Jumat, 31 Januari 2020

Ini Alasan Kemenpar Gaet TikTok untuk Promosi Wisata

Aplikasi TikTok begitu digemari pengguna milenial. Kementerian bergerak dan menggandengnya untuk tujuan promosi dan meningkatkan promosi di dunia online.

TikTok Travel x Wonderful Indonesia hari ini menantang milenial secara online untuk berkontribusi dengan tagar #WonderfulIndonesia. Kata Priantono Rudito Ketua II Tim Co-Branding Kemenpar harus ada kreasi bersama antar semua pihak berkepentingan dalam memajukan pariwisata Indonesia.

"Kementerian Pariwisata pun setuju dengan ide ini. Meluncurkan co-kreasi bersama untuk lebih mengembangkan pariwisata Indonesia," kata Rudi di Pullman Hotel Jakarta, Jumat (26/4/2019).

Dari target pariwisata, jelas Rudi, pemerintah harus mampu menarik 20 juta wisman. Promosi dan kerjasama terus dilakukan tak terkecuali dengan TikTok.

"Secara produk pariwisata kita bagus sekali. Ada target 20 juta di tahun wisman di tahun ini dan untuk mencapai itu kita harus tumbuh 3 kalinya per tahun atau 20 persen dengan kenaikan dunia yang hanya naik 7 persen," jelas dia.

Oleh karena itu harus ada penguatan branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Salah satunya dengan menggemakan di dunia TikTok.

"Secara singkat dengan target itu, Indonesia harus punya semboyan incoorporated. Kolaboratif. Ada strategi khusus dengan implementasi co-branding. Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia. Ini harus dibangun dan develop. Nggak bisa sendirian dan salah satunya dengan media," kata dia.

Tren pariwisata di masa depan, kata Rudi yakni ada di era digital atau Tourism 4.0. Dan dari data yang didapatnya bahwa jumlah turis dalam negeri masa kini sebagian dari wisatawan milenial.

"Untuk tetap sustain kita tak akan berhenti. Tourism 4.0 di teknologi digital bikin konstruksi baru industri pariwisata. Adanya big data, pengalaman pengguna akan sangat personal, bukan 'look-book-plain' saja. Karena 50 persen inbound tourist itu milenial," jelas dia.

Oleh karenanya, TikTok sebagai platform kekinian dianggap tepat untuk dijadikan rekanan promosi. Di sisi lain, promosi Kemenpar kini dirasa terlalu tua atau golongan sebelum wisatawan milenial.

"Kita punya pasar besar dan belum punya layanan produk dan cara komunikasi yang milenial friendly dan ready. Saya mengakui itu," ucap Rudi.

"Kalau ini promosi borderless hadir di 150 negara," imbuh dia mengakhiri pembicaraan.

Tiket Pesawat Mahal, Booking.com Tetap Optimis

Harga tiket pesawat masih dinilai mahal bagi traveler. Tapi Booking.com masih optimis dengan wisatawan internasional maupun domestik.

Sebagai salah satu perusahaan perjalanan global terbesar, Booking.com mendukung pertumbuhan wisatawan Indonesia. Bukan cuma internasional, domestik pun masuk dalam perhitungannya.

Di tengah kenaikan harga tiket pesawat, banyak traveler yang merasa berat untuk liburan. Pihak Booking.com pun memberikan tanggapan terkait perilaku wisatawan saat kenaikan harga pesawat.

"Dari data yang ditunjukkan, masih banyak wisatawan Eropa yang datang ke Indonesia. Jadi kita masih optimis," ujar Angel Llul Mancas, Wakil Presiden dan Direktur Pelaksana Booking.com Asia-Pasifik, Jumat (24/4/2019).

Lalu bagaimana dengan wisatawan domestik, apakah ada penurunan pemesanan?

"Sejauh ini datanya masih sama, jadi kami masih optimis. We feel comfortable," ungkap Angel.

Kamis, 30 Januari 2020

Lawan Global Warming, China Bakal Bangun 'Kota Hutan'

Isu pemanasan global dan lingkungan menjadi masalah internasional. China pun membuat solusi, yakni kota yang mirip dengan hutan.

Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Kamis (2/5/2019) China akan membuat 'Kota Hutan' berlokasi di bagian selatan, yakni Liuzhou, 500 km dari Guangzhou. Kota juga akan diberikan nama 'Liuzhou Forest City'.

Kota ini didesain oleh perusahaan Italia Stefano Boeri Architetti, dengan luas total mendapai 342 hektare. Nantinya, akan ada 70 bangunan yang terdiri dari kantor, rumah, rumah sakit, hotel dan berbagai fasilitas publik lainnya.

Di saat negara lain melakukan pembangunan gedung-gedung bertingkat, China sudah memikirkan bagaimana caranya tetap membangun dengan membuatnya menjadi berkelanjutan. Rencananya, akan ada 40 ribu pohon yang ditanam, dan jutaan tanaman yang menghiasi bangunan.

Pihak Stefano Boeri mengatakan, pembangunan Liuzhou Forest City difungsikan untuk menyetarakan pembangunan dengan keseimbangan alam. Diharapkan, keberadaan jutaan tanaman dapat menyerap hingga 10 ribu ton karbondioksida dan 57 ton polutan per tahunnya. Tentunya, menghasilkan oksigen yang diharapkan mencapai 900 ton setiap tahunnya.

Nantinya, konsep pembangunan juga berencana untuk membuat kebun di langit. Gedung-gedung akan dihiasi tanaman, begitupun dengan berbagai fasilitas publik lainnya.

Bukan cuma untuk keberlangsungan manusia, tetapi diharapkan keberadaan Liuzhou Forest City dapat menurunkan suhu udara serta menyediakan habitat baru bagi satwa liar.

Langkah China untuk membuat kehidupan berkelanjutan memang bukan sekadar angan-angan. Buktinya, sejak 2016 lalu, pemerintah China sudah melarang pembangunan yang dianggap aneh. Dalam konteks ini, tidak memiliki karakter atau warisan budaya. Tetapi juga harus berguna bagi ekonomi, penghijauan dan estetika.

Ditambah, dengan penduduk China yang semakin membludak, kota ini bisa menampung tempat tinggal baru. Rencananya, konstruksi akan dibangun mulai tahun 2020 mendatang. Pihak desainer masih melakukan perencanaan dan penelitian yang mendalam sebelum membangun Liuzhou Forest City. 

Mengungkap Misteri Tarif Rendah Maskapai LCC Dunia

Apakah sepadan bila maskapai menerapkan biaya di bawah standar low cost carrier (LCC) atau sangat rendah? Bagaimana penjelasannya?

Dilansir CNN Travel, Kamis (2/5/2019), contoh pertama adalah penerbangan tujuh jam melintasi Atlantik dengan harga murah. Sebuah maskapai berbiaya rendah Norwegia terbang dari New York ke Madrid dengan harga USD 154 (Rp 2,2 juta) sekali jalan, termasuk pajak, lintas benua. Bayangkan!

Ongkos ini bukanlah anomali perjalanan, di lain sisi, maskapai seperti American Airlines dan Lufthansa berjuang menggaet penumpang. Mereka menawarkan tarif perjalanan pulang pergi antara berbagai kota di AS dan Eropa dengan harga di bawah USD 400 (Rp 5,7 juta).

Kata Gerald Cook, asisten profesor di Universitas Aeronautika Embry-Riddle, biaya opereasi dan tiket pesawat LCC hampir bisa disebut misterius. "Tiket murah sekali jalan ke Eropa itu tidak menguntungkan bagi maskapai manapun tetapi menambah total pendapatan penerbangan," jelas Cook.

Biaya penerbangan tidak didasarkan langsung pada biaya per kursi, menurut Cook. Total biaya untuk mengoperasikan penerbangan termasuk tagihan bahan bakar, gaji pilot dan awak kabin, biaya makanan dan pembersihan hingga pembayaran untuk pesawat bisa lebih dari USD 250 juta (Rp 3,5 triliun).

"Jadwal penerbangan diatur dua kali setahun. Biaya yang dihasilkan untuk penerbangan itu hampir pasti. Harga bahan bakar mungkin berubah, tapi itu bukan di bawah kendali maskapai," kata dia.

Maskapai Ryanair mengatakan bahwa tarif rata-rata tidak benar-benar menutupi biaya terbang penumpang. Meski demikian, itu sangat menguntungkan.