Rabu, 29 Januari 2020

Mencari Arah Gunung Rinjani Sebagai UNESCO Global Geopark

Sudah setahun lebih Gunung Rinjani jadi UNESCO Global Geopark. Namun pengelolaannya dinilai masih belum menunjukkan arah yang terang.

Permasalahan pengelolaan geopark muncul salah satunya ditengarai karena tidak adanya landasan hukum dan alokasi anggaran yang jelas. UNESCO Global Geopark harusnya tidak dikelola seperti itu.

"Seandainya dibentuk badan khusus untuk pengelolaan geopark dengan penganggaran tersendiri, mungkin geopark lebih ada kiprahnya," ungkap Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Nusa Tenggara (IAGI Nusra) Kusnadi saat berbincang dengan detikcom, Selasa (7/5/2019).

Kusnadi membandingkan tipe perbedaan pengelolaan gropark yang ada di Asia dengan di Eropa. Menurut dia, ada perbedaan yang cukup signifikan antara geopark di Asia dengan di Eropa.

"Kalau di Asia harus ada intervensi pemerintah. Kalau Eropa biasanya pemerintah hanya menstimulus atau cukup memberikan dukungan kebijakan saja, masyarakatnya sudah bisa mandiri," ujar Kusnadi yang juga pernah mengikuti Regional Course se-Asia Pasifik di Geopark Langkawi Malaysia pada Oktober 2018 lalu.

Ada dua solusi yang bisa diambil dalam pengelolaan geopark, yaitu dijadikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau badan usaha tersendiri yang dikelola sebagai BUMD.

"Yang paling penting juga memang harus ada champions apapun bentuk organisasinya. Intinya orang yang memimpin punya will dan koneksi yang kuat serta kemampuan managerial yang bagus. Percuma kalau dijadikan BUMD kalau nantinya yang memimpin hanya profit oriented, kan tidak sejalan dengan jiwa geopark," jelasnya.

Moto keberadaan suatu geopark adalah 'memuliakan bumi, menyejahterakan masyarakat'. Karena itu masyarakat dipersyaratkan harus ikut berpartisipasi dan memiliki peran yang kuat di dalam pengelolaan geopark. 

Parah! Gunung Everest Jadi Tempat Sampah Tertinggi Sedunia

Kabar buruk dari Gunung Everest. Gunung ini semakin tertutup sampah dari ribuan pendaki, bertahun-tahun. Saat pembersihan malah ada mayat ditemukan.

Melansir CNN Travel +, Rabu (8/5/2019), beberapa dekade pendakian di Gunung Everest telah mengubahnya menjadi tempat sampah tertinggi sedunia. Bahkan banyak mayat ditemukan di Gunung Everest itu.

Tim sukarelawan yang berdedikasi ini sangat mengesankan. Mereka sedang menangani masalah dengan melakukan salah satu pembersihan paling ambisius di dunia dan hasilnya langsung terlihat.

Tiga metrik ton atau setara 3.000 kilogram sampah telah dikumpulkan dari gunung hanya dalam dua minggu pertama, menurut AFP. Tugas mulia ini sedang dilakukan oleh tim beranggotakan 14 orang.

Mereka telah menetapkan tugas dengan target menurunkan 10 metrik ton dalam 45 hari. Limbah yang diturunkan dalam Kampanye Pembersihan Everest (Everest Cleaning Campaign) yakni kaleng kosong, botol, plastik, dan peralatan pendakian yang dibuang.

Helikopter militer telah membantu membuang dan menurunkan sampah. Tim Everest Cleaning Campaign pun bisa naik ke kamp yang lebih tinggi dan mulai mengumpulkan lebih banyak sampah. Kata para pejabat, empat mayat juga ditemukan di gunung setinggi 8.848 meter itu.

"Tim kami sekarang telah mencapai Kamp Pangkalan Everest (Everest Base Camp) untuk kampanye pembersihan. Semua hal yang diperlukan termasuk makanan, air dan tempat tinggal telah diatur di sana," kata Dandu Raj Ghimire, Direktur Jenderal Departemen Pariwisata Nepal, dikutip dari The Himalayan Times.

Untuk diketahui, Pemerintah Nepal dan masyarakat setempat telah lama bergelut dengan masalah limbah di Gunung Everest. Adanya sampah ketika pendaki dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke negara itu setiap tahun untuk mencoba menggapai puncaknya.

Sejak 2011, upaya rutin telah dilakukan untuk menurunkan beberapa ton sampah dari gunung. Telah diperkenalkan pula sistem pengelolaan limbah di sana.

Menurut Everest Summiteers Association, peningkatan pengunjung yang sangat besar dalam beberapa dekade terakhir telah berdampak parah pada lingkungan Gunung Everest. Hal yang sensitif, pemerintah juga memperkenalkan deposit untuk pendaki pada tahun 2014.

Primadona Wisata Bali yang Bukan Pantai

Laut dan pantai selama ini dikenal sebagai primadonanya wisata Bali. Selain itu masih ada keindahan lain yang berbeda di Pulau Dewata, yakni Gunung Batur.
Meskipun Gunung Batur telah berkali-kali meletus, taoi kawasan ini masih terkenal sebagai objek wisata andalan Kabupaten Bangli. Konon menurut cerita dalam Lontar Susana Bali, Gunung Batur merupakan puncak dari Gunung Mahameru yang dipindahkan Batara Pasupati untuk dijadikan Sthana Betari Danuh (sebuah istana untuk Dewi Penguasa Air).

Tepat berada di bawah kaldera Gunung Batur, Kintamani merupakan salah satu daerah wisata populer di wilayah timur laut Bali yang menawarkan pemandangan gunung berapi dan danau sekaligus. Daerah dataran tinggi bersuhu rendah. Sebuah daerah dambaan di tengah panasnya hawa Pulau Dewata.

Traveler dapat menguji adrenalin dengan coba mencapai lokasi ini menggunakan sepeda motor atau bahkan mobil. Sepanjang perjalanan kalian akan merasa seperti berjalan di bulan karena melewati jalur lava hitam yang terkenal kurang mulus dan membutuhkan kewaspadaan yang ekstra.

Saat melewati pintu masuk ke daerah kawasan Kintamani, kalian akan disambut oleh seseorang penjaga pura yang akan menanyakan perihal alasan kalian datang ke sini. Jangan khawatir jika kendaraan kalian akan dicipratkan air suci bagi mereka.

Untuk biaya masuk sendiri, traveler cukup memberikan uang seikhlasnya saja dan kalian akan mendapatkan tiga tali untuk dikenakan di tangan yang dianggap bahwa kalian telah diperizinkan masuk. Para jiwa pendaki, maka terpanggil lah jiwa kalian untuk ke tempat ini.

Suguhan pertama ialah jalan landai yang semakin lama semakin menanjak, kemudian jalan menjadi pasir berbatuan licin dan tajam yang terus menanjak sampai puncak. Dari starting point sampai pos 1 dibutuhkan waktu kurang lebih dua jam dan setengah jam terakhir untuk trek super licin dan sempit dari pos 1 menuju Puncak.

Para pendaki biasanya mulai menanjak dari pukul 03.00 pagi, yang diasumsikan akan sampai di puncak pukul 05.30 pagi karena sunrise akan mulai muncul pada pukul 06.00 pagi. Namun, jika ingin berada di puncak pada waktu gelap bisa memulai pendakian lebih awal dengan resiko yang besar karena sangat minimnya penerangan dan sangat minim pengujung yang ingin mendaki.

Bagi kalian yang tidak mau mendaki, di daerah ini kalian dapat merasakan pemandian air panas alami. Ada dua tempat pemandian air panas alami yaitu Toya Devasya dan Batur Hot Spring. Selain itu, di wilayah ini terdapat salah satu dari sembilan pura utama di Bali, yaitu pura Batur.

Mencari Arah Gunung Rinjani Sebagai UNESCO Global Geopark

Sudah setahun lebih Gunung Rinjani jadi UNESCO Global Geopark. Namun pengelolaannya dinilai masih belum menunjukkan arah yang terang.

Permasalahan pengelolaan geopark muncul salah satunya ditengarai karena tidak adanya landasan hukum dan alokasi anggaran yang jelas. UNESCO Global Geopark harusnya tidak dikelola seperti itu.

"Seandainya dibentuk badan khusus untuk pengelolaan geopark dengan penganggaran tersendiri, mungkin geopark lebih ada kiprahnya," ungkap Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Nusa Tenggara (IAGI Nusra) Kusnadi saat berbincang dengan detikcom, Selasa (7/5/2019).

Kusnadi membandingkan tipe perbedaan pengelolaan gropark yang ada di Asia dengan di Eropa. Menurut dia, ada perbedaan yang cukup signifikan antara geopark di Asia dengan di Eropa.

"Kalau di Asia harus ada intervensi pemerintah. Kalau Eropa biasanya pemerintah hanya menstimulus atau cukup memberikan dukungan kebijakan saja, masyarakatnya sudah bisa mandiri," ujar Kusnadi yang juga pernah mengikuti Regional Course se-Asia Pasifik di Geopark Langkawi Malaysia pada Oktober 2018 lalu.

Ada dua solusi yang bisa diambil dalam pengelolaan geopark, yaitu dijadikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau badan usaha tersendiri yang dikelola sebagai BUMD.

"Yang paling penting juga memang harus ada champions apapun bentuk organisasinya. Intinya orang yang memimpin punya will dan koneksi yang kuat serta kemampuan managerial yang bagus. Percuma kalau dijadikan BUMD kalau nantinya yang memimpin hanya profit oriented, kan tidak sejalan dengan jiwa geopark," jelasnya.

Moto keberadaan suatu geopark adalah 'memuliakan bumi, menyejahterakan masyarakat'. Karena itu masyarakat dipersyaratkan harus ikut berpartisipasi dan memiliki peran yang kuat di dalam pengelolaan geopark.