Minggu, 15 Desember 2019

Kawah Ijen yang Tetap Menarik (2)

Pendakian Gunung Ijen baru mulai dibuka jam 2 dini hari. Pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding. Alternatif rutenya adalah Bondowoso - Wonosari - Tapen - Sempol - Paltuding. Traveler harus berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km dari Paltuding ke arah kawah. Jalur pendakiannya cukup berat karena menanjak dengan kemiringan 25-35 derajat. Karena itu, persiapkan fisik setidaknya dengan jogging beberapa minggu sebelum berkunjung ke Kawah Ijen.

Kawah Ijen juga dikelilingi tebing dan jalur pendakiannya berpasir dan berbatu. Traveler harus menggunakan sepatu yang aman dan mendukung perjalanan dengan medan yang cukup curam. Tetap utamakan keselamatan, karena persiapan yang baik akan menunjang aktivitas apapun saat berada di kawah.

Danau Kawah Ijen dikenal merupakan danau air asam kuat terbesar di dunia. Permukaan tak henti mengeluarkan kepulan uap. Tapi permukaannya indah dengan memancarkan warna kebiruan atau biru kehijauan. Terkadang bergantung dengan cahaya yang ada, maka warna danau bisa berbeda tapi tidak jauh dari gradasi biru.

Saat berada di Kawah Ijen, traveler bisa menyaksikan para penambang belerang yang mengumpulkan bongkahan belerang ke bakul-bakul yang akan mereka angkut ke atas, meninggalkan kawah. Para pria ini mengangkut bakul-bakul besar secara manual menggunakan pundaknya.

Kekuatan masing-masinglah yang menjadi modalnya. Bayangkan, mereka harus mendaki di jalur terjal dengan kemiringan cukup berat sambil membawa beban belerang yang berat di pundaknya. Setiap pijakan membutuhkan tenaga dan membuat nafas cukup tersengal.

Oleh karena itu, penting bagi para traveler agar tidak mengganggu aktivitas mereka. Berikanlah jalan agar mereka bisa melaluinya dnegan cepat tanpa harus membuang energi, karena setiap energi dan pijakan sangat berarti bagi mereka.

Para penambang ini harus menaiki jalur pendakian dari kawah dengan panjang jalur kurang lebih 2 KM dengan kemiringan yang cukup menyita tenaga. Namun, karena sudah terbiasa, mereka tampak sigap dan lincah saat mendakinya. Jika, traveler ada di kawah sampai saat matahari cukup tinggi, maka akan terlihat para penambang yang tak jarang bertelanjang dada karena gerah dan keringat yang sudah membasahi bajunya.

Akan terlihat otot dan urat yang menonjol pertanda mereka sudah kerap melakukannya dan tubuh mereka pun ikut menyesuaikan. Kulit mereka pun gosong karena panas matahari pun cukup menyengat. Perjuangan mereka untuk mendapatkan rupiah dari proses penambangan belerang cukup menyita energi dan mempertaruhkan keselamatan itu perlu kita tiru.

Gunung Ijen sendiri merupakan gunung berapi yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Oleh karena itu, traveler bisa berangkat dari Banyuwangi ataupun dari Bondowoso.

Gunung Ijen memiliki ketinggian 2.386 mdpl. Dari jalur pendakian Kawah Ijen, kita dapat melihat pemandangan gunung lain yang mengelilingi atau tak jauh dari Ijen, di antaranya adalah puncak Gunung Marapi, Gunung Raung, Gunung Suket, dan Gunung Rante.

Jadi, tak hanya melihat birunya Kawah Ijen, pendakian ini pun menyisakan pelajaran hidup yang berharga, dan bonus pemandangan gunung-gunung indah di perjalanannya. Sebuah kenikmata yang patut disyukuri.

Kawah Ijen yang Tetap Menarik

Kawah Ijen, kehidupan para penambang dan pesona blue fire memang menarik untuk dilihat. Keajaiban alam Gunung Ijen patut kita banggakan.

Traveler Indonesia beruntung karena alam Indonesia tak ada habisnya menunjukkan pesonanya. Tak hanya keindahan, banyak cerita di baliknya yang patut diapresiasi. Kawah Ijen merupakan salah satu destinasi wisata yang patut dijajal, khususnya bagi pendaki dan pencinta landscape eksotis.

Si cantik Kawah Ijen merupakan danau kawah yang bersifat asam dan memiliki kawah yang luas. Kawah ini berada di puncak Gunung Ijen dan memiliki kedalaman danau 200 meter. Luas kawahnya mencapai 5.466 hektar. Banyak traveler baik domestik maupun mancanegara yang berbondong-bondong mendaki hingga ke Kawah Ijen, pasalnya Kawah Ijen dikenal memiliki fenomena Blue Fire atau Api Biru alami yang abadi di sekitar kawahnya. Konon, fenomena Blue Fire hanya ada dua di dunia, di Islandia, Eropa Utara dan satu lagi tentu di Ijen, Indonesia.

Blue fire ini hanya dapat disaksikan oleh mata manusia saat gelap alias tidak ada cahaya. Maka, waktu yang paling ideal untuk berburu blue fire adalah jam 2 hingga jam 4 dini hari.

Jika beruntung, traveler akan melihat api biru berkobar-kobar di antara kawahnya, namun untuk mengabadikannya dalam video atau gambar perlu perjuangan karena asap belerang di sekitar blue fire sangat tebal dan bau belerangnya sangat tajam. Belum lagi arah asap belerangnya tidak dapat diprediksi karena sesuai angin berhembus, jadi tetap waspada dan gunakan masker yang mendukung.

Pendakian Gunung Ijen baru mulai dibuka jam 2 dini hari. Pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding. Alternatif rutenya adalah Bondowoso - Wonosari - Tapen - Sempol - Paltuding. Traveler harus berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km dari Paltuding ke arah kawah. Jalur pendakiannya cukup berat karena menanjak dengan kemiringan 25-35 derajat. Karena itu, persiapkan fisik setidaknya dengan jogging beberapa minggu sebelum berkunjung ke Kawah Ijen.

Kawah Ijen juga dikelilingi tebing dan jalur pendakiannya berpasir dan berbatu. Traveler harus menggunakan sepatu yang aman dan mendukung perjalanan dengan medan yang cukup curam. Tetap utamakan keselamatan, karena persiapan yang baik akan menunjang aktivitas apapun saat berada di kawah.

Danau Kawah Ijen dikenal merupakan danau air asam kuat terbesar di dunia. Permukaan tak henti mengeluarkan kepulan uap. Tapi permukaannya indah dengan memancarkan warna kebiruan atau biru kehijauan. Terkadang bergantung dengan cahaya yang ada, maka warna danau bisa berbeda tapi tidak jauh dari gradasi biru.

Saat berada di Kawah Ijen, traveler bisa menyaksikan para penambang belerang yang mengumpulkan bongkahan belerang ke bakul-bakul yang akan mereka angkut ke atas, meninggalkan kawah. Para pria ini mengangkut bakul-bakul besar secara manual menggunakan pundaknya.

Kekuatan masing-masinglah yang menjadi modalnya. Bayangkan, mereka harus mendaki di jalur terjal dengan kemiringan cukup berat sambil membawa beban belerang yang berat di pundaknya. Setiap pijakan membutuhkan tenaga dan membuat nafas cukup tersengal.

Oleh karena itu, penting bagi para traveler agar tidak mengganggu aktivitas mereka. Berikanlah jalan agar mereka bisa melaluinya dnegan cepat tanpa harus membuang energi, karena setiap energi dan pijakan sangat berarti bagi mereka.