Rabu, 18 Desember 2019

Bukit Cantik yang Selalu Bikin Rindu Kota Palu

Kota Palu punya bukit cantik yang bernama Bukit Perindu. Kecantikan bukit ini selalu bikin rindu akan pemandangan Palu.

Selalu merindu, seakan paragraf yang jadi curhatan, pemikat hati, tapi di sini saya bukan bercerita tentang buluh perindu yang dapat memikat hati.

Dulunya Bukit Perindu bernama Bukit Sofa berada di kawasan Tanah Runtuh. Belakangan ini lebih dikenal dengan sebutan baru Bukit Perindu, bagi penikmat rindu keindahan kota Palu.

Garis katulistiwa membentang melewati kota palu yang suhu terpanas mencapai 35 derajat celcius. Aroma tanah tandus dan kering, gersang! Hamparan ilalang berwarnah kuning kecoklatan, tumbuhi Bukit Buluh Perindu sebagai pemanis.

Waktu yang tepat menikmati keindahan kota Palu. Senja adalah pilihan untuk menghindari teriknya matahari, akan terlihat matahari terbenam di balik gunung dan Teluk Palu yang mencorong ke dalam membuat decak kagum siapa saja yang menyambut petang sore bersama keindahan bukit ini.

Kami punya cara berbeda buat menikmati pemandangan sore ini. The beginning of the idea. Kami membawa alat pembuat kopi Grinder manual, untuk membuat secangkir kopi menemani waktu santai.

Kawasan Bukit Perindu menjadi ikon baru bagi masyarakat kota Palu setelah bencana alam Tsunami dan likuifaksi tahun 2018. Selain Bukit Perindu, kita bisa mampir ke kawasan hutan kota yang berdekatan, yang setiap sore ramai dikunjungi wisatawan lokal dan luar yang datang. Terdapat banyak pohon khas tanah tandus berukuran besar.

Arashiyama, Tak Hanya Sekadar Hutan Bambu

Apa yang pertama kali terlintas di benak kita saat mendengar nama Arashiyama? Pasti hutan bambunya. Namun, Arashiyama ternyata lebih dari itu.

Pasti sebagian besar dari kita akan memikirkan tentang barisan bambu-bambu yang tinggi dan ikonik yang kerap dijadikan latar foto para turis. Ya, itulah Arashiyama.

Namun, tahukah kamu bahwa di Arashiyama tidak hanya hutan bambunya saja yang sangat menarik untuk dikunjungi. Pada awal November lalu saya sekeluarga berkesempatan meluangkan waktu untuk berkunjung ke beberapa tempat di Jepang.

Arashiyama di Kyoto adalah salah satu tempat yang paling berkesan bagi kami. Bukan karena adanya hutan bambu yang terkenal itu saja, tetapi juga itu objek wisata alam serta toko-toko penjual di sekitarnya yang otentik dan mengesankan.

Perjalanan kami awali dari Stasiun Shin-Imamiya yang tepat berada di seberang Hotel kami di Osaka, lalu stop di Stasiun Tennoji dan melanjutkan ke Stasiun Kyoto dengan berpindah ke kereta Haruka dengan gambar khas Hello Kitty-nya lalu dengan menempuh waktu sekitar 1,5 jam akhirnya kami tiba di Stasiun Saga-Arashiyama.

Dari stasiun Saga-Arashiyama kami berjalan kaki sekitar 20 menit menuju Hutan Bambu Arashiyama. Sepanjang jalan menuju Hutan Bambu Arahsiyama kami melihat suasana yang sangat berbeda ketika berjalan di daerah Arashiyama, Kyoto.

Suasana Arashiyama terasa lebih tradisional dibandingkan Osaka maupun Tokyo. Barisan rumah dengan arsitektur khas Jepang berbaris rapi di sepanjang jalan. Lebih jauh nuansa asri serta dedaunan yang menguning khas musim gugur banyak tersebar di daerah Arashiyama. Selain itu juga, banyak terdapat penjual makanan dan buah tangan khas Jepang di kanan dan kiri jalan.

Myanmar juga Identik dengan Pertunjukan Marionette

Wayang dan boneka bisa dikatakan sebuah seni yang universal, seni ini terdapat di banyak negara. Myanmar juga memilikinya dan biasa tampil di Mandalay Marionettes and Cultural Show.
Lokasi teater ini berada di tengah kota tepatnya di 66th St Between 26th & 27th St Mandalay, Myanmar. Saat kami tiba di tempat ini pertunjukkan akan dimulai.

Harga tiket untuk pertunjukkan ini 10.000 kyat/orang. Pengunjungnya rata-rata adalah wisatawan luar negeri.

Saat panggung dibuka nampak di atas panggung seorang ibu mengenakan pakaian tradisional Myanmar memainkan alat musik khas pula, sekilas mirip harpa namun ukurannya lebih kecil dan bentuknya lebih melengkung dari harpa.

Selain itu bila harpa diletakkan di sisi pemain maka alat music ini justru diletakkan diatas paha pemain yang duduk. Dengan lincahnya jari-jari tangannya bermain di antara senar-senar dan terdengarlah alunan musik yang indah.

Setelah itu seorang gadis mengenakan penutup kepala dan sarung menarikan tarian Mynmar yang energik dan selaras dengan alunan musik. Pertunjukkan ini mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari seluruh pengunjung yang hadir.

Akhirnya tibalah kita di acara utama yang pertunjukkan boneka marionette. Ada 3 orang pria mengenakan pakaian khas Myanmar berwarna putih dengan penutup kepala diapit seorang wanita berpakaian putih dengan kain diselempangkan dipundaknya.

Keempat orang ini memegang benang yang terhubung ke boneka-boneka marionette. Dengan diiringi musik dan narasi mereka menggerak gerakan boneka sesuai dengan jalan cerita yang disampaikan.

Umumnya, cerita yang diambil adalah cerita rakyat Myanmar yang mengambil masa di zaman kerajaan dan ajaran agama Buddha. Dalam kisah tersebut akan ada tokoh seperti seperti raja, ratu, penyihir, putri raja, pangeran, ogre (siluman jahat), kuda, naga, dan makhluk lainnya.

Tema yang diambil adalah peperangan antara kebaikan melawan kejahatan dan meskipun pihak yang benar itu pada awalnya kalah, pada akhirnya mereka akan menang. Untuk memudahkan penonton mengetahui jalan cerita diberikan penjelasan dalam Bahasa Inggris.

Pertunjukkan ini sangat menarik hingga tidak terasa waktu 1 jam terlewati. Tepuk tangan penonton yang meriah mengiringi akhir pementasan acara ini. Sebelum meninggalkan teater sempatkanlah berfoto bersama salah seorang pemain boneka Marionett.

Bukit Cantik yang Selalu Bikin Rindu Kota Palu

Kota Palu punya bukit cantik yang bernama Bukit Perindu. Kecantikan bukit ini selalu bikin rindu akan pemandangan Palu.

Selalu merindu, seakan paragraf yang jadi curhatan, pemikat hati, tapi di sini saya bukan bercerita tentang buluh perindu yang dapat memikat hati.

Dulunya Bukit Perindu bernama Bukit Sofa berada di kawasan Tanah Runtuh. Belakangan ini lebih dikenal dengan sebutan baru Bukit Perindu, bagi penikmat rindu keindahan kota Palu.

Garis katulistiwa membentang melewati kota palu yang suhu terpanas mencapai 35 derajat celcius. Aroma tanah tandus dan kering, gersang! Hamparan ilalang berwarnah kuning kecoklatan, tumbuhi Bukit Buluh Perindu sebagai pemanis.

Waktu yang tepat menikmati keindahan kota Palu. Senja adalah pilihan untuk menghindari teriknya matahari, akan terlihat matahari terbenam di balik gunung dan Teluk Palu yang mencorong ke dalam membuat decak kagum siapa saja yang menyambut petang sore bersama keindahan bukit ini.

Kami punya cara berbeda buat menikmati pemandangan sore ini. The beginning of the idea. Kami membawa alat pembuat kopi Grinder manual, untuk membuat secangkir kopi menemani waktu santai.

Kawasan Bukit Perindu menjadi ikon baru bagi masyarakat kota Palu setelah bencana alam Tsunami dan likuifaksi tahun 2018. Selain Bukit Perindu, kita bisa mampir ke kawasan hutan kota yang berdekatan, yang setiap sore ramai dikunjungi wisatawan lokal dan luar yang datang. Terdapat banyak pohon khas tanah tandus berukuran besar.