasa," pungkasnya.

Apakah Budi Satu-satunya Korban dalam Kasus Mayat dalam Koper?

Tabir kasus pembunuhan dan mutilasi mayat dalam koper satu per satu mulai terkuak. Selain itu kepala korban Budi Hartanto (28) pun sudah ditemukan. http://cinemamovie28.com/judge-archer/

Namun, apakah Budi merupakan satu-satunya korban? Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan pihaknya belum bisa memutuskan.

"Kita meyakini bahwa mudah-mudahan ya cuma satu ini aja. Tapi ada lagi kayaknya ini," kata Barung di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Jumat (12/4/2019).

Untuk itu, Barung mengatakan pihaknya belum bisa merinci informasi terkait lokasi penemuan kepala tersebut. Pasalnya, polisi masih bekerja di lokasi untuk mencari barang bukti lainnya. Seperti alat-alat yang digunakan untuk membunuh korban.

"Kepala sudah ditemukan lokasi di Kediri, tapi untuk detailnya kita rahasiakan untuk pengembangan yang lain," lanjut Barung.

Barung menambahkan hingga kini pihaknya masih melakukan pencarian barang bukti lainnya di sekitar lokasi.

"Mudah-mudahan cuma satu ini saja ya," harap Barung.

Mayat dalam koper itu ditemukan Rabu (3/4) pukul 07.00 WIB di Blitar. Koper warna hitam itu ditemukan pencari rumput di Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu. Saat ditemukan, di dalam koper itu terdapat sesosok mayat tanpa bagian kepala.  http://cinemamovie28.com/erotic-model/