Kamis, 16 Januari 2020

Diperlakukan Rasis di Pesawat, Wanita Ini Curhat di Facebook

Tak selalu perjalanan dengan pesawat menyenangkan. Seperti yang dialami perempuan ini, diperlakuan rasis saat penerbangan. Dia pun curhat di Facebook.

Kejadian tak menyenangkan dialami seorang wanita yang akan terbang dari Las Vegas menuju Cicago. Saat ingin duduk, dia pun diperlakukan rasis oleh penumpang di sebelahnya.

Dilansir detikcom, Kamis (4/7/2019) wanita ini bernama Tiarra. Dia sedang dalam perjalanan menuju Chicago dengan maskapai Spirit Airlines.

Dia mengalami kejadian yang tidak mengenakan. Saat akan duduk di kursinya, wanita yang ada disampingnya menolak. Dia tidak ingin Tiarra duduk di sampingnya.

Dalam postingan Facebooknya, Tiarra bercerita bahwa yang ada di samping bangkunya adalah seorang wanita Rusia (berkulit putih). Bahkan perempuan ini sampai berdebat dengan pramugari, karena dia tidak ingin Tiarra (yang berkulit hitam) duduk di sampingnya.

Untungnya, ada penumpang lain (yang juga berkulit putih) mau berganti tempat duduk dengannya. Sehingga Tiarra tidak perlu duduk di samping wanita itu.

Dalam tulisannya, Tiarra mengungkapkan dia kesal, betapa terluka hatinya menerima perlakuan yang tidak mengenakan itu. Namun untunglah banyak penumpang lain yang memberikan dukungan kepadanya. Bahkan penumpang yang ada di bangku sebelahnya menggenggam tangannya. Selama 4 jam penerbangan mereka berdoa semoga semua baik-baik saja.

Saat mendarat, wanita rasis ini pun melapor kepada petugas dan mengeluhkan kejadian tak mengenakan yang dialaminya. Dia mengeluh karena para penumpang menyorakinya sebagai orang yang rasis.

Saat ditanya, wanita ini bukannya mau mencari masalah dengan menolak Tiarra duduk di sampingnya. Namun dia berfikir bahwa bangku ini akan kosong.

Dalam tulisannya juga, Tiarra mengatakan bahwa permasalahan yang besar itu bukanlah dia tidak bisa duduk di bangku yang tertera. Namun dia mempertanyakan sikap awak kabin yang seolah 'main aman' terhadap masalah saat dia terbang.

"Sudah jelas orang ini rasis kepada saya, namun kesannya maskapai mengizinkan wanita itu bersikap seperti itu dengan membiarkan dia terbang. Seharusnya sudah cukup alasan bagi mereka untuk menurunkan penumpang ini dari pesawat", tulisnya.

Menyikapi permasalahan ini, juru bicara Spirit Airlines mengungkapkan kepada The Sun bahwa mereka akan menindak lanjuti permasalahan ini. Mereka telah menghubungi si penumpang dan akan bertemu langsung menyelesaikan permasalahan ini.

Mengenal Pesawat Supersonik yang Tenang, Tak Meledak

Lockheed Martin mengungkap rencana untuk bikin pesawat penumpang supersonik yang tenang. Tentunya akan berlainan dengan Concorde.

Seperti dilansir CNN, Rabu (3/7/2019), pesawat ini masih dalam tahap konsep. Tapi, desain pesawat supersonik baru yang diluncurkan oleh Lockheed Martin Aeronautics bisa jadi pemantik akan zaman baru penerbangan super cepat.

Adalah Quiet Supersonic Technology Airliner (QSTA), pesawat jet bermesin ganda yang akan mengangkut hingga 40 penumpang dengan kecepatan Mach 1.8. Pesawat itu diungkap pada konferensi American Institute of Aeronautics and Astronautics di Dallas Rabu lalu.

Meski produksinya masih jauh, Lockheed Martin bekerja sama dengan NASA untuk membuat pesawat X-59 Quiet SuperSonic Technology X. Pesawat supersonik ini tidak akan menciptakan seringnya ledakan sonik.

Biasanya, ledakan terkait dengan pesawat yang menembus penghalang suara. Suara keras yang dibuat oleh Concorde ketika melintasi ambang kecepatan Mach 1, itu yang mencegahnya beroperasi dari rute saat ini juga sisi yang dinilai kurang ekonomis.

Lockheed Martin mengatakan saat ini sedang ada tes pada X-59 yang dapat membuka jalan untuk memikirkan kembali peraturan yang mencegah penerbangan supersonik. Perusahaan ingin pesawat komersialnya dapat memanfaatkan rute yang baru dibuka.

Peraturan menghambat

QSTA bukan satu-satunya konsep jet penumpang supersonik komersial. Startup AS, Boom Supersonic, telah menarik investasi USD 10 juta dari Japan Airlines dan dilaporkan lusinan pre-order untuk jet berkapasitas 55 kursi yang mampu terbang di Mach 2.2.

Desain Lockheed Martin mengingatkan pada desain sayap Concorde. Hidung super tajam untuk mengurangi gelombang kejut sonik yang akan mengalir di sepanjang pesawat tanpa terciptanya ledakan.

Jika X-59 berhasil mentransfer suara ledakan, kebisingan yang terdengar di tanah seharusnya hanya mirip pintu mobil yang dibanting. Sementara Concorde membutuhkan hidung hidrolis yang melengkung agar pilotnya dapat melihat dengan benar selama pendaratan, QSTA menggunakan sistem visibilitas yang lebih maju yang tertanam di bagian depan untuk menyampaikan gambar yang diperlukan kokpit.

Para Ilmuwan Terkejut, Rubah Ini Mampu Lintasi 2 Negara

Para ilmuwan terkejut dengan rubah Arktik ini. Pasalnya, Rubah Arktik betina muda itu mampu melakukan perjalanan di lebih dari 3.500 km dari Norwegia ke Kanada.

Perjalanan rubah ini hanya dalam waktu 76 hari, seperti dilansir CNN, Kamis (4/7/2019). Hewan mungil memulai perjalanan dari Spitsbergen, pulau terbesar di Kepulauan Svalbard yang terletak di antara daratan Norwegia dan Kutub Utara ke Pulau Ellesmere, Kanada.

Itu menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Polar Research. Para ilmuwan dari Institut Kutub Norwegia melengkapi rubah Kutub Utara dengan pemancar satelit.

Ilmuwan mengatakan bahwa itu salah satu peristiwa penyebaran hewan terpanjang. Yakni perpindahan dari tempat kelahirannya ke lokasi pembiakan yang potensial yang pernah dicatat untuk spesies tersebut.

Peneliti Eva Fuglei mengatakan bahwa timnya tidak bisa percaya terhadap apa yang mereka lihat saat melacak rubah. "Kami tidak berpikir itu benar," kata Fuglei dalam sebuah pernyataan.

Jadi rubah ini mampu berjalan rata-rata 46,3 km per hari dan luar biasanya bisa menempuh 155 km hanya dalam satu hari ketika melintasi lapisan es Greenland. Ini adalah tingkat perjalanan tercepat yang pernah dicatat untuk spesies ini.

Itu 1,4 kali lebih cepat dari rekor yang diketahui sebelumnya yang dipegang oleh rubah Arktik jantan dewasa yang pernah dilacak di Alaska. Para ilmuwan meyakini bahwa rubah itu mungkin berlari saat melintasi lapisan es karena kesempatan mencari makan yang terbatas.

Namun ia melambat secara signifikan sebanyak dua kali, yakni berjalan kurang dari 10 km per hari selama 48 jam. Hal itu dimungkinkan oleh hambatan fisik di es laut, cuaca buruk atau saat ia makan.

Para ahli sebelumnya berspekulasi bahwa rubah Arktik dapat memakan krustasea dari perairan terbuka. Rubah meninggalkan Spitsbergen pada tanggal 26 Maret 2018 dan tiba di Kanada lebih dari dua bulan kemudian.

Keberadaannya saat ini tidak diketahui karena pemancar satelit berhenti bekerja pada 6 Februari 2019. Kutub Utara sedang mengalami perubahan yang signifikan pemanasan global mempengaruhi tingkat es.

Pemanasan dua kali lebih tinggi dari rata-rata global menyebabkan pencairan besar-besaran es laut dan membuka daerah untuk eksplorasi. Rusia diminta untuk menarik pembangkit listrik tenaga nuklir mengambang dari kota pelabuhan Pevek, Kutub Utara pada bulan depan.

Rencana-rencana ini telah memicu kekhawatiran di AS. Dan, lawannya itu juga melihat peluang ekonomi ketika es di laut Kutub Utara mencair.

Diperlakukan Rasis di Pesawat, Wanita Ini Curhat di Facebook

Tak selalu perjalanan dengan pesawat menyenangkan. Seperti yang dialami perempuan ini, diperlakuan rasis saat penerbangan. Dia pun curhat di Facebook.

Kejadian tak menyenangkan dialami seorang wanita yang akan terbang dari Las Vegas menuju Cicago. Saat ingin duduk, dia pun diperlakukan rasis oleh penumpang di sebelahnya.

Dilansir detikcom, Kamis (4/7/2019) wanita ini bernama Tiarra. Dia sedang dalam perjalanan menuju Chicago dengan maskapai Spirit Airlines.

Dia mengalami kejadian yang tidak mengenakan. Saat akan duduk di kursinya, wanita yang ada disampingnya menolak. Dia tidak ingin Tiarra duduk di sampingnya.

Dalam postingan Facebooknya, Tiarra bercerita bahwa yang ada di samping bangkunya adalah seorang wanita Rusia (berkulit putih). Bahkan perempuan ini sampai berdebat dengan pramugari, karena dia tidak ingin Tiarra (yang berkulit hitam) duduk di sampingnya.

Untungnya, ada penumpang lain (yang juga berkulit putih) mau berganti tempat duduk dengannya. Sehingga Tiarra tidak perlu duduk di samping wanita itu.

Dalam tulisannya, Tiarra mengungkapkan dia kesal, betapa terluka hatinya menerima perlakuan yang tidak mengenakan itu. Namun untunglah banyak penumpang lain yang memberikan dukungan kepadanya. Bahkan penumpang yang ada di bangku sebelahnya menggenggam tangannya. Selama 4 jam penerbangan mereka berdoa semoga semua baik-baik saja.

Saat mendarat, wanita rasis ini pun melapor kepada petugas dan mengeluhkan kejadian tak mengenakan yang dialaminya. Dia mengeluh karena para penumpang menyorakinya sebagai orang yang rasis.

Saat ditanya, wanita ini bukannya mau mencari masalah dengan menolak Tiarra duduk di sampingnya. Namun dia berfikir bahwa bangku ini akan kosong.

Dalam tulisannya juga, Tiarra mengatakan bahwa permasalahan yang besar itu bukanlah dia tidak bisa duduk di bangku yang tertera. Namun dia mempertanyakan sikap awak kabin yang seolah 'main aman' terhadap masalah saat dia terbang.