Jumat, 03 Januari 2020

Bertemu dengan Sang Legenda, Si Komodo Naga

 Terinspirasi petualangan Sir David Attenborough yang berkunjung ke Pulau Komodo di tahun 1954, saya pun ingin bertemu dengan sang legenda, Si Komodo Naga.

Perjalanan itu guna mendokumentasikan si legenda hidup, yang memiliki nama Latin, Varanus komodoensis. Di saat itulah saya mulai membuat rencana untuk bertemu langsung dengan Komodo di habitat aslinya.

Yup, pertama yang harus dipersiapkan tentunya adalah moment yang tepat untuk berkunjung yakni antara bulan Juni sampai Agustus, sebelum musim kawin Komodo. Di masa itu, Komodo akan sulit dijumpai. Selain itu, musim kemarau cenderung ombak tidak tinggi dan tentu saja pemandangan di musim kemarau akan membuat landscape Labuan Bajo dan TN Komodo memiliki ciri khasnya, perbukitan dengan savana rumput menguning.

Jumlah flight ke Labuan Bajo belum sebanyak ke Bali, makanya harus dipersiapkan matang agar waktunya bisa optimal buatjalan-jalan di sana.Jangan lupa tujuan trip kesini adalah light adventure, jadi siapkan perlengkapan standarmu ya, seperti sepatu olahraga/sandal gunung, topi, kaca mata, pakaian yang mudah menyerap keringat, dan lotion anti UV biar kulitmu gak gosong.

Banyak pilihan yang bisa kamu gunakan ketika hendak eksplorasi TN Komodo, tentunya semuanya menggunakan perahu. Tersedia pilihan fast boat, dimana kamu bisa pergi pagi dan pulang di sore harinya. Bisa juga menggunakan kapal kayu semi Phinisi yang dapat memuat 6 orang, bahkan kapal Phinisi yang ukuran dan daya tampungnya lebih besar lagi. Kamu bisa sewa secara private maupun dapat secara berkelompok dengan turis lain. Tentunya semuanya punya konsekuensi masing-masing, mulai dari harga sampai privasi.

Berhubung tujuan kami ingin mendapat pengalaman seru maka kami memutuskan untuk menyewa perahu semi Phinisi yang akan mengantar ke destinasi di TN Komodo sekaligus hotel kami selama 2 malam (live on boat).

Persinggahan pertama adalah Pulau Kelor, ini adalah satu satu destinasi wajib kunjung. Disana ada satu spot yang sering dijadikan 'studio foto', bukit yang berlatar belakang pemandangan laut dengan pasir putih,dan airnya yang bersih kehijauan serta perbukitan berwarna coklat.

Untuk naik ke atas bukit Pulau Kelor, butuh usaha ekstra karena tanjakannya yang terjal, namun sesampainya di atas semuanya terbayar dengan keindahan panoramanya. Di kaki bukit, kamu bisa santai beristirahat disana terdapat penjual kelapa muda serta penjaja souvenir khas seperti ukiran kayu komodo.

Perjalanan dilanjutkan ke Pulau Rinca, untuk bertemu dengan Komodo. Di pos kedatangan, ranger akan menemani kamu untuk berkeliling Pulau Rinca. Tersedia 3 pilihan mulai trek pendek, sedang dan jauh, tergantung kesiapan fisik dan waktu.

Meskipun trek pendek kamu tidak akan kecewa karena sepanjang perjalanan ranger akan menceritakan siklus dan kebiasaan Komodo. Kamu akan diajak singgah melihat sarang tempat biasa Komodo menyimpan telurnya. Bila memungkinkan, kamu bisa berfoto dengan jarak yang aman dengan Komodo. Ingat, Komodo adalah binatang liar yang ganas, selalu patuhi instruksi dari ranger ketika berfoto.

Kapal kembali bergerak mengejar moment sunset dan 'parkir' di dekat Pulau Kalong. Kebetulan sore itu udara cerah, jadi kami bisa menyaksikan semburat langit warna oranye kemerahan matahari yang tenggelam dengan latar depan siluet bukit dan pohon bakau. Dan sesuai namanya pertunjukkan berikutnya adalah pemandangan ribuan kelelawar yang terbang dari Pulau Kalong untuk mencari makan di pulau-pulau sekitarnya.

Pasukan Batman ini seperti tidak ada habisnya keluar dari sarangnya memenuhi cakrawala. Sampai akhirnya malam datang, pemandangan berubah ke episode berikutnya. Langit berubah menjadi canvas raksasa tempat Milky Way, taburan bintang menampakkan keindahannya. Hal yang nyaris mustahil kita dapati di kota-kota besar saat ini. Benar-benar penutup hari yang sempurna.

Kamis, 02 Januari 2020

Ratu Bunga Tomohon 2019 Diharap Promosikan Pariwisata

Event Tomohon International Flower Festival 2019 menghadirkan nama Blessy Easter Sara Tangel sebagai Ratu Bunga Tomohon 2019. Blessy berhasil menyisihkan 15 finalis lainnya. Grand Final Pemilihan Ratu Bunga Tomohon 2019 digelar di Grand Linow Resto, Danau Linow, Tomohon, Jumat (9/8/2019) malam.

Wali Kota Tomohon, Jimmy Feidi Eman, berharap juara Ratu Bunga bisa menjadi duta pariwisata untuk Kota Tomohon.

"Kita berharap Ratu Bunga bisa memperkenalkan pariwisata Tomohon. Tidak hanya sekadar ajang adu gengsi yang kemudian menghilang. Ratu Bunga harus sejalan dengan semangat untuk memajukan sektor pariwisata Tomohon," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/9/2019).

Sejak awal, Blessy tampil sangat cantik dan elegan. Ia dan 15 finalis lainnya mengawali penampilan dengan berlenggak-lenggok menggunakan baju kebaya. Blessy Tangel yang bernomor urut 11, tampil dengan balutan busana warna merah.

Babak ini dilalui Blessy dengan mulus. Ia melaju ke babak 5 besar. Di babak ini, ke-5 finalis tampil dengan gaun malam. Mereka juga mendapatkan pertanyaan dari juri kehormatan, Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Dengan penuh percaya diri, Blessy menjawab pertanyaan menggunakan bahasa Inggris.

Berbekal kecantikan, kepintaran, serta pengetahuannya, Blessy kemudian dinobatkan sebagai juara. Mahkota disematkan Putri Pariwisata 2018 Gabriella Patricia Mandolang.

Walikota Jimmy menambahkan, Tomohon saat ini sedang membangun sektor pariwisata. Mulai dari pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, Tomohon dianugerahi dengan banyaknya destinasi, juga budaya.

"Oleh karena itu, Pemerintah Kota Tomohon sangat serius menggarap sektor pariwisata. Kita pun mengajak stakeholder terkait untuk sama-sama membangun sektor ini. Dan Ratu Bunga kita harapkan menjadi bagian dari hal itu," harapnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, mengatakan Tomohon sudah membuktikan diri mampu menggelar event yang berkualitas.

"Pemilihan Ratu Bunga dan Tomohon International Flower Festval membuktikan jika Tomohon siap menjadikan pariwisata sebagai sektor utama. Atraksi ini sangat menarik perhatian. Dan bisa dikemas dengan sangat baik. Tomohon memiliki modal yang bagus. Terlebih lagi mereka memiliki alam yang indah dan nyaman. Sangat layak dijuluki sebagai Kota Bunga," ujar Rizki.

Sementara Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kemenpar, Esthy Reko Astuty mengatakan rangkaian kegiatan di Tomohon International Flower Festival 2019 sangat semarak.

"Pelaksanaan TIFF tahun ini memang semarak. Karena agendanya sangat banyak. Sangat padat. Semuanya juga dikemas dengan sangat menarik. Seperti kontes pemilihan Ratu Bunga. Tomohon patut bangga memiliki generasi millennial yang sangat peduli dengan pariwisata daerah," papar Esthy yang menjadi juri Grand Final Ratu Bunga 2019.

Sementara itu, Arief Yahya mengatakan kontes Ratu Bunga membuat Tomohon International Flower Festival 2019 menjadi dekat dengan milenial.

"Hal yang membuat TIFF 2019 semakin dekat dengan milenial adalah Ratu Bunga. Dari event ini, para milenial akan semakin dekat dengan pariwisata. Dan itu yang dibutuhkan. Karena, milenial adalah generasi masa depan pariwisata. Inbound dari traveller millennial sangat tinggi. Makanya harus kita rangkul," pungkasnya.