Kamis, 09 Januari 2020

Homepod, Penginapan Portabel Berbentuk Rumah Telur di Labuan Bajo

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tidak pernah berhenti memperkuat aspek 3A di destinasi. Apalagi, untuk destinasi sekelas Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Tujuannya, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Di tempat ini, Kemenpar menghadirkan konsep amenitas nomadic. Yaitu membangun homepod. Lokasinya di Desa Wisata Liang Ndara, Manggarai Barat.

Homepod dikenal juga sebagai rumah telur. Ia adalah penginapan berbentuk bangunan portable. Karakternya semi-fixed. Bangunan ini bisa dibongkar kembali setelah dipasang. Umumnya, masa pakai Homepod minimal 6 bulan hingga 1 tahun.

Menurut Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman, pembangunan homepod adalah inisiasi Kemenpar.

"Pembangunan homepod berada di Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata. Atau inisiasi kita. Homepod ini dibangun di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas. Dan merupakan pilot project. Selain di Desa Liang Ndara, homepod juga kita bangun di Desa Wisata Sigapiton Danau Toba," papar Dadang dalam keterangannya, Kamis (25/7/2019).

Selain di Labuan Bajo, proses pembangunan homepod juga sedang dilakukan di Mandalika, Morotai, dan Wakatobi. Semuanya masuk dalam Destinasi Pariwisata Prioritas. 4 Lokasi homepod yang akan dibangun, berada di wilayah pengembangan destinasi regional III.

Ditambahkannya, pembangunan homepod ini sesuai dengan konsep nomadic tourism. Sebagai daerah yang banyak dikunjungi wisatawan, Dadang menilai Labuan Bajo harus memiliki banyak amenitas.

Namun, untuk membangun amenitas mewah seperti hotel, dibutuhkan biaya yang besar dan memakan waktu yang cukup lama.

"Itulah mengapa kita terapkan amenitas nomadic. Konsepnya, solusi sementara sebagai solusi selamanya," terang Dadang lagi.

Sementara Asdep Pengembangan Destinasi Regional III Kemenpar Harwan Ekon Cahyo, mengatakan pembangunan ini sekaligus respons atas tingginya kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo.

"Kita melihat jumlah kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo sepanjang 2018 cukup tinggi. Oleh karena itu, kita menawarkan homepod. Dan amenitas ini bisa menjadi alternatif. Khususnya buat para wisatawan nomadic. Yang memiliki mobilitas tinggi," papar Harwan.

Ditambahkan Harwan, peran aktif Kadisparbud Manggarai Barat, Augustinus Rinus, dalam merespons program pusat patut diberikan acungan jempol. Karena, Augustinus Rinus sangat mendukung pengembangan Manggarai Barat.

Menurutnya, selain anggaran rutin Kemenpar, program pengembangan destinasi super prioritas Labuan Bajo juga didukung oleh Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana itu tidak hanya untuk pembangunan homepod saja. Tapi juga penataan kawasan objek wisata yang ada di Labuan Bajo.

Khususnya, objek wisata andalan di Bajo seperti kawasan TN Komodo (Pulau Komodo, Pulau Rinca) Pink Beach, Goa Batu Cermin, Air Terjun Cunca Wulang, dan Goa Rangko. "Selama di Bajo, wisatawan bisa melakukan berbagai aktivitas. Seperti Snorkiling, Diving, Trekking, Liveaboard, Wisata Kuliner di Kampung Ujung," sambung Harwan.

Ditambahkannya, pengembangan di Labuan Bajo sebagai Destinasi Super Prioritas meliputi semua aspek 3A. Untuk Aksesibilitas, dilakukan pengembangan Bandara Komodo menjadi Bandara Internasional. Juga pembangunan Pelabuhan Marina yang terintegrasi dengan hotel. Dan sudah ada Kapal Marina Komodo yang melayani wisatawan ke pulau-pulau di kawasan TN Komodo. Untuk Amenitas, ada Ayana Resort yang sudah beroperasi.

"Saat ini pengembangan destinasi Labuan Bajo diarahkan ke Utara untuk pengembangan pelabuhan niaga. Sehingga, terpisah dengan Pelabuhan Marina. Akses dan atraksi jalur selatan juga sedang dikembangkan untuk bisa tembus ke Kampung Wae Rebo Kabupaten Manggarai. Nantinya, jalur wisatawan yang datang dan keluar Labuan Bajo bisa melalui jalur utara maupun selatan," papar Harwan.

Berdasarkan data BPS, jumlah Wisatawan Nusantara yang berkunjung sebanyak ke Kabupaten Manggarai Barat tahun 2018 sebanyak 91.330 orang. Sedangkan Wisatawan Mancanegara 71.111 orang.

Sementara untuk tahun 2019, kawasan ini diproyeksikan bisa menghadirkan 500.000 wisman, dan 1.000.000 wisnus.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, Selasa (23/7/2019) lalu berkesempatan menyaksikan homepod di Desa Wisata Liang Ndara. Arief bahkan sempat melihat bagian dalamnya.

"Pilihan destinasi Manggarai Barat mengembangkan konsep Nomadic Tourism sangat ideal. Alam dan budaya eksotisnya sangat mendukung. Para wisatawan semakin dekat dengan alam. Mereka mendapat experience lebih, khususnya melalui Homepod ini. Destinasi juga punya daya tampung besar," tutur mantan Dirut PT Telkom itu.

Dijelaskannya, amenitas dalam konsep nomadic tourism cukup banyak. Selain Homepod, ada juga Caravan dan Glamping.

12 Fakta tentang Ikan Piranha, Benarkah Bisa Makan Manusia?

3. Hidup di Amerika Selatan

Saat ini habitat alami ikan piranha adalah sungai-sungai di Amerika Selatan, mulai dari Sungai Orinoco di Venezuela sampai Sungai ParanĂ¡ di Argentina. Diperkirakan ada 30 spesies ikan piranha berbeda yang hidup di danau dan sungai di Amerika Selatan saat ini.

Ikan air tawar ini telah menghabiskan jutaan tahun menguasai sungai-sungai di Amerika Selatan. Fosil membuktikan nenek moyang ikan piranha mulai menempati sungai di kawasan ini sejak 25 juta tahun yang lalu, tapi ikan piranha modern baru hadir di kawasan ini sejak 1,8 juta tahun yang lalu.

4. Gigi Piranha Bisa Copot

Gigi piranha terkenal tajam dan menakutkan yang tingginya bisa mencapai 4 milimeter. Gigi piranha juga bisa copot beberapa kali selama masa hidupnya, yang bisa mencapai delapan tahun di penangkaran.

5. Gigitannya Sangat Kuat

Piranha tidak hanya memiliki gigi yang tajam, tapi ikan ini juga bisa menggigit dengan kekuatan yang mencengangkan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Scientific Reports, peneliti menemukan bahwa piranha hitam, yang merupakan spesies piranha modern terbesar, bisa menggigit dengan kekuatan sebesar 32 kilogram. Angka tersebut tiga kali lebih besar dari massa tubuh mereka!

6. Piranha Memakan Manusia, Tapi...

Pemikiran bahwa ikan piranha bisa memakan manusia hidup-hidup mungkin hanya mitos fiksi dibanding fakta. Memang pernah ditemukan beberapa kasus piranha yang memakan manusia di Amerika Selatan, tapi biasanya korban sebelumnya tenggelam dan telah meninggal dunia terlebih dahulu.

7. Beberapa Ada yang Kanibal

Makanan sehari-hari ikan piranha adalah serangga, ikan, udang-udangan, ulat dan masih banyak lagi. Tapi, pilihan menu ini sering berganti seiring usia ikan piranha dan ketersediaan sumber makanan.

Jadi, jika makanan favorit mereka sedang menipis dan kompetisi di sungai sedang banyak, ikan piranha kadang menjadi kanibal dan memakan sesamanya, baik itu dalam keadaan hidup atau mati.

8. Ada Juga yang Vegetarian

Walau identik sebagai ikan pemakan daging yang ganas, ada juga spesies ikan piranha yang omnivora atau pemakan daging dan tumbuhan. Bahkan peneliti menemukan spesies Tometes camunani yang hidup di cekungan Trombetas di ParĂ¡, Brazil yang justru lebih sering memakan gulma sungai.

9. Mengincar Ekor dan Mata Mangsa

Studi yang dilakukan pada tahun 1972 menemukan ikan piranha perut merah lebih sering menyerang mangsanya mulai dari ekor dan atau mata mereka. Peneliti mengungkap strategi ini dilakukan karena bisa melumpuhkan mangsa dengan efektif.


10. Bisa "Menggonggong"

Ikan piranha bisa mengeluarkan tiga suara khas untuk memperingatkan lawannya. Jika diancam oleh ikan lain, piranha akan mengeluarkan suara yang mirip dengan gonggongan anjing.

Jika sedang bertarung dengan ikan lain, ikan piranha mengeluarkan suara mendengus atau bunyi gedebuk yang dihasilkan oleh organ swimbladder. Jika lawannya tidak segera mundur, piranha akan menggertakkan gigi-giginya dan langung mengejar musuhnya.

11. Bisa Dimakan

Sup piranha merupakan makanan yang populer di kawasan Pantanal di Brazil. Tapi ada juga yang memasak piranha dengan cara dipanggang di atas daun pisang dan dibumbui dengan tomat dan jeruk limau.

Di beberapa komunitas di Amazon, ikan piranha dianggap sebagai afrodisiak atau makanan yang bisa meningkatkan gairah seksual. Tapi ada juga yang menganggap memakan ikan piranha sebagai hal yang tabu.

12. Hanya Menyerang jika Diganggu

Walau memiliki reputasi suka menyerang manusia, piranha sesungguhnya hanya menyerang jika mereka diganggu. Biasanya piranha menyerang penyelam jika tinggi muka air menurun, mangsa menipis, atau jika ada yang mengganggu telur mereka yang dikubur di dasar sungai.

Intinya, jika seseorang berada di situasi di mana ikan piranha merasa terancam atau sangat lapar, kemungkinan ikan tersebut akan menjadi lebih agresif dan bisa saja menyerang manusia.