Bicara soal ular, ular dari Papua ini masuk dalam kategori ular paling mematikan di dunia. Ular Taipan Papua namanya.
Baru-baru ini, heboh tentang penemuan ular langka raksasa yang mati akibat kebakaran hutan di Kalimantan. Nyatanya, memang Indonesia memiliki banyak ular dan beberapanya belum banyak dikenali.
Rasa-rasanya, hampir di setiap wilayah di Indonesia memiliki ular. Tak terkecuali di Papua sana, ada ular yang masuk dalam kategori ular paling mematikan di dunia.
"Namanya Taipan Papua atau Oxyuruanus scutellatus," terang Hari Suroto, salah seorang peneliti dari Balai Arkeologi Papua kepada detikcom, Senin (23/9/2019).
Hari sudah melakukan berbagai penelitian arkeologi di Papua sejak tahun 2008. Tentu, dia mencari berbagai hal soal lingkungan di Papua termasuk soal flora dan faunanya.
Soal ular Taipan Papua, Hari menjelaskan populasi ular ini ada di wilayah daratan rendah Papua. Bisa ular ini sangat berbahaya.
"Bisa ular Taipan Papua bersifat neutrotoxin. Bisa ular ini termasuk paling mematikan di dunia nomor tiga," jelas Hari.
"Kalau manusia kena gigitannya dapat menyebabkan sakit kepala, pingsan, lumpuh, pendarahan dalam, kerusakan ginjal dan kematian kurang dari 30 menit," Sambung Hari.
Hari menjelaskan, panjang ular Taipan Papua bisa mencapai 3 meter. Ular ini aktif mencari mangsa seperti tikus dan babi kala pagi sampai siang hari. Namun saat temperatur panas, ularnya akan memilih jadi nocturnal alias aktif pada malam hari.
"Ular ini sering terlihat bergerak dengan kepala yang terangkat tinggi dari permukaan tanah. Jika berhadapan dengan mangsa, ular Taipan Papua akan melakukan serangan cepat dengan mengibaskan ekornya," terang Hari.
Apakah ularnya menyerang manusia?
"Umumnya, ular ini akan menghindari manusia. Namun jika terpojok atau merasa terancam, ularnya akan menyerang berkali-kali," jawab Hari.
Ular Taipan Papua mampu mengeluarkan 44-110 mg bisa yang mampu membunuh 110 manusia. Bisa ular ini setara dengan dosis racun 50 kali ular jenis King Cobra.
Pagi Ini, Api di Gunung Semeru Mulai Mengecil
Gunung Semeru di Jawa Timur masih mengalami kebakaran hutan. Dengan kerjasama berbagai pihak, api di sana mulai mengecil.
Dalam informasi yang diterima detikcom dari Humas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Senin (23/9/2019) pantauan groundchek lapangan dan informasi titik api LAPAN per pagi ini, masih terpantau dua titik api di sekitar Ranu Kumbolo. tepatnya di Watu Pecah.
"Posisi api sudah mengecil dan tidak berada pada jalur pendakian," tulis pernyatannya.
Sampai tadi malam, petugas TNBTS dan tim gabungan (masyarakat, tim evakuasi mandiri Ranu Pani,porter, guide dan lainnya) berhasil mengantisipasi api untuk tidak merambat ke Jambangan dan sekitar Ayek-ayek. Api di Kalimati, Arcopodo, Kelik, Gunung Kepolo dan Ayek-ayek sudah berhasil dipadamkan. Sampai saat ini perkiraan area terdampak kebakaran hutannya sekitar 20 hektar.
"Tadi malam, petugas juga melakukan evakuasi pendaki dan per 01.00 dinihari, semua pendaki telah turun dan jalur pendakian sudah steril. Koordinasi juga aktif dilakukan bersama BPBD dan Forkopimda terkait," tulis pernyataan dari Humas TNBTS.
Pagi ini petugas dan tim gabungan pertama sedang briefing dan kembali akan naik ke lokasi titik api untuk pengendalian lebih lanjut. Tim ini akan disusul tim berikutnya termasuk backup dari jajaran TNI/Polri dan Forkompimda terkait.
Pendakian Gunung Semeru pun masih ditutup sementara waktu.