Senin, 02 Desember 2019

Harga Vs Masa Pemulihan Luka, Apa yang Paling Jadi Pikiran Saat Sunat?

Liburan sekolah banyak dimanfaatkan para orang tua untuk menyunatkan anak laki-laki mereka. Berbagai bukti ilmiah telah menunjukkan manfaat sunat bagi kesehatan organ reproduksi kaum adam.

Tentunya ada banyak pertimbangan sebelum memutuskan sunat. Soal harga, berbagai klinik maupun rumah sakit menawarkan rentang yang cukup beragam dengan plus minus masing-masing. Belum lagi promo khusus liburan, yang tentunya tidak kalah menggoda.

Kalau orang tua memikirkan harga, pasien tentu punya pertimbangan lain. Tak bisa dipungkiri, bayangan tentang rasa nyeri akan sangat menghantui detik-detik sebelum eksekusi. Nah, level nyeri yang dijanjikan lewat berbagai macam teknik pembiusan, tentu juga perlu dipikirkan.

Tak kalah penting, masa pemulihan yang tentu berkaitan juga dengan teknik atau metode sunat yang digunakan. Untungnya, teknologi masa kini susah sangat memungkinkan anak laki-laki untuk langsung bisa beraktivitas segera setelah disunat.

Nah, bagaimana dengan kamu? Apa sih yang paling jadi pertimbangan saat sunat? Tentukan jawabanmu dalam polling berikut ini:
Dan bila kamu punya pengalaman unik kamu seputar sunat, kamu boleh mengirimkannya lewat email ke redaksi@detikhealth.com. Selamat menempuh 'bentuk' baru!

Pada Anak Laki-laki, Sunat Paling Dianjurkan di Usia Ini

 Jelang libur sekolah, pasti banyak anak laki-laki yang dijadwalkan untuk menjalani tindakan sirkumsisi atau sunat atau khitan. Sunat merupakan prosedur membuang kulit prepusium penis atau lebih dikenal dengan kulup. http://nonton08.com/scott-pilgrim-vs-the-world/

Kebanyakan anak di Indonesia menjalani tindakan sunat saat duduk di bangku sekolah dasar atau usianya menginjak 10-12 tahun. Ada pula yang sudah berani melakukannya saat usia 5 tahun.

Lantas, apa ada usia yang dianjurkan oleh ahli untuk seorang anak disunat? Dokter spesialis bedah saraf dari Rumah Sunat dr Mahdian Nur Nasution, SpBS menyebutkan bahwa lebih baik seorang anak disunat saat usianya di bawah 40 hari.

"Lebih cepat lebih baik di bawah 40 hari. Manusia sejak bayi hingga dewasa masa tumbuh kembang (paling baik) saat bayi. Waktu-waktu pertumbuhan selnya cepat di usia bayi," ujarnya saat ditemui di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Selasa (18/6/2019).

dr Mahdian menambahkan, proses regenerasi pada saat bayi lebih cepat dibandingkan pada saat anak-anak atau dewasa. Luka yang terjadi pada saat bayi akan lebih cepat sembuh.

"Tapi kalau usianya 1 tahun sudah aktif jalan, ada kesulitan kita menjaganya. Pake klamp nanti bisa ditarik, ada jahitan digaruk-garuk. Pas tidur itu berisiko adanya gesekan," jelasnya.

"Yang paling bagus sebelum dia tengkurep, sebelum 6 bulan lah paling baik. Sudah satu tahun sudah bisa pegang-pegang sendiri tapi belum mengerti," tandas dr Mahdian.

Sunat Bisa Mencegah Kanker Penis, Mitos atau Fakta?

Kanker penis memang relatif jarang terdengar namanya. Tetapi sangat ditakuti para pria karena bisa berujung pada amputasi organ vital mereka.

Jenis kanker ini dipicu oleh infeksi HPV (Human Papiloma Virus), virus yang sama seperti penyebab kanker serviks pada perempuan. Ada anggapan, sunat pada pria bisa menurunkan risiko infeksi tersebut.

"Pernyataan sunat dapat menurunkan risiko kanker penis itu benar," kata dr Akbari Wahyudi Kusumah, SpU dari RS Mayapada saat dihubungi detikHealth.

Menurut dr Akbari, kanker penis salah satunya disebabkan oleh infeksi dan higiene penis yang buruk. Sunat dapat menurunkan risiko infeksi karena kebersihan ujung penis akan lebih terjaga.

Tak hanya untuk mencegah infeksi HPV penyebab kanker penis, sunat juga bisa menurunkan risiko berbagi infeksi lain pada penis. Namun dr Akbari menyarankan, sebaiknya sunat dilakukan sebelum pubertas agar efek protektifnya maksimal.

"Hal ini sangat dianjurkan karena efek proteksi itu akan hilang atau tidak ada gunanya bila hal ini dikerjakan ketika sudah remaja atau masuk ke dalam masa pubertas," jelas dr Akbari.  http://nonton08.com/operation-wedding/

Sunat Juga Bisa Gagal, Butuh Revisi Alias 'Sunat Ulang'

'Sunat gagal' menjadi mimpi buruk tiap anak yang melakukan tindakan sirkumsisi atau memotong kulit ujung penisnya (kulup) demi menjaga kesehatan. Kegagalan bisa ditandai dengan kulit kulup yang kembali tumbuh, hingga nyaris menutup kepala penis.

Dalam prinsip sirkumsisi, kulit kulup harus terpotong mulai dari ujung hingga lingkaran di kepala penis (korona). Kondisi yang disebut sunat gagal bisa disebabkan berbagai faktor, misal burried penis atau penis yang tenggelam. Penis menjadi terlihat kecil karena tertarik ke dalam akibat tubuh yang terlalu gemuk.

Dokter biasanya menyarankan pasien burried penis yang akan disunat mendapat bius total. Selanjutnya, dokter akan menyunat dan menerapkan teknik recovery supaya penis tidak kembali tenggelam. Hasil sunat tentunya memenuhi prinsip sirkumsisi untuk kesehatan pasien.  http://nonton08.com/teenage-little-sister/

Dokter ahli urologi dari Rumah Sakit St. Carolus Dr dr JC Prihadi Sp U mengatakan, situasi tersebut bisa dihindari salah satunya dengan memilih fasilitas kesehatan yang tepat untuk sunat. Kerja sama pasien yang tetap tenang selama operasi juga membantu tenaga kesehatan menyelesaikan proses sunat dengan baik.

"Kita menyebutnya bukan gagal ya, tapi kulit yang terpotong kurang banyak sehingga tidak sesuai prinsip sirkumsisi," kata dr Prihadi, dalam perbincangan dengan detikHealth.

Sementara itu, dokter spesialis bedah saraf dari Rumah Sunat, dr Mahdian Nur Nasution, SpBS menjelaskan bahwa teknik memotong kulup pada anak bertubuh gemuk berbeda dari biasanya. Jika pada anak normal bisa menggunakan teknik tanpa dijahit, lain halnya dengan burried penis, kulupnya harus dipotong sesuai marker atau tanda yang diberikan oleh tenaga medis.

"Diguntingnya harus ngukur dulu kulitnya berapa tebal berapa panjang. Kita juga asumsikan kalau sudah besar ereksi bagaimana berapa senti sisa kulitnya. Nah dari situ kita bikin marker kemudian dipotong sesuai dengan marker itu kemudian dijahit. Yang biasa nggak pakai marker. Kalau ini harus dijahit," jelasnya.

Kondisi burried penis tentunya hanya bisa dinilai oleh dokter yang memiliki kompetensi tersebut. Burried penis yang tidak terdeteksi cukup berisiko bagi pasien dan tenaga kesehatan yang melaksanakan sunat. Tenaga kesehatan kesulitan melakukan operasi, sementara pasien mulai merasakan nyeri akibat prosedur medis.

Penis Miring atau Melintir

Selain itu, penyebab sunat gagal bisa dikarenakan kondisi bawaan yang membuat penis miring. Kondisi penis yang seperti itu juga bisa menyulitkan petugas medis yang melakukan prosedur sunat.

"Jadi dia punya penis melintir, itu variasi normal. Itu ada penis yang rotasi. Kalau penis kan ke depan, nah dia enggak. Miring. Bawaan lahir. Itu menyulitkan waktu motongnya," kata dr Mahdian.

Sunat yang disebut gagal juga bisa terjadi karena rasa panik akibat kepala penis yang terpotong. Darah yang keluar berisiko mengakibatkan panik hingga prosedur sunat dipercepat meski hasilnya tidak maksimal.

"Karena itu sangat penting menerapkan teknik operasi yang tepat pada pasien sunat. Selain teknik operasi, cara menjahit luka juga menentukan keberhasilan sunat dan proses penyembuhannya," kata dr Prihadi.  http://nonton08.com/my-sons-women/