Selasa, 14 Januari 2020

5 Fakta Tugu Jogja, Ikon Bersejarah Kota Yogyakarta

 Tugu Jogja menjadi salah satu simbol bersejarah kota Jogja. Tugu Jogja juga memiliki beberapa fakta menarik dari mulai filosofi sampai bangunannya. Penasaran?

Tugu Jogja terletak di simpang empat antara jalan Sudirman di sisi Timur jalan AM Sangaji di sisi Utara, jalan Diponegoro di sisi Barat, dan jalan Mangkubumi di sisi Selatan.

Berada di jantung kota, Tugu yang dinamakan Pal Putih ini disebut sebagai titik pusat daerah ini. Selain Tugu Jogja, sebenarnya Jogja memiliki beberapa ikon lainnya seperti Pantai Selatan, Gunung Merapi, dan Kraton Yogyakarta.

Sama seperti bangunan-bangunan bersejarah lainnya. Tugu Jogja juga memiliki cerita dan filosofi yang menarik. Ada pula mitos yang mengatakan kalau siapa saja yang berfoto di Tugu Jogja, suatu saat akan kembali lagi ke tempat tersebut.

Berikut ini 5 fakta tentang Tugu Jogja yang perlu kamu ketahui.

1. Pernah Dinamakan Tugu Golong Gilig

Pada zaman Belanda, Tugu Jogja disebut dengan Tugu Golong Gilig. Disebut Golong Gilig karena dibagian atasnya ada bentuk seperti bola. Jadi, awalnya tugu ini berbentuk silindris (Gilig) dan menyangga bola pejal (Golong) sehingga dinamakan Golong Gilig.

Golong Gilig mengandung arti menyatukan hubungan antara kasultanan Jogja dengan rakyatnya.

2. Pernah Runtuh Tahun 1867

Pada tahun 1867 gempa hebat melanda Jogja dan Tugu Golong Gilig sempat runtuh. Gempa bumi ini terjadi tepatnya pada 10 Juni 1867. Setelah sempat runtuh, akhirnya Tugu ini kembali dibangun pada zaman Sri Sultan Hamengkubuwono VII pada 3 Oktober 1889.

3. Tinggi Tugu Menyusut 10 Meter

Sebelumnya, Tugu Golong Gilig yang kini bernama Tugu Jogja memiliki tinggi 25 meter dan saat dibangun kembali, tingginya dibuat menjadi 15 meter. Tugu ini kemudian diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII.

4. Simbol Bintang Enam Sudut

Tugu Pal Putih atau Tugu Jogja terdapat beberapa simbol maupun tulisan dalam aksara Jawa. Simbol Tugu Jogja yang paling terlihat adalah lambang bintang dengan enam sudut, gambar Tugu Jogja ini menyerupai Bintang David.

Bagian ujung Tugu Jogja berbentuk seperti tanduk seekor kuda putih dengan bentuk spiral dan berwarna emas.

5. Dibuat Miniatur

Saking sangat ikoniknya, Tugu Jogja selalu bikin kangen para traveller berkunjung. Banyak beredar gambar Tugu Jogja dalam bentuk vector yang menarik untuk dilihat.

Bagi kamu yang mampir ke Stasiun Tugu, bisa mendapati sebuah miniatur Tugu Jogja yang dijual. Versi Tugu Jogja mini ini bisa lho jadi oleh-oleh khas dari Jogja.

Jadi kapan kamu ke Tugu Jogja?

Perth Australia Barat, Jadi Tempat Liburan Ideal Keluarga

Mendapat predikat sebagai salah satu kota tercantik dan paling layak huni di dunia, Perth, ibu kota Australia Barat adalah tujuan ideal untuk memulai petualangan ala Australia.

Director Partnership Tourism Western Australia (TWA) Andrew Oldfild mengatakan, Perth telah mengalami transformasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir dengan beragam hotel baru, kawasan publik, restoran, wisata budaya dan berbagai rangkaian acara yang menarik.

"Di luar Kota Perth, pengunjung juga akan menemukan hutan pohon yang tinggi, garis pantai yang sangat indah, hasil bumi yang dijunjung tinggi, formasi batuan yang unik, dan interaksi dengan satwa liar yang tak terlupakan," ujar Andrew di Ocha & Bella Hotel Morrisey, Rabu (10/7/2019).

"Pembangunan Optus Stadium yang canggih dengan 60.000 tempat duduk dan beberapa ruang publik baru, seperti Elizabeth Quay dan Yagan Square, telah mengubah wajah kota Perth. Penawaran alamnya juga berkelas dunia, termasuk salah satu taman kota terbesar di dunia, Kings Park, serta hamparan pantai metropolitan yang jernih dan indah di Rottnest Island," imbuhnya

Salah satu aktor dan influencer Indonesia Ringgo Agus Rahman berbagi pengalaman perjalanannya di Australia Barat ketika ia mendapat kesempatan untuk mengunjungi Perth, Coral Coast dan South West. Menurutnya, Australia Barat menjadi rekomendasi daftar rencana untuk berlibur tanpa meninggalkan kemajuan kota modern.

"Pembangunan di Australia Barat ini luar biasa, ini terlihat dari landmark yang khas di setiap wilayah, di mana pengunjung dapat menghabiskan waktu dan menikmati ragam atraksi berdasarkan minat khusus mereka, baik itu pemandangan alam, seni, musik, dan masih banyak lagi," kata Ringgo

"Perth juga menjadi kota yang ideal untuk liburan bersama keluarga, dari utara hingga ke selatan gue susuri banyak sekali area publik dan taman bermain anak bahkan lebih besar dari central park yang ada di New York, buat gue ini tempat yang paling ideal buat semua orang untuk kumpul bersama," ujar Ringgo

Archipelago Mulai Terapkan Fasilitas Ramah Lingkungan di Hotel

Masalah sampah, khususnya limbah plastik kini menjadi masalah dunia. Grup hotel Archipelago pun menanggapi masalah ini dengan serius.

Limbah plastik yang dihasilkan dari hotel mencapai jumlah besar. Mulai dari bekas produk sabun, sikat gigi, plastik hingga botol minum. Inilah yang mendasari grup hotel Archipelago untuk ikut menyelamatkan bumi.

"Saya membaca riset bahwa ada setidaknya sampah yang dihasilkan manusia mencapai 10 juta jumlahnya setiap tahun. Hal ini dilakukan untuk menjaga alam, khususnya laut," ujar Winston Hanes, Director of Operations Archipelago Hotel Group saat ditemui dalam peresmian favehotel Hasyim Ashari Tangerang, Rabu (10/7/2019).

Maka dari itu, sejumlah fasilitas hotel grup Archipelago kini menggunakan produk ramah lingkungan. Mulai dari kamar, amenitas hingga beberapa fasilitas lainnya.

"Misalnya saja air minum. Kita mengganti botol plastik dengan gelas dan jug besar. Di setiap lantai, kami sediakan dispenser untuk mengambil air. Begitupun wrapping plastik yang diminimalisir," tambah dia.

Beberapa amenitas pun juga menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan. Seperti sabun, shampoo, sisir bahkan sikat gigi.

"Kami juga sudah mengganti shampoo dan sabun menggunakan tube besar. Sikat gigi yang kami berikan pun terbuat dari bambu," tambah dia.

Menurut Winson, hal ini akan dilakukan bertahap. Pihak Archipelago masih akan terus bekerja sama dengan pihak-pihak profesional yang dapat membantu mengurangi limbah plastik.

Hal ini pun bisa dibilang positif untuk menjaga lingkungan. Terang saja, sampah plastik menjadi masalah serius yang dihadapi bumi. Sejumlah restoran pun kini sudah memberlakukan hal yang sama untuk meminimalisir penggunaan plastik yang tidak dapat terurai.

"Kedepannya, kami juga akan menggunakan sedotan yang terbuat dari singkong yang lebih ramah lingkungan. Karena sedotan plastik dapat berbahaya kedepannya, dan penggunaanya sangat banyak," imbuh dia.

5 Fakta Tugu Jogja, Ikon Bersejarah Kota Yogyakarta

 Tugu Jogja menjadi salah satu simbol bersejarah kota Jogja. Tugu Jogja juga memiliki beberapa fakta menarik dari mulai filosofi sampai bangunannya. Penasaran?

Tugu Jogja terletak di simpang empat antara jalan Sudirman di sisi Timur jalan AM Sangaji di sisi Utara, jalan Diponegoro di sisi Barat, dan jalan Mangkubumi di sisi Selatan.

Berada di jantung kota, Tugu yang dinamakan Pal Putih ini disebut sebagai titik pusat daerah ini. Selain Tugu Jogja, sebenarnya Jogja memiliki beberapa ikon lainnya seperti Pantai Selatan, Gunung Merapi, dan Kraton Yogyakarta.

Sama seperti bangunan-bangunan bersejarah lainnya. Tugu Jogja juga memiliki cerita dan filosofi yang menarik. Ada pula mitos yang mengatakan kalau siapa saja yang berfoto di Tugu Jogja, suatu saat akan kembali lagi ke tempat tersebut.

Berikut ini 5 fakta tentang Tugu Jogja yang perlu kamu ketahui.

1. Pernah Dinamakan Tugu Golong Gilig

Pada zaman Belanda, Tugu Jogja disebut dengan Tugu Golong Gilig. Disebut Golong Gilig karena dibagian atasnya ada bentuk seperti bola. Jadi, awalnya tugu ini berbentuk silindris (Gilig) dan menyangga bola pejal (Golong) sehingga dinamakan Golong Gilig.

Golong Gilig mengandung arti menyatukan hubungan antara kasultanan Jogja dengan rakyatnya.

2. Pernah Runtuh Tahun 1867

Pada tahun 1867 gempa hebat melanda Jogja dan Tugu Golong Gilig sempat runtuh. Gempa bumi ini terjadi tepatnya pada 10 Juni 1867. Setelah sempat runtuh, akhirnya Tugu ini kembali dibangun pada zaman Sri Sultan Hamengkubuwono VII pada 3 Oktober 1889.