Bukit Kelam menjadi objek wisata ikonik di Sintang, Kalimantan Barat. Menariknya, bukit ini bukan dari tanah, melainkan dari batu besar. Dinamakan kelam pun karena batu tersebut berwarna hitam kelam.
Bukit yang berjarak sekitar 23 km dari pusat Kabupaten Sintang ini bisa ditempuh sekitar 30-40 menit hingga ke kaki bukit. Di sepanjang perjalanan, traveler akan disuguhkan dengan pemandangan alam di kiri dan kanan seperti kebun sawit, pisang, dan karet.
Akses jalan menuju kaki bukit ini terbilang sangat baik dengan dilapisi aspal. Namun, jalanan yang naik turun seperti lewati bukit membuat pengendara mesti hati-hati. Dari cerita yang beredar, konon bukit tersebut dilingkupi berbagai kisah misteri.
Menurut Ketua Adat di Desa Kebong, Kabupaten Sintang, Karen Ayo (76) Bukit Kelam adalah batu yang di angkat oleh pemuda Dayak bernama Bujang Beji.Tujuannya pendekar raksasa ini ingin menutup persimpangan antara Sungai Kapuas dan Melawi.
"Jadi memang Bujang Beji ini raksasa, karena zaman dulu juga kan ukuran badannya lebih besar dari kita-kira sekarang ini, Jadi niatnya itu ambil batu besar ini buat nutup simpang Sungai Kapuas dan Melawi. Pas dia mau bawa ke sana cuma di perjalanan putus lah talinya, dari ikatan ilalang tadi tuh. Terus jatuh lah di sini, akhirnya jadi bukit kelam," ujarnya kepada detikcom, Rabu (28/8/2019).
"Saat jatuh, Bujang Beji ini mau mengangkat lagi, tapi nggak bisa. Dicongkel bagaimana pun juga nggak bisa. Begitulah cerita orang tua soal bukit kelam ini, " tambahnya.
Ada juga yang mengatakan bahwa Bukit Kelam adalah meteor yang jatuh ke bumi pada masa lalu. Hal itu juga dimungkinkan karena adanya batu dengan bentuk yang lebih kecil di area sekeliling kaki bukit kelam.
Terlepas dari segala mitos dan kisah misteri, tidak sedikit traveler yang naik ke puncak Bukit Kelam. Dalam perjalanan menuju puncak, traveler akan disuguhi pemandangan indah khas hutan Kalimantan.
Untuk mendaki sampai puncak bagi yang belum terbiasa memerlukan waktu 3-4 jam. Dengan kemiringan sampai 15-40 derajat maka dibuatkan tangga besi untuk mempermudah pendakian.
"Kalau jalannya dari bawah ke puncaknya, ada jalan setapak semacam tangga. Kekuatan tangganya itu boleh juga lah. Sampai sekarang masih utuh tangganya. Kalau di atas sana itu memang alam rimba lah, sampai sekarang ini masih dilestarikan alamnya," ujar Panji, salah seorang warga Desa Kebong, Kecamatan Kelam Permai.
"Kami sebagai warga bukit kelam ini merasa bangga lah, punya bukit kelam yang berbatu. Katanya terbesar sedunia. Makanya banyak juga turis-turis sedunia yang berkunjung ke sini," tambahnya.
Selain itu, di area kaki bukit yang masih dalam kawasan Desa Kebong, terdapat spot foto Instagramable. Bukit Kelam memang salah satu dari bagian cagar budaya milik Kabupaten Sintang. Selain hutan rimba, menurut warga sekitar, terdapat pula sumber mata air yang konon tak pernah habis meski kemarau.
Salah satu pemanfaatannya, air bersih tersebut diambil untuk dijadikan usaha air minum dalam kemasan. Dibantu dengan dana desa, air mineral kemasan ini baru tahun ini berjalan, dibentuk BUMDes untuk dikelola warga sekitar sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian lewat sumber daya alam yang ada. Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT, klik di sini.