Selasa, 17 Desember 2019

Bukan Kuil, Ini Masjid Beijing yang Unik

Pertama kali melihat, traveler pasti akan menyangka bangunan ini adalah sebuah kuil. Padahal tidak, inilah Masjid Beijing di Malaysia yang unik.

Pertama berkunjung ataupun melihat, traveler akan keliru dan beranggapan sebuah bangunan tersebut adalah sebuah pagoda atau semacam kuil yang biasa ditemukan di negara-negara dengan mayoritas penduduknya beragama Buddha.

Pesona dan keunikan arsitektur bangunannya seperti serasa berada di negara China, tapi sebenarnya bangunan tersebut merupakan sebuah masjid, rumah tempat ibadah umat islam yang lokasinya berada di Rantau Panjang, Kelantan, Malaysia.

Penulis kembali lagi akan berbagi pengalaman bagi sobat traveler waktu di negeri perantauan. Ketika berkesempatan berkunjung dan menyempatkan waktu untuk menunaikan salat di salah satu masjid yang destinasinya cocok.

Tempat wisata religi recomended di Malaysia ini lokasinya berada di daerah Rantau Panjang yang mana merupakan bagian Kelantan, Malaysia. Tepatnya lokasi berada diantara perbatasan Malaysia-Thailand ketika perpanjang visa.

Masjid Jubli Perak Sultan Ismail Petra, namanya lebih dikenal dengan sebutan Masjid Beijing, mungkin karena arsitektur bangunan gabungan seni China dan Islam yang katanya, usut punya usut bangunan ini mirip dengan mesjid tertua di Beijing, yaitu Masjid Niu Jie, sehingga menjadi kekhasan dan daya darik tersendiri wisatawan muslim lainnya untuk berkunjung di sana.

Bangunan nan megah ini, berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang didapat, Masjid Beijing dibangun di atas tanah seluas 3,7 hektar.

Adapun masjid diresmikan sekitar pada tahun 2009 yang lalu dan dapat menampung jamaah sekitar 1000 orang. Baik bagi wisatawan muslim luar negeri, dan warga muslim setempat untuk menunaikan salat lima waktu di sana.

Berburu Kunang-kunang di Bintan

Zaman sekarang, kunang-kunang sudah jadi hewan yang langka. Tapi traveler masih bisa berjumpa serangga bercahaya ini di Bintan. Penasaran?

Anda seorang yang suka anti mainstream? Jika iya, ayo coba wisata Bintan Mangrove di Sungai Sebong, Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

Menyusuri Bintan Mangrove ini dilakukan malam hari karena Anda akan dibawa menikmati kunang-kunang yang berkelap-kelip indah di malam hari.

Untuk menyusuri hutan mangrove sepanjang kurang lebih 8 kilometer ini kita harus menaiki boat. Naiknya di dermaga khusus yang berada dekat pujasera kawasan wisata Lagoi.

Di sani kita harus mendaftarkan nama serta mendapatkan life jacket. Meskipun malam hari, namun penikmat wisata ini lumayan ramai lho. Nah jika sedang ramai,sambil menunggu giliran atau menunggu boat yang menurunkan wisatawan, kita bisa membeli souvenir atau sekedar melihat-lihat.

Oke, saatnya menyusuri Sungai Sebong dengan boat atau perahu mesin. Boat ini tidak dilengkapi lampu layaknya mobil. Jadi tekong atau yang mengemudikan bawa boat ini hanya menggunakan mata telanjang plus sinar rembulan.

Kalaupun sesekali ia menghidupkan lampu kecil itu untuk melihat alur atau memberi tanda ke boat lain di depan. Jadi bagi yang pertamakali tentu deg-degan tapi juga salut dengan tekongnya yang lihai membawa boat di kegelapan malam.

Selama perjalanan kita akan melihat ada tempat Spa yang berada di atas sungai. Jadi turis yang mau Spa harus diantar jemput dengan boat. Ada juga rumah-rumah masyarakat lokal yang hidup di atas rumah panggung.

Sekitar 20 menit perjalanan kita sampai di kawasan yang katanya merupakan banyak kunang-kunang di sana. Tekong mematikan mesin boatnya dan penumpang boat diminta melihat ke arah pepohonan.

Air Terjun Cantik di Tengah Kebun Kopi

Di Bengkulu, ada air terjun cantik yang letaknya berada di tengah kebun kopi. Namanya Curug Embun. Sudah pernah ke sini?

Sewaktu liburan ke Kabupaten Kepahiang, secara spontan saya dan keluarga memutuskan untuk bermain di objek wisata air terjun Curug Embun. Letaknya tidak terlalu jauh dari kota Kepahiang. Namun, jalan menuju ke lokasi membutuhkan sedikit perjuangan. Liburan kali ini tanpa persiapan.

Jalan yang lumayan bagus hanya sampai ke pinggir desa. Setelah sampai di kebun kopi, maka kita akan berjalan dulu dengan melakukan trekking yang lumayan turun naik untuk menuju ke lokasi air terjun.

Namanya, liburan spontan. Kami semua hampir tidak membawa persiapan yang matang. Hanya makanan dan minuman serta baju ganti. Sepatu kets pun tidak ada yang menggunakan. Akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan sandal dan ada yang hanya beralas kaki saja.

Kami turun naik tangga seadanya yang dibuat oleh warga.tanah yang kami injak lumayan keras, sebab sudah dilewati oleh banyak orang. Di kiri kanan kami, masih kebun asli semuanya. Bau kopi tercium di sepanjang jalan. Maklum kami berjalan di tengah kebun kopi yang sebentar lagi akan panen.

Setelah berjalan turun naik sekitar setengah jam, kami pun mulai mnedengar suara air terjun. Akan tetapi letaknya, masihjauh.kami harus turun lagi untuk mencapai air terjun.

Dengan hati-hati, kami turuni tangga satu persatu. Tangga ini mulai licin, tanahnya mulai terkena percikan embun air terjun. Jadinya lembab. Kami berjalan pelan-pelan saja.

Jalan sendiri saja sudah repot. Eh, ini kami membawa bayi, balita dan orang tua yang juga ingin menikmati air terjun curug embun. Mereka tidak mau ditinggalkan di mobil.

Apa boleh buat, kamipun mengajak mereka semua untuk turun melihat dan menikmati air terjun. Bahkan anak-anak juga meminta untuk mandi. Yah, namanya anak-anak.Mana tahan, ngak mandi kaloketemu air.

Usai menuruni tangga, kami pun sampai di pinggiran aliran air terjun. Akan tetapi untuk mencapai atau melihat air terjun lebih dekat lagi. Kami harus melalui jembatan penyeberangan yang terbuat dari bambu.

Di bawah jembatan bambu itu terdapat aliran air terjun yang lumayan deras dan lebar. Ada rasa takut seketika muncul saat ingin menyeberang.

Dengan semangat empat lima, kamipun menyeberang dengan hati-hati.Membawa serta anak-anak. Yah, demi bisa berfoto di bawah air terjunnya. Pokoknya semua diupayakan.

Dengan susah payah, akhirnya ketiga anak kami bisa ikut menyeberang. Kami pun berfoto dis ekitar air terjun. Dari tempat kami berdiriberfoto, air terjun terasa hinggap di sekitar baju kami.jadi terasa basah juga, terkena percikannya.

Percikan air yang mengenai baju, kaki, tangan, dan sekitar kami inilah yang membuat nama air terjun ini. Menurut warga setempat diberi nama Curug Embun. Semua benda yang berdekatan dengan air terjun ini, termasuk tanaman di sekitarnya semuanya seolah berembun.

Puas berfoto-foto,kami memutuskan untuk mandi. Saya dan kedua anak lainnya maindi.Sedangkan suami dan dedek bayi memutusan untuk duduk di pondokan saja. Melihat dan menunggu kami usai mandi.

Airnya sangat sejuk dan dingin, rasanya segar sekali.Anak-anak juga sangat senang. Namun, perlu hati-hati saat bermain atau mandi di antara bebatuan. Batunya agak licin, akibat embun yang selalu muncul. Oleh karena itu kami memutuskan untuk berendam saja di air, tidak duduk-duduk atau bermain di atas batu.

Tak lama kemudian, kami menyudahi mandi dan bergegas untuk pulang. Apalagi kami melihat langit mulai mendung, kuatir akan turun hujan. Kasihan nanti dengan anak-anak dan orang tua.jadi kami segera menyelesaikan acara mandi-mandi dan bersiap untuk pulang.

Kami sangat senang bisa mandi dan menikmati air terjun Curug Embun ini. Jika Anda ingin menikmatinya juga, gampang sekali. Berangkat dari kota Bengkulu menuju ke kota kepahiang. Nanti kalo sudah sampai ke pasar Kepahiang. Anda bisa meneruskan perjalanan ke desa Nanti Agung.

Setelah sampai di desanya, silakan bertanya kepada warga setempat dimana letaknya air terjun Curug Embun. Mereka akan menunjukkan lokasinya dengan baik.Bahkan ada yang bersedia untuk mengantarkan.

Oh, yah arena lokasi air terjun ini belum dikelolah secara permanen. Jadi ketika kita datang berkunjung ke sana. Tidak dikenai biaya tiket masuk. Yang ada hanya sekedar membayar uang parkir kepada para pemuda yang tergabung di Karang Taruna. Untuk makanan dan minuman sebaiknya membawa sendiri.