Senin, 23 Desember 2019

Kasihan Gunung Rinjani, Sudah Botak Juga Kering Mata Airnya

Kasihan Gunung Rinjani. Hutannya dibabat menjadi gundul, kemudian mata airnya pun mengering.

Perambahan hutan secara ilegal di beberapa titik di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) kian marak terjadi. Kondisi itu membuat mata air terancam rusak dan debit air berkurang.

Parahnya kondisi hutan Pesugulan di Taman Nasional Gunung Rinjani masih menyimpan bukti-bukti kegiatan Pemanfaatan Kawasan Tanpa Izin (PKTI) oleh oknum masyarakat. Tonggak pohon yang ditebang dan dibakar, batang kayu yang berserakan serta tanah yang gersang menjadi salah satu sisa bukti perambahan hutan yang kian marak.

"Luasan lahan yang ada dari hasil kegiatan pengelolaan kawasan tanpa izin kurang lebih 110 hektare. Hasil monitoring kita yang mengelolanya ada 100 orang, bukan per kepala keluarga (KK) karena ada yang satu keluarga yang menguasai beberapa lahan," ucap Kepala BTNGR Sudiyono kepada detikcom, Rabu (18/9/2019).

Berdasarkan hasil pengecekan BTNGR, sumber mata air di Hutan Pesugulan saat kegiatan operasi simpatik revitalisasi fungsi kawasan hutan, kondisi mata air yang ada di sana kini terancam rusak dan debit airnya sudah mulai berkurang. Kondisi tersebut merupakan dampak nyata dari penebangan pohon dan penggundulan hutan yang terjadi sejak tahun 2015 hingga 2019.

"Temuan di lapangan, mereka masih memperluas lahan dengan menebang hutan dan menghilangkan jejak pohon dengan membakar tunggaknya (batang pokok)," ujarnya.

Sumber mata air untuk masyarakat di bawah kaki hutan pun mulai terancam keberadaannya. Sudiyono menyebut terdapat 54 sungai utilitas di Pulau Lombok, 51 di antaranya berhulu di TNGR. Selain itu, terdapat 59 sumber mata air yang telah dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.

Pada areal PKTI ada dua sumber air, yaitu Olor Sangga dan mata air Bunut Baok. Beberapa mata air yang ada oleh warga dibuatkan semacam bendungan.

"Indikasi menyusutnya air terjadi di beberapa lokasi. Sumber air mulai tergerus serta 2 tahun terakhir ini mulai ada konflik pemanfaatannya. Yang konflik itu antara masyarakat bawah dengan pelaku PKTI," kata dia.

Banyak Kecelakaan di Nusa Penida & Nusa Lembongan, Harus Bagaimana?

Maraknya turis asing yang mengalami kecelakaan hingga tewas di Nusa Penida dan Nusa Lembongan jadi sorotan himpunan pramuwisata Indonesia (HPI). Apa katanya?

Ketua HPI I Nyoman Nuarta mengusulkan adanya moratorium alias penutupan sementara ke kawasan wisata itu sampai infrastruktur penunjang selesai dibangun.

"Terkait dengan persoalan matinya warga negara asing di kawasan pantai memang harus segera dilakukan moratorium terkait dengan persoalan yang ada di Nusa Penida, Ceningan, dan Lembongan. Kami mengusulkan agar ada satu badan atau otoritas yang punya kewenangan mengendalikan tata kelola pariwisata yang ada di laut Nusa Penida," kata Nuarta saat dihubungi wartawan, Rabu (8/9/2019).

Nuarta mengusulkan perlu adanya pengawasan zona darat dan laut di tiga nusa tersebut. Dia berharap pemda Klungkung membentuk suatu badan untuk menata kedua zonasi tersebut.

"Jadi agar zona laut ini bisa berjalan efektif dalam sisi pengawasan terhadap masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata di sana.Juga membangun kesadaran bagi SDM yang ada di tiga nusa tersebut. Kemudian, dibentuk oleh Pemda Klungkung yang memberikan kewenangan atau diskresi kepada badan ini untuk mengendalikan tata kelola di zonasi laut," urainya.

Nuarta mengatakan saat ini obyek wisata Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan memang populer di kalangan wisatawan mancanegara. Hanya saja menurutnya infrastruktur hingga penegakan hukum masih belum siap menampung kunjungan wisatawan yang ada.

Terkait Kebakaran Hutan, Apa Dampak Pada Pariwisata?

Kebakaran hutan di beberapa wilayah di Indonesia mengkhawatirkan. Bahkan, juga berdampak pada pariwisata.

Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya menyebut kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera dan Kalimantan membuat promosi wisata di daerah terdampak diturunkan. Selain itu, Arief meminta Tour de Siak di Riau sebaiknya dibatalkan atau diundur.

"Untuk karhutla, semua bencana, terutama yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan kita harus mengumumkan. Jadi Kemenpar sudah mengumumkan, bahwa di sana terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan, itu wajib," ucap Arief disela-sela acara Focus Group Discussion bertema meraih 1 juta wisman ke Destinasi Super Prioritas (DSP) Borobudur melalui pengembangan aksesibilitas Bandara YIA, ruang tunggu Bandara YIA, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Kamis (18/9/2019).

"Dan semua promosi terkait dengan yang terkena, contoh Riau dan lain sebagainya itu segera kita turunkan," imbuh Arief.

Selain itu, Arief juga menyoroti gelaran Tour de Siak yang berlangsung di daerah terdampak karhutla. Menurutnya, panitia harus segera mengambil keputusan terkait bergulirnya event tersebut, mengingat situasi dan kondisi di Riau masih belum memungkinkan.

"Sekarang kita ada masalah dikit apakah Tour de Siak diteruskan atau tidak? Itu harus segera diputuskan," kata Arief.

Perlu diketahui, lomba balap sepeda Tour de Siak adalah event berskala internasional yang saat ini memasuki kali ke-7 dalam penyelenggaraannya. Perlombaan tersebut bakal diikuti 13 tim dari 16 negara dan digelar mulai tanggal 18-22 September 2019.

"Karena kalau di sana kondisinya tidak memungkinkan, saya ingatkan teman-teman di Siak, Riau tidak bagus untuk longtermnya (jangka panjang). Jadi kalau memang tidak memungkinkan sebaiknya dibatalkan atau diundur dalam waktu yang akan diberitahukan selanjutnya," ucap Arief.

Diketahui bersama, asap pekat imbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menyelimuti Riau. Asap pagi ini kian pekat, jarak pandang di Pekanbaru hanya tembus 500 meter saja.

BMKG Pekanbaru pada Rabu (18/9/2019) merilis jumlah titik panas yang semakin meningkat dibanding beberapa hari sebelumnya. Pada confidence 70 persen, sebaran titik panas terpantau sebanyak 205.

Titik panas ini menyebar di sejumlah kabupaten di Riau. Di Kabupaten Bengkalis ada 6, Kampar 6, Dumai 10, Kuansing 1, Pelalawan 61, Rohil 58, Inhu 36 dan Inhil 27.

"Jarak pandang di Pekanbaru hari ini 500 meter. Di Kabupaten Inhu, 400 meter, Dumai 700 meter, Pelalawan 400 meter. Jarak pandang terbatas karena pengaruh asap," kata Staf Analisis BMKG Pekanbaru, Bibin Sulianto dalam rilisnya yang diterima detikcom.

Kasihan Gunung Rinjani, Sudah Botak Juga Kering Mata Airnya

Kasihan Gunung Rinjani. Hutannya dibabat menjadi gundul, kemudian mata airnya pun mengering.

Perambahan hutan secara ilegal di beberapa titik di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) kian marak terjadi. Kondisi itu membuat mata air terancam rusak dan debit air berkurang.

Parahnya kondisi hutan Pesugulan di Taman Nasional Gunung Rinjani masih menyimpan bukti-bukti kegiatan Pemanfaatan Kawasan Tanpa Izin (PKTI) oleh oknum masyarakat. Tonggak pohon yang ditebang dan dibakar, batang kayu yang berserakan serta tanah yang gersang menjadi salah satu sisa bukti perambahan hutan yang kian marak.

"Luasan lahan yang ada dari hasil kegiatan pengelolaan kawasan tanpa izin kurang lebih 110 hektare. Hasil monitoring kita yang mengelolanya ada 100 orang, bukan per kepala keluarga (KK) karena ada yang satu keluarga yang menguasai beberapa lahan," ucap Kepala BTNGR Sudiyono kepada detikcom, Rabu (18/9/2019).

Berdasarkan hasil pengecekan BTNGR, sumber mata air di Hutan Pesugulan saat kegiatan operasi simpatik revitalisasi fungsi kawasan hutan, kondisi mata air yang ada di sana kini terancam rusak dan debit airnya sudah mulai berkurang. Kondisi tersebut merupakan dampak nyata dari penebangan pohon dan penggundulan hutan yang terjadi sejak tahun 2015 hingga 2019.

"Temuan di lapangan, mereka masih memperluas lahan dengan menebang hutan dan menghilangkan jejak pohon dengan membakar tunggaknya (batang pokok)," ujarnya.

Sumber mata air untuk masyarakat di bawah kaki hutan pun mulai terancam keberadaannya. Sudiyono menyebut terdapat 54 sungai utilitas di Pulau Lombok, 51 di antaranya berhulu di TNGR. Selain itu, terdapat 59 sumber mata air yang telah dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.

Pada areal PKTI ada dua sumber air, yaitu Olor Sangga dan mata air Bunut Baok. Beberapa mata air yang ada oleh warga dibuatkan semacam bendungan.

"Indikasi menyusutnya air terjadi di beberapa lokasi. Sumber air mulai tergerus serta 2 tahun terakhir ini mulai ada konflik pemanfaatannya. Yang konflik itu antara masyarakat bawah dengan pelaku PKTI," kata dia.