Kota Palu punya bukit cantik yang bernama Bukit Perindu. Kecantikan bukit ini selalu bikin rindu akan pemandangan Palu.
Selalu merindu, seakan paragraf yang jadi curhatan, pemikat hati, tapi di sini saya bukan bercerita tentang buluh perindu yang dapat memikat hati.
Dulunya Bukit Perindu bernama Bukit Sofa berada di kawasan Tanah Runtuh. Belakangan ini lebih dikenal dengan sebutan baru Bukit Perindu, bagi penikmat rindu keindahan kota Palu.
Garis katulistiwa membentang melewati kota palu yang suhu terpanas mencapai 35 derajat celcius. Aroma tanah tandus dan kering, gersang! Hamparan ilalang berwarnah kuning kecoklatan, tumbuhi Bukit Buluh Perindu sebagai pemanis.
Waktu yang tepat menikmati keindahan kota Palu. Senja adalah pilihan untuk menghindari teriknya matahari, akan terlihat matahari terbenam di balik gunung dan Teluk Palu yang mencorong ke dalam membuat decak kagum siapa saja yang menyambut petang sore bersama keindahan bukit ini.
Kami punya cara berbeda buat menikmati pemandangan sore ini. The beginning of the idea. Kami membawa alat pembuat kopi Grinder manual, untuk membuat secangkir kopi menemani waktu santai.
Kawasan Bukit Perindu menjadi ikon baru bagi masyarakat kota Palu setelah bencana alam Tsunami dan likuifaksi tahun 2018. Selain Bukit Perindu, kita bisa mampir ke kawasan hutan kota yang berdekatan, yang setiap sore ramai dikunjungi wisatawan lokal dan luar yang datang. Terdapat banyak pohon khas tanah tandus berukuran besar.
Arashiyama, Tak Hanya Sekadar Hutan Bambu
Apa yang pertama kali terlintas di benak kita saat mendengar nama Arashiyama? Pasti hutan bambunya. Namun, Arashiyama ternyata lebih dari itu.
Pasti sebagian besar dari kita akan memikirkan tentang barisan bambu-bambu yang tinggi dan ikonik yang kerap dijadikan latar foto para turis. Ya, itulah Arashiyama.
Namun, tahukah kamu bahwa di Arashiyama tidak hanya hutan bambunya saja yang sangat menarik untuk dikunjungi. Pada awal November lalu saya sekeluarga berkesempatan meluangkan waktu untuk berkunjung ke beberapa tempat di Jepang.
Arashiyama di Kyoto adalah salah satu tempat yang paling berkesan bagi kami. Bukan karena adanya hutan bambu yang terkenal itu saja, tetapi juga itu objek wisata alam serta toko-toko penjual di sekitarnya yang otentik dan mengesankan.
Perjalanan kami awali dari Stasiun Shin-Imamiya yang tepat berada di seberang Hotel kami di Osaka, lalu stop di Stasiun Tennoji dan melanjutkan ke Stasiun Kyoto dengan berpindah ke kereta Haruka dengan gambar khas Hello Kitty-nya lalu dengan menempuh waktu sekitar 1,5 jam akhirnya kami tiba di Stasiun Saga-Arashiyama.
Dari stasiun Saga-Arashiyama kami berjalan kaki sekitar 20 menit menuju Hutan Bambu Arashiyama. Sepanjang jalan menuju Hutan Bambu Arahsiyama kami melihat suasana yang sangat berbeda ketika berjalan di daerah Arashiyama, Kyoto.
Suasana Arashiyama terasa lebih tradisional dibandingkan Osaka maupun Tokyo. Barisan rumah dengan arsitektur khas Jepang berbaris rapi di sepanjang jalan. Lebih jauh nuansa asri serta dedaunan yang menguning khas musim gugur banyak tersebar di daerah Arashiyama. Selain itu juga, banyak terdapat penjual makanan dan buah tangan khas Jepang di kanan dan kiri jalan.