Kamis, 02 Januari 2020

Tradisi Unik Korsel, Makan Es Serut di Musim Dingin

Inilah Hongdae, sebuah distrik di Kota Seoul, Korsel. Uniknya distrik ini, punya tradisi makan es serut saat musim dingin.

Hongdae, salah satu distrik di Kota Seoul punya es serut nikmat yang biasa dinikmati saat musim dingin. Selain itu, salah satu distrik kota seoul ini punya tempat nongkrong yang instagrammable.

Jika anda berlibur ke Korea Selatan Anda wajib mengunjungi salah satu distrik di Kota Seoul yaitu Hongdae. Lokasinya dekat dengan Hongik University. Apalagi, jika ingin merasakan liburan sebagai orang lokal Anda wajib datang kesini. Waktu yang tepat untuk datang ke sini adalah malam hari karena sepanjang area Hongdae akan dipadati dengan muda-mudi yang menunjukkan kebolehannya dalam street performance.

Namanya juga tempat wisata pasti akan dipadati oleh para wisatawan. Terkadang, saya berpikir jauh-jauh ke Korea Selatan bertemu juga dengan orang Indonesia. Selama berada di Korea Selatan, saya sempat mengunjungi beberapa tempat wisata di Kota Seoul dan hampir di setiap tempat wisata bertemu dengan turis asal Indonesia juga. Namun, suasana berbeda saya temukan di Hongdae.

Saat tiba di Hongdae, cuaca di sana sekitar 10 derajat celsius. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan empat musim, suhu pada saat musim semi termasuk suhu yang sejuk. Tapi, bagi kami yang biasa hidup di udara 28-35 derajat celsius, tentu cuaca ini membuat kami harus melapisi beberapa pakaian kami agar hangat.

Herannya lagi, buat mereka warga lokal, cuaca seperti ini digunakan untuk makan es serut. Saya penasaran ingin merasakan seperti warga lokal, saya langsung menuju ke salah satu kafe yang menjual es serut sebagai menu andalannya. Mereka menyebutnya dengan bingsu. Es serutnya benar benar lembut langsung meleleh ketika masuk ke mulut. Sensasi yang baru pertama kali dalam hidup saya merasakan es selembut dan seenak ini.

Kawasan Hongdae cukup luas. Kalau saya menyebut tempat ini sebagai pusat anak gaulnya Seoul. Kafe-kafe unik dan instagramable berjajar rapi di sekitar Hongdae. Kalau kalian ingin wisata belanja disini juga pilihan tepat.

Tidak hanya toko yang menjual kosmetik, namun fashion dan barang-barang branded juga bisa Anda temukan disini. Yang membuat Hongdae menarik adalah di tengah-tengah pusat pertokoan atau sepanjang jalan utama kalian bisa menyaksikan hiburan street performance gratis. Mulai dari bernyayi dengan alat musik, akapela, breakdance atau bahkan hanya dance cover boyband.

Satu hal yang membuat saya terkesan adalah para penonton yang datang ikut heboh bernyanyi dan bertepuk tangan mengapresiasi setiap pertunjukan. Padahal yang tampil disini bukan artis terkenal namun mereka menikmati pertunjukan tersebut layaknya menonton konser. Kalian juga akan menemukan orang lokal lebih banyak daripada wisatawan asingnya. Jadi terasa seperti benar-benar liburan di negara orang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, saya memutuskan untuk kembali ke hotel. Hongdae adalah tujuan terkahir kami di Korea Selatan, karena besok pagi kami harus ke bandara untuk kembali ke Indonesia. Saya lihat di dompet uang tunai tinggal sepuluh ribu won.

Kata orang sini, untuk kembali ke hotel saya bisa menggunakan taksi dan hanya dibutuhkan biaya tiga sampai lima ribu won. Saya rasa cukup dan langsung masuk ke dalam taksi menyebutkan nama hotel tempat kami menginap kepada supirnya.

Kurang lebih sudah 5 menit kami di dalam taksi tapi sepertinya jalanan yang ditunjukkan di GPS taksi belum menujukan hotel kami. Saya dan suami sudah mulai curiga jangan-jangan kami salah arah.

Berbekal dari tontonan drama korea setiap hari, kami mencoba berkomunikasi dengan bahasa korea seadanya. Menurut yang kami tangkap dari sang supir taxi bahwa, tujuan kami sudah benar. Tetapi kami tetap masih khawatir karena perjalanan tidak kunjung sampai dan uang kami pun hanya tinggal 10 ribu won.

Selain itu, kami tidak mengunakan simcard Korea kami hanya mengandalkan wifi gratis di tempat wisata. Sehingga, kami pun tidak bisa browsing ataupun menghubungi teman kami yang lain. Akhirnya saya dan suami bersikukuh untuk diantarkan ke daerah awal saja.

Supir taxi menunjukan kekesalannya kepada kami dengan menggunakan bahasa korea. Kami hanya bisa mengucapkan chongsanghamnida atau dalam bahasa Indonesianya kami meminta maaf.

Ternyata, ada dua hotel dengan nama yang sama. Awalnya supir taksi mengantarkan kami ke hotel yang berada jauh dari Hongdae. Namun, akhirnya kami berhasil sampai ke hotel tempat kami menginap walaupun sepanjang jalan mendengar omelan supir taksi.

Akhir Pekan di Garut, Ada Wisata Petik Jeruk

Ada wisata baru untuk menghabiskan akhir pekan di wilayah Kabupaten Garut. Di tempat ini, pelancong bisa makan, hingga memetik jeruk langsung dari pohonnya.

Kabupaten Garut dikenal salah satu surga wisata bagi wisatawan. Pasalnya, Garut punya beragam jenis tempat wisata alam. Daro mulai gunung hingga beragam pantai indahnya.

Ada beberapa tempat wisata ternama yang kerap dikunjungi wisatawan yang berlibur di Garut, seperti kawasan pemandian air panas Cipanas, Darajat, Pantai Santolo dan Taman Wisata Alam (TWA) Papandayan.

Jika bosan dengan tempat wisata tersebut, traveller bisa berlibur di sebuah kawasan wisata baru bernama Kebun Jeruk Cikajang.

Lokasinya terletak di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. 30 kilometer arah selatan dari pusat perkotaan Garut.

Keunggulan tempat wisata ini yaitu, di tempat ini traveller bisa makan jeruk sepuasnya. Selain itu, traveller juga bisa memetik sendiri jeruk Garut yang memiliki rasa yang khas langsung dari pohonnya.

Di tempat tersebut, traveller bisa ngadem sambil menikmati pemandangan indah khas perkampungan Garut yang terkenal dengan suhu dingin dan pemandangan yang indahnya.

"Mulai 2019, kebun kami ini dibuka untuk umum. Sekarang jadi tempat wisata, kalau dulu hanya kebun biasa," ujar Uus Kusnawan (58), pemilik kebun jeruk.

Uus mengatakan, kebun ini terbentuk dari ketidaksengajaan. Bermula dari anjloknya harga jeruk Garut di pasaran yang hanya dihargai Rp 5 ribu perkilogram oleh bandar. Petani yang enggan merugi kemudian berinovasi dengan menyulap kebun miliknya menjadi tempat wisata.

Alhasil, para petani jeruk pun kini merasakan keuntungan. Sejak dibuka pertengahan 2019, wisata kebun jeruk milik Uus tiap hari kian ramai dikunjungi wisatawan dari luar kota seperti Bandung hingga Jakarta.

Setiap wisatawan yang mampir ke tempat ini dikenakan biaya Rp 15 ribu per orang. Dengan tiket seharga tersebut, wisatawan dapat makan jeruk sepuasnya di tempat.

"Wisatawan juga bisa bekal jeruk sebagai oleh-oleh, harganya Rp 15 ribu per kilogram. Perlu diketahui jeruk Garut ini rasanya beda dari yang lain. Apalagi jeruk Garut kualitas super," ucap Uus.

Wisata Kebun Jeruk Cikajang ini bisa jadi referensi bagi traveler yang hendak menghabiskan libur akhir pekan. Tempat ini bisa jadi pilihan karena dekat dengan kawasan wisata pantai selatan dan Gunung Papandayan.

Tradisi Unik Korsel, Makan Es Serut di Musim Dingin

Inilah Hongdae, sebuah distrik di Kota Seoul, Korsel. Uniknya distrik ini, punya tradisi makan es serut saat musim dingin.

Hongdae, salah satu distrik di Kota Seoul punya es serut nikmat yang biasa dinikmati saat musim dingin. Selain itu, salah satu distrik kota seoul ini punya tempat nongkrong yang instagrammable.

Jika anda berlibur ke Korea Selatan Anda wajib mengunjungi salah satu distrik di Kota Seoul yaitu Hongdae. Lokasinya dekat dengan Hongik University. Apalagi, jika ingin merasakan liburan sebagai orang lokal Anda wajib datang kesini. Waktu yang tepat untuk datang ke sini adalah malam hari karena sepanjang area Hongdae akan dipadati dengan muda-mudi yang menunjukkan kebolehannya dalam street performance.

Namanya juga tempat wisata pasti akan dipadati oleh para wisatawan. Terkadang, saya berpikir jauh-jauh ke Korea Selatan bertemu juga dengan orang Indonesia. Selama berada di Korea Selatan, saya sempat mengunjungi beberapa tempat wisata di Kota Seoul dan hampir di setiap tempat wisata bertemu dengan turis asal Indonesia juga. Namun, suasana berbeda saya temukan di Hongdae.

Saat tiba di Hongdae, cuaca di sana sekitar 10 derajat celsius. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan empat musim, suhu pada saat musim semi termasuk suhu yang sejuk. Tapi, bagi kami yang biasa hidup di udara 28-35 derajat celsius, tentu cuaca ini membuat kami harus melapisi beberapa pakaian kami agar hangat.

Herannya lagi, buat mereka warga lokal, cuaca seperti ini digunakan untuk makan es serut. Saya penasaran ingin merasakan seperti warga lokal, saya langsung menuju ke salah satu kafe yang menjual es serut sebagai menu andalannya. Mereka menyebutnya dengan bingsu. Es serutnya benar benar lembut langsung meleleh ketika masuk ke mulut. Sensasi yang baru pertama kali dalam hidup saya merasakan es selembut dan seenak ini.

Kawasan Hongdae cukup luas. Kalau saya menyebut tempat ini sebagai pusat anak gaulnya Seoul. Kafe-kafe unik dan instagramable berjajar rapi di sekitar Hongdae. Kalau kalian ingin wisata belanja disini juga pilihan tepat.