Senin, 13 Januari 2020

Berdiri di 2 Negara, Rumah Ini Jadi Daya Tarik Wisatawan di Nunukan

Festival Crossborder Nunukan 2019 yang telah sukses digelar memiliki banyak keseruan yang tersaji dan bisa dinikmati sepuasnya selama dua hari perhelatan, pada 13-14 Juli 2019. Event yang digelar di wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia ini menjadi daya tarik tersendiri.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Area II Adella Raung yang menyempatkan diri untuk singgah di Pulau Sebatik. Secara administratif, Pulau Sebatik masuk dalam wilayah Kecamatan Sebatik, yaitu kecamatan paling timur di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

Adella menjelaskan, Pulau Sebatik terbagi menjadi dua. Belahan utara seluas 187,23 km² merupakan wilayah Negara Bagian Sabah, Malaysia. Sedangkan belahan selatan dengan luas 246,61 km² masuk ke wilayah Indonesia di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Dari luas ini, sekitar 375, 52 hektare adalah kawasan konservasi.

"Yang paling unik dari Pulau Sebatik adalah keberadaan rumah warga yang dibangun tepat di perbatasan. Bagian ruang tamu berada di Indonesia, sementara bagian dapurnya ada di Malaysia," ujar Adella, dalam keterangan tertulis, Senin (15/7/2019).

Adella menceritakan, konon bangunan yang ada sejak tahun 1977 itu adalah milik WNI bernama Mangapara. Ia tercatat sebagai penduduk Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan. Tempat tinggalnya terletak di Tugu Patok 3 perbatasan Indonesia dan Malaysia.

"Perbatasan di sini hanya ditandai dengan Tiang Bendera Merah Putih. Jumlahnya ada dua. Salah satunya bertuliskan 'Kokohkan Merah Putih di Tapal Batas'. Tak jauh dari rumah Mangapara, dibangun pula pos TNI sebagai penjaga perbatasan," jelasnya.

Menurut Adella, awalnya Mangapara hanya mendiami wilayah Indonesia. Warga Malaysia yang menjadi tetangganya kemudian berbaik hati memperbolehkan Mangapara membangun dapur di tanahnya. Jadilah, rumah di dua wilayah negara.

"Meski hanya rumah biasa, namun keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Khususnya para pelancong dari luar daerah yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Nunukan atau wilayah perbatasan," bebernya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan, Nunukan sendiri menjadi salah satu wilayah perbatasan yang diprioritaskan. Artinya, Kemenpar terus berupaya agar wilayah ini lebih 'hidup' sehingga roda perekonomian warga dapat berputar.

"Festival Crossborder Nunukan bukan sekali ini saja digelar. Sebelumnya juga sudah kita helat dan sukses menarik banyak wisatawan. Bisa saja ini menjadi agenda rutin karena berpotensi mendatangkan wisman," ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Kemenpar memang berusaha menghidupkan wilayah perbatasan, salah satunya di Nunukan. Caranya, antara lain dengan memperbanyak event dan acara yang bisa dinikmati oleh tetangga negara seperti Tawau di Malaysia.

"Kegiatan rutin seperti Festival Crossborder bisa menaikkan ekonomi di perbatasan. Rumusnya, perpindahan orang itu sama dengan perpindahan uang," tandasnya.

Sebagai informasi, Kecamatan Sebatik terdiri dari empat desa, yaitu Tanjung Karang, Pancang, Sungai Nyamuk Tanjung Aru, dan Setabu. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi prioritas utama pembangunan, karena berbatasan langsung dengan Malaysia. Selain pariwisata, program utama yang dilakukan di Pulau Sebatik adalah pembangunan sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Minggu, 12 Januari 2020

Eksotisme Candi Palah dalam Balutan Purnama Seruling Penataran

Eksotisme Candi Palah dieksplorasi dalam balutan pertunjukan seni tari dan musik. Disorot cahaya lampu, dikemas dalam sajian Purnama Seruling Penataran (PSP).

Disebut Purnama Seruling Penataran karena moment sinar bulan pada saat purnama, sebagai saat yang tepat menggelar pertunjukan seni kolosal. Ketua pelaksana, Wima Brahmantya menyebut, cahaya bulan purnama memancarkan energi positif untuk pertunjukan karya tari ini.

"Bulan purnama itu memancarkan energi positif. Semoga energi positif ini bisa kita serap bersama. Sambil menikmati kolaborasi penampilan seniman tari dan musik lokal dan internasional," kata Wima pada detikcom, Selasa (16/7/2019).

PSP digelar sejak tahun 2010. Untuk tahun ini menghadirkan Jaranan Pegon Blitar, Barongsai dan Liong Klenteng Poo An Kiong dan Barong dari Sanggar Mega Mendung Budaya yang mewakili penampil lokal. Meski berasal dari Blitar, Barongsai dan Liong Klenteng Poo An Kiong adalah representasi kesenian Nusantara. Sementara dari mancanegara akan hadir Rodrigo Parejo (Spanyol) dan Yuliana Meneses Orduno (Meksiko).

Dipilihnya Candi Palah atau Penataran, karena candi yang terletak di lereng Gunung Kelud ini merupakan simbol kemegahan dan kejayaan Nusantara.

"Lewat event kesenian ini, kami ingin menguatkan jati diri bangsa. Dengan beragam budaya dan kekayaan warisan leluhur, kami ingin tunjukkan kemegahan Candi Palah ini dimata dunia sambil menikmati kolaborasi seni yang disajikan," imbuh Wima.

Purnama Seruling Penataran kali ini bertema Bubhuksah Dan Gagang Aking. Tari tradisional kontemporer yang menceritakan salah satu relief yang terdapat pada pendopo teras Candi Palah. Cerita tersebut tentang perjalanan spiritual dua anak manusia hingga mencapai nirwana.

"Ini juga menceritakan dua tokoh bangsa saat ini. Bubhuksah itu badannya gemuk. Sedangkan Gagang Aking tubuhnya kurus. Kedua tokoh ini ingin kebaikan bagi bangsa. Namun memamg harus ada yang ikhlas berkorban untuk kepentingan bangsa," tuturnya.

Ratusan penonton tampak menikmati pertunjukan ini. Di bawah terang sinar purnama dan perpaduan lighting beraneka warna, gerakan tari terlihat semakin indah dipandang.

Dengan latar belakang Candi Palah yang megah. Ribuan lampu lentera yang dipajang di setiap sudut candi, membuat suasana semakin syahdu. Walaupun suhu udara di Candi Palah Nglegok ini cukup dingin, namun pengunjung tak beranjak sampai pertunjukan usai.

"Saya kebetulan penganten baru. Ini ingin menikmati suasana romantis di sini. Kabarnya pertunjukan ini hanya ada di Blitar," kata Ninda penonton dari Surabaya.

Memang tak hanya warga Blitar yang menonton. Ratusan penonton ini juga datang Malang, Tulungagung, Kediri dan Surabaya. Bahkan ada wisatawan mancanegara ikut menikmati pertunjukan Purnama Seruling Penataran ini.

Ibadah yang Nyaman di Masjidil Haram

 Bagi traveler Muslim, perjalanan ke Masjidil Haram adalah perjalanan istimewa, baik dalam rangka beribadah haji maupun umrah. Ibadah di sana sungguh nikmat.

Agar bisa beribadah dengan nyaman di Masjidil Haram, ada beberapa tips yang bisa di coba. Pertama, Thawaf di lantai atas, jamaa umumnya memilih lantai dasar untuk melaksanakan Thawaf dengan alasan lebih dekat dengan Kabah.

Namun , jika situasi penuh dan berdesakan, jamaah bisa melaksanakan Thawaf di lantai atas, atau bersamaan dengan para pengguna kursi roda. Jamaah bisa lebih leluasa dalam melaksanakan Thawaf dan tidak berdesak-desakan. Thawaf di lantai atas memakan waktu sekitar 40 hingga 50 menit.

Kemudian, pilih Waktu Thawaf yang tepat. Jika kondisi fisik cukup kuat, haji maupun umrah bisa melaksanakan Thawaf 2x dalam sehari. Waktunya? Sebenarnya Thawaf bisa dilakukan kapan saja, tapi lebih nyaman jika melaksanakan Thawaf di pagi hari setelah salat Subuh atau malam hari setelah Isya. Pada waktu pagi cuaca tidak begitu panas dan kondisi badan masih segar.

Selanjutnya, Sa'i di lantai atas tidak banyak yang tahu. Ada lebih dari satu tempat Sa'i di Masjidil Haram. Tempat sa'i yang sangat ramai ada di lantai bawah. Adapun tempat Sa'i di lantai atas relatif sepi dan lengang.

Untuk menghindari keramaian dan situasi berdesak-desakan, jamaah haji maupun umrah sebaiknya memilih Sa'i di lantai atas.

Selanjutnya, membawa alas kaki ke dalam masjid Sebelum masuk Masjidil Haram. Sebaiknya jamaah menyimpan alas kaki dalam tas dan membawanya masuk dalam masjid. Hal ini menghindari hilang atau tertukarnya alas kaki. Walaupun disediakan rak tempat alas kaki di dekat pintu masuk, sebaiknya alas kaki tetap dibawa karena belum tentu jamaah melalui pintu yang sama saat keluar masjid.

Jika memerlukan kantong plastik, jamaah bisa mendapatkannya dari askar atau mengambil di roll yang ada di tepi jalan sebelah Al Sofwah Tower, tak jauh dari Pintu Ajyad.

Selamat beribadah di Masjidil Haram!