Selasa, 04 Februari 2020

Mau Solo Traveling ke Ho Chi Minh City, Baca Ini Dulu Ya!

Punya rencana solo traveling ke Ho Chi Minh City di Vietnam dalam waktu dekat? Sebaiknya baca kisah pengalaman ini dulu ya!

Perjalanan solo traveling kali ini saya memilih mengunjungi negara Vietnam. Vietnam termasuk negara yang bebas visa dengan maksimal stay 30 hari, menyenangkan bukan?

Perjalanan ke Vietnam dapat ditempuh selama kurang lebih 4 jam yaitu 2 jam dari Soetta-KL, lalu dilanjut 2 jam dari KL-HCMC. Banyak sekali tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi di HCMC.

Selain itu Vietnam juga terkenal dengan tempat-tempat peninggalan bersejarahnya. Menurut sejarahnya, Pada 1 Mei 1975, setelah jatuhnya Vietnam Selatan, pemerintah komunis yang kini berkuasa mengganti nama kota ini dengan menggunakan nama samaran pemimpin mereka Ho Chi­ Minh.

Nama yang resmi sekarang adalah Tha nha ph (artinya kota) Ho Chi Minh, yang seringkali disingkat menjadi TPHCM. Dalam bahasa Indonesia, nama ini diterjemahkan menjadi Kota Ho Chi Minh, dan dalam bahasa Perancis diterjemahkan menjadi Ho Chi Minh Ville.

Namun, nama lama Saigon/Saigon masih banyak digunakan oleh orang Vietnam dan ditemukan dalam nama-nama perusahaan, judul-judul buku, dan kadang-kadang dalam papan keberangkatan di bandara.

Di Kota Ho Chi Minh terdapat penduduk etnis Tionghoa yang telah mapan. Cholon, yang kini dikenal sebagai Distrik 5 dan bagian-bagian dari Distrik 6, 10 dan 11, berfungsi sebagai Kawasan Pecinannya.

Setelah sampai dibandara HCMC hal pertama kali yang harus dilakukan adalah menukarkan uang di money changer di bandara, rate disini pun bermacam. Nama mata uang Vietnam adalah Dong (VND).

Salah satu hal yang menyenangkan traveling kali ini bagi saya adalah karena mata uang Rupiah lebih tinggi dibandingkan dengan mata uang Dong, namun sayangnya di Vietnam tidak menerima penukaran uang Rupiah, jadi dari Indonesia jangan lupa untuk menukarkan ke Dollar. Dan setelah sampai di sana barulah tukarkan ke Dong, ratenya cukup tinggi. Menyenangkan bukan?

Transportasi yang dapat digunakan dari bandara menuju kota yaitu menggunakan taksi online yang berbasis aplikasi, juga bisa dipesan dari bandara, sama halnya dengan di Indonesia.

Untuk harganya pun lebih hemat dibandingkan dengan tarif taksi biasanya, hanya saja kamu harus bisa berbahasa lokal untuk memesan dan menentukan lokasi penjemputannya.

Bila ingin menggunakan taksi konvensional, salah satu yang terpercaya adalah VINASUN. Pastikan juga taksi tersebut menggunakan argometer supaya tidak menjadi korban taksi nakal.

Untuk mempermudah tunjukkan alamat yang jelas, dapat menggunakan alamat hotel yang ada di aplikasi atau dengan menunjukkan peta ke sopirnya.

Saat tiba disana jarang sekali saya menemukan sopir yang bisa berbahasa Inggris, sehingga cukup sulit untuk berkomunikasi. Di Vietnam posisi kemudi dan jalannya kendaraan berada di kanan, kebalikan dari Indonesia.

Penginapan yang saya pilih berada di Distrik 1 di Pham Ngu Lao Ward, karena dekat dengan tempat-tempat menarik yang akan saya kunjungi. Suasana di HCMC tidak berbeda jauh seperti di Indonesia. Banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang terutama kendaraan bermotornya, Namun trotoar di sini cukup lebar sehingga cukup nyaman untuk berjalan kaki.

Selain itu pada saat akan menyebrang jalan dibutuhkan keberanian yang tinggi karena Vietnam itu terkenal dengan jumlah motornya yang luar biasa banyak. Jadi, jangan berharap jalan akan kosong dan bisa melenggang nyaman saat menyeberang jalan, apalagi lampu lalu lintas di sini tergolong minim.

Tujuan pertama saya adalah menuju Benh Than Market. Masyarakat setempat menyebutnya Cho Ben Thanh, pasar tradisional yang bertempat di bangunan tua ini mengingatkan akan Pasar Beringharjo di Yogyakarta.

Pasar ini menjual berbagai pakaian, makanan, dan berbagai souvenir menarik. Saat teramainya adalah pagi hingga sore. Selepas senja, area ini berganti menjadi Ben Thanh Night Market di luar bangunan, di mana kedua sisi jalannya dipenuhi pedagang makanan, pakaian, dan suvenir.

Bila ingin berbelanja di sini, jangan lupa untuk menawar. Bila tak suka berbelanja pun, pengunjung tetap dapat menikmati pasar dengan mengudap pho atau banh mi dan menyeruput kopi ala Vietnam.

Selanjutnya tempat yang dikunjungi adalah Ho Chi Minh City Hall. Terletak di ujung Nguyen Hue Street. Bangunan yang awalnya bernama Hotel de Ville Saigon ini dibangun pada tahun 1902-1908, pada masa penjajahan Prancis.

Sedikit informasi, sebaiknya kalian mengunjungi City Hall pada malam hari karena saat malam hari lampu-lampu pada bagian luar gedung dinyalakan dan efek dari iluminiasi cahaya tersebut sangat menarik perhatian.

Sayangnya tempat ini tidak terbuka untuk publik, sehingga tidak dapat masuk ke dalam City Hall, jadi hanya bisa menikmati bagian luar City Hall saja.

Kirab Panji dan Mahkota Keraton Sumedang Larang Digelar 19-21 April

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendukung promosi event Kirab Panji dan Mahkota Karaton Sumedang Larang yang digelar 19-21 April 2019. Kegiatan ini merupakan suatu moment dalam replica perjalanan Sejarah Sumedang.

"Kirab ini merupakan gelaran rutin dalam memperingati hari jadi Sumedang yang sekarang masuk ke-441 tahun. Kirab ini bertujuan memelihara tradisi budaya Keraton Sumedang Larang sebagai pelanjut Kerajaan Padjajaran. Tujuannya, menuju rekonstruksi keraton dan revitalisasi Keraton Sumedang Larang," kata Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir dalam keterangannya, Selasa (16/4/2019).

Prosesi kirab ini bakal diikuti oleh ratusan peserta. Terdiri dari 7 Umpak Mandala Raja Keraton Sumedang Larang, Bupati Sumedang, unsur muspida serta tamu undangan. Begitu juga semua paguyuban budaya dan padepokan pencak silat serta rurukan adat yang ada di Kabupaten Sumedang.

"Kirab juga diisi dengan prosesi serah terima Panji Keraton Sumedang Larang. Hal tersebut dilakukan secara estafet, di setiap kantor kecamatan yang dilalui," ungkap Dony.

Rombongan kirab panji akan bertemu dengan rombongan besar Helaran Keraton Sumedang Larang. Rombongan akan disambut meriah ribuan warga dan wisatawan yang memenuhi area Komplek Gedung Negara Pemkab Sumedang.

Kirab Panji dan Mahkota Karaton Sumedang Larang ini dimaksudkan untuk melakukan refleksi terhadap setiap langkah pergerakan Sumedang dalam alur peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau.

"Adapun tujuannya agar tercipta satu semangat kebersamaan dalam upaya bersama-sama membangun Sumedang. Selain itu, membumikan kembali nilai filosofis dasar Insun Medal Insun Madangan dalam kehidupan nyata masyarakat Sumedang," tuturnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Agus Sukandar menambahkan, nanti juga akan ada napak tilas helaran Kirab Panji. Dengan mengusung panji Kebesaran Sumedang Larang yang di antaranya adalah menyusuri tapak-tapak leluhur Sumedang," ujar Dony.

Rute yang akan diambil di kantor kecamatan Darmaraja, kecamatan Cisitu, Kecamatan Situraja, Kecamatan Ganeas, Kecamatan Sumedang Utara dan baru berakhir di Kompleks Karaton Sumedang Larang (Bale Agung Srimanganti Sumedang)

"Kalau napak tilas Helaran Mahkota, dengan mengusung Mahkota Binokasih dengan rute dari Kutamaya (Situs Hanjuang), Kecamatan Sumedang Utara (Tegalkalong), dan Bale Agung Srimanganti Karaton Sumedang Larang," jelas Agus.

Event ini selalu ramai disaksikan warga dan wisatawan. Hal ini membawa berkah bagi para penjaja kuliner yang berjejer rapi di sepanjang jalan. Begitu juga para pedagang kaki lima yang menjajakan aneka kerajinan atau mainan anak-anak.

Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan, sebuah event memang harus menjadi berkah bagi masyarakat. Ia mengatakan pariwisata harus berjalan selaras serta menyejahterakan masyarakat.

"Ini merupakan fungsi dari pariwisata. Bayangkan jika ada 500 wisatawan yang berbelanja dan satu orang membelanjakan Rp 100 ribu, sudah ada Rp 50 juta uang berputar di acara tersebut," ujar Rizki, yang diamini oleh Kepala Bidang Pemasaran Area I Area Jawa, Wawan Gunawan.

Wawan Gunawan menambahkan, atraksi-atraksi budaya seperti ini harus rutin digelar di Sumedang. Sehingga potensi Sumedang akan makin terekspose oleh media. Pertumbuhan pariwisata Sumedang pun bisa makin cepat berkembang.

"Kalau berbicara potensi, Sumedang tidak ada habisnya. Tinggal sekarang konsistensi dari seluruh stakeholder pariwisatanya untuk terus berkomitmen membangun pariwisata Sumedang. Contohnya dengan prosesi Kirab Panji Helaran Keraton Sumedang Larang ini," ucap Wawan.

Apresiasi juga diberikan Menteri Pariwisata, Arief Yahya, kepada kepala daerah Sumedang. Dia yakin bahwa potensi pergerakan orang dalam jumlah masif, akan menggerakkan ekonomi. Baginya, pergerakan orang sama dengan pergerakan bisnis. Setiap pergerakan orang akan menciptakan pergerakan ekonomi, pergerakan barang dan jasa. Karena itu industri pariwisata pasti akan ikut bergerak.

"Direct impact dan indirect impact-nya besar. Sumedang ramai semua ikut kebagian rezeki. Belum lagi coverage media. Potensi Sumedang akan semakin terangkat lagi. Namun semua bisa terwujud bila ada CEO commitment daerah. Sukses untuk pariwisata Sumedang. Salam Pesona Indonesia," kata Arief.