Selasa, 03 Desember 2019

Prabowo Minta Guru Ceritakan Sejarah Kekejaman PKI ke Siswa

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto berharap para guru sejarah menceritakan sejarah pemberontakan dan kekejaman PKI ke siswa. Prabowo menduga komunisme masih eksis di Indonesia.

Pernyataan Prabowo itu disampaikan tertulis dalam sambutan acara bedah buku 'PKI Dalang dan Pelaku Kudeta G30S/1965' karya Aminudin Kasti dkk di gedung Lemhannas RI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11/2019). Prabowo tak bisa menghadiri acara tersebut sehingga sambutan dibacakan Rektor Universitas Pertahanan Indonesia, Letjen TNI Tri Legionosuko.

"Saya berharap melalui acara bedah buku ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya generasi tentang PKI adalah dalang dan pelaku kudeta. Saya juga berharap kepada para guru sejarah di sekolah-sekolah, dapat menyampaikan sejarah pemberontakan dan kekejaman PKI yang benar kepada para siswa-siswinya," kata Tri membacakan sambutan tertulis Prabowo.

Dia mengatakan paham komunis masuk ke Indonesia dari berbagai sisi. Dia menegaskan PKI telah mencatat lembaran hitam di Indonesia.

"Hal itu karena paham komunis telah masuk ke Indonesia dengan berbagai pemahamannya. Lembaran hitam telah tercatat dalam lembah hitam di Indonesia. Yang telah memakan korban dan jiwa," ujarnya.

Menurut dia, mengatakan PKI saat itu berusaha menggulingkan pemerintahan resmi di Indonesia. Dalam pandangan Prabowo, DN Aidit dkk berusaha mengubah Indonesia menjadi negara komunis.

"Bagi bangsa Indonesia telah mencatat lembaran hitam dalam perjalanan bangsa dan negara Indonesia dan nyata-nyata telah terbukti beberapa kali berusaha merobohkan kekuasaan pemerintah RI yang sah. Salah satunya Gerakan 30 September 1965, yang merupakan gerakan dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno yang sah dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis," kata dia.

"Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit, setelah peristiwa G30S memaksa rakyat Indonesia untuk mendesak pembubaran PKI melalui Tap MPR Nomor 25/MPR RI 1966 setelah runtuhnya negara Uni Soviet sebagai negara dari mana negara komunis tersebut," imbuhnya.

Menurut dia, berakhirnya era perang dingin tidak serta-merta membuat komunisme jatuh. Ada beberapa negara lain yang sampai saat ini menganut paham tersebut.

"Berakhirnya era perang dingin, muncul era globalisasi tidak berarti bahwa komunisme turut runtuh, beberapa negara yang menganut ideologi komunis masih eksis antara lain RRC, Vietnam, Kuba. Dengan demikian, ideologi komunis dan gerakan komunisme di Indonesia patut diduga masih tetap eksis. Untuk itu, kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.

Megawati Ungkap Cerita Selamatkan Prabowo dari Stateless

Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri bercerita mengenai persahabatannya dengan Menhan Prabowo Subianto. Persahabatan Mega dengan Prabowo telah dijalin sejak lama.

"Kenapa Pak Prabowo, sampai orang kayaknya bingung, kok saya bisa sobatan yang namanya Prabowo Subianto. Memangnya kenapa?" kata Mega di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019).

Menurut Mega, dirinya merangkul Prabowo merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai Pancasila. Dia menegaskan tak pernah bermusuhan dengan Ketum Partai Gerindra itu.

"Karena apa? kalau buat saya itu Pancasila saya, katanya musuh harus dirangkul. Lah kalau Prabowo dianggap musuh? Ya nggak saya suruh saya pulang, heh sana. Dulu saya ngambil beliau keleleran (telantar)," ujar dia.

Ketum PDIP itu lantas mengungkap cerita menyelamatkan Prabowo yang sedang berada di luar negeri. Dia marah kepada Menlu dan Panglima karena Prabowo dibiarkan stateless atau tak bernegara.

"Betul nggak mas? Saya marah sebagai Presiden, siapa yang membuang beliau stateless? Ini saya bukan cari nama. Tanya kepada beliau. Tidak. Saya marah pada menlu. Saya marah pada panglima. Apapun juga, beliau manusia Indonesia pula. Beri dia. Begitu itu tanggungjawab," ujar dia.

Luruskan Pidato Komunis, Dahnil: Prabowo Lawan Ideologi Ancam Pancasila

Rektor Universitas Pertahanan Indonesia, Letjen TNI Tri Legionosuko, kemarin membacakan pidato atas nama Menhan Prabowo Subianto dalam acara bedah buku soal PKI. Namun, Prabowo disebut tidak tahu terkait pidato tersebut.

"Terkait dengan pidato yang disampaikan Rektor Unhan, Pak Prabowo, tidak tahu-menahu terkait dengan isi pidato tersebut, Pak Menteri Pertahanan tidak dikonfirmasi terkait isi pidato tersebut," kata Staf Khusus Menhan Bidang Komunikasi Publik, Sosial-Ekonomi, dan Hubungan Antarlembaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, kepada wartawan, Minggu (24/11/2019).

Dahnil mengatakan Prabowo memiliki sikap akan melawan ideologi dan pihak manapun yang mengancam Pancasila. Prabowo juga meminta pihak sekolah untuk mengajarkan Pancasila secara intensif.

Selain itu, Dahnil mengatakan Prabowo ingin mereduksi dendam sejarah. Sebab Indonesia harus bergerak demi kemajuan.

"Ideologi apa pun yang mengancam Pancasila harus dilawan, dan siapa pun yang mengancam ideologi Pancasila adalah ancaman serius bagi negara," kata dia.

"Dan, Pak Prabowo mendorong sekolah-sekolah terus diajarkan dengan intensif ideologi bangsa kita yakni Pancasila. Dan semaksimal mungkin untuk mereduksir dendam sejarah, kita harus bergerak maju memikirkan kemajuan bersama," sambungnya.

Sebelumnya, Waketum Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad juga menegaskan bahwa Prabowo tidak hadir di bedah buku 'PKI Dalang dan Pelaku Kudeta G30S/1965' karya Aminudin Kasti dkk yang berlangsung di Gedung Lemhannas RI, Sabtu (23/11) kemarin. Dia mengatakan pidato dibacakan tanpa persetujuan Prabowo.

Sebelumnya diberitakan, dalam bedah buku itu, Tri mengatakan Prabowo tidak bisa hadir. Dia mengaku membacakan pidato Prabowo.

"Pada kesempatan ini beliau menyampaikan mohon maaf karena tidak bisa hadir karena ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Tentunya saya rektor Unhan akan membacakan sambutan beliau," ucap Tri pada Sabtu (23/11).

Dalam salah satu bagian pidato, Tri menyebut di era globalisasi ini paham komunis diduga masih tetap eksis di Indonesia. Sehingga perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap bahaya paham komunisme.

"Berakhirnya era perang dingin, muncul era globalisasi tidak berarti bahwa komunisme turut runtuh, beberapa negara yang menganut ideologi komunis masih eksis antara lain RRC, Vietnam, Cuba. Dengan demikian ideologi komunis dan gerakan komunisme di Indonesia patut diduga masih tetap eksis. Untuk itu kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan," kata dia.

Gerindra Sebut Pidato Soal Komunis Dibacakan Tanpa Persetujuan Prabowo

Rektor Universitas Pertahanan Indonesia, Letjen TNI Tri Legionosuko, kemarin membacakan pidato atas nama Menhan Prabowo Subianto dalam acara bedah buku soal PKI. Belakangan, Gerindra menyebut pidato itu dibacakan tanpa persetujuan Prabowo.

Hal itu disampaikan oleh Waketum Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad. Dia menegaskan bahwa Prabowo tidak hadir di bedah buku 'PKI Dalang dan Pelaku Kudeta G30S/1965' karya Aminudin Kasti dkk yang berlangsung di Gedung Lemhannas RI, Sabtu (23/11) kemarin.

"Yang bacakan pidato adalah rektor Unhan yang mengatasnamakan Menhan. Setelah kita cek, naskah pidato tersebut tidak ada konfirmasi atau tidak ada persetujuan, dan tidak diberikan kewenangan mengatasnamakan Menhan," kata Dasco kepada wartawan, Minggu (24/11/2019).

Dengan demikian, Dasco menyebut pidato itu tidak dapat diatasnamakan Prabowo.

"Isi pidato itu kami anggap sebagai pribadi dari rektor Universitas Pertahanan," tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, dalam bedah buku itu, Tri mengatakan Prabowo tidak bisa hadir. Dia mengaku membacakan pidato Prabowo.

"Pada kesempatan ini beliau menyampaikan mohon maaf karena tidak bisa hadir karena ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Tentunya saya rektor Unhan akan membacakan sambutan beliau," ucap Tri pada Sabtu (23/11).

Dalam salah satu bagian pidato, Tri menyebut di era globalisasi ini paham komunis diduga masih tetap eksis di Indonesia. Sehingga perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap bahaya paham komunisme.

"Berakhirnya era perang dingin, muncul era globalisasi tidak berarti bahwa komunisme turut runtuh, beberapa negara yang menganut ideologi komunis masih eksis antara lain RRC, Vietnam, Cuba. Dengan demikian idoelogi komunis dan gerakan komunisme di Indonesia patut diduga masih tetap eksis. Untuk itu kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan," kata dia.