Rabu, 05 Februari 2020

Tumpahkan Minuman ke Bosnya, Pramugari Ini Dapat Respon Tak Terduga

Menumpahkan air ke penumpang pesawat mungkin jadi salah satu mimpi buruk pramugari. Namun, pramugari ini malah tak sengaja menumpahkan air ke bosnya...

Sebuah kisah unik dialami seorang pramugari maskapai American Airlines bernama Maddie Peters. Ceritanya sempat viral, setelah ia tak sengaja menumpahkan air minum ke CEO maskapainya yang bernama Doug Parker.

Hanya saja bukan teguran atau pemecatan yang didapat oleh Maddie dari bosnya, tapi sesuatu yang lebih baik dari itu. Saking berkesannya, Madie sampai mengisahkan ceritanya di laman Instagram-nya.

Dilihat detikcom dari Instagram Maddie, Sabtu (13/4/2019), kejadian itu dialaminya saat ia tengah melayani penumpang first class dalam penerbangan dari Phoenix ke Dallas di AS.

"Saya tengah membawa nampan berisi minuman, tapi tiba-tiba penumpang di depan saya berdiri dan menyenggol nampan. Setengah airnya tumpah mengenaiku dan setengah tumpah ke pakaian Doug," tulis Maddie.

Selama 4 tahun bekerja sebagai pramugari, belum pernah Maddie menumpahkan minuman sekali pun. Sekalinya, ia malah menumpahkan air ke pakaian bosnya. Celaka 13!

Mengetahui hal tersebut, Maddie hanya bisa terpana dan pasrah. Ia membayangkan kalau dirinya akan langsung dipecat gara-gara kejadian tersebut.

"Rasanya saya mau mati berdiri di pojokan. Saya merasa trauma dan malu," tulis Maddie.

Hanya saja, Doug tidak memarahi Maddie dan malah balas menghampirinya. Yang tak diduga, Maddie malah bisa ngobrol dan bercanda dengan Doug gara-gara kejadian tak terduga itu.

"Ketika dia turun pesawat, ia bilang padaku kalau tak akan pernah melupakanku. Saya kira itu adalah hal yang bagus bukan?" tulis Maddie.

Mungkin kisah Maddie adalah salah satu cerita musibah yang berakhir jadi keberuntungan. Mungkin traveler ada yang pernah mengalami kisah unik seperti Maddie?

Melihat Kampung Laut, Spot Wisata Terpendam di Cilacap

Cilacap di Jawa Tengah, punya spot wisata yang belum terjamah khalayak. Inilah Kampung Laut, dengan berbagai potensi wisata menarik di sana.

Kampung Laut di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah merupakan gugusan pulau-pulau kecil di Segara Anakan yang membentuk beberapa desa seperti Desa Ujung Alang, Desa Kleces, Desa Ujung Gagak dan Desa Panikel. Secara letak geografisnya, Kampung Laut berada disisi Barat Jawa Tengah dan berbatasan dengan Jawa Barat.

Setidaknya terdapat sekitar 14 ribu jiwa penduduk di empat Desa yang ada di Kampung Laut yang mayoritas bekerja sebagi nelayan, petani dan buruh serabutan. Sebagai transportasi utama masyarakat di Kampung Laut yakni menggunakan perahu compreng yang dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam - 3 jam perjalanan dari Kota Cilacap.

Beberapa potensi terdapat di Kampung Laut, salah satunya batik Kampung laut yang dibuat oleh masyarakat kampung laut dengan mengangkat motif khas Kampung Laut seperti motif mangrove, ikan, udang dan kepiting. Setidaknya terdapat sekitar 10 motif yang telah dikembangkan oleh warga Kampung Laut sejak 2015 lalu.

Selasa, 04 Februari 2020

Batik Papua, Cendramata Wajib di Festival Crossborder Skouw 2019

Event Festival Crossborder Skouw 2019 akan menjadi momentum untuk mengangkat hasil kerajinan Papua, yaitu salah satunya Batik. Coraknya kental dengan nuansa Bumi Cenderawasih. Warnanya pun cerah. Batik Papua menjadi rekomendasi buat wisatawan yang ingin mendapatkan cenderamata khas Papua.

Festival Crossborder Skouw 2019 akan digelar 9-11 Mei. Lokasinya di PLBN Skouw, Jayapura, Papua. Event ini akan diisi dengan sejumlah musisi reggae, seperti Ras Muhammad, Dave Solution, dan band asal Papua Nugini Vanimo Natives Band.

"Jangan lewatkan batik khas Papua. Motifnya sangat khas. Mencerminkan kekayaan budaya yang dimiliki Papua. Corak dan motifnya yang khas membuat Batik Papua terlihat elegan. Batik Papua ini harus menjadi oleh-oleh saat berkunjung ke Festival Crossborder Skouw 2019," ungkap Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani, dalam keterangannya, Senin (15/4/2019).

Motif Batik Papua diadopsi dari kekayaan alam Bumi Cenderawasih. Sedikitnya ada 8 motif yang kerap dipakai. Ada motif Burung Cenderawasih dan ikan. Ada juga motif Tifa, Honai, Busur, Panah, Patung, dan beragam ukiran khas Papua.

"Batik Papua khas karena ditampilkan asimetris. Untuk batik biasanya simetris, seperti motif Yogyakarta atau Solo. Motifnya beragam yang dikembangkan dari kehidupan keseharian masyarakat Papua. Hal ini tentu semakin menguatkan karakternya," terang Ricky.

Batik Papua tampil dalam warna cerah. Seperti merah, hijau, kuning, dan oranye. Komposisi ini menjadi menonjol lantaran batik identik dengan warna kalem dan cenderung gelap. Untuk pewarnaannya biasanya secara alam dan buatan. Seperti diekstrak dari Buah Pinang yang keemasan. Ada juga Kayu Besi untuk warna kecoklatan.

"Warna-warna Batik Papua terbilang berani dan tegas. Setiap warna memiliki makna, seperti merah yang menjadi representasi dari ketegasan. Lebih unik lagi, masyarakat tetap mengedepankan pewarnaan alam meski sudah ada yang buatan. Konsep ini semakin membuat Batik Papua jadi lebih berkarakter," jelas Ricky lagi.

Proses produksi Batik Papua sama seperti lainnya. Dibuat dengan metode tulis dan cetak. Meski cukup langka, batik tulis ini dipercaya lebih artistik. Karena, dikerjakan secara tradisional. Sentra Batik Papua tulis berada di Sentani dan Port Numbay di Jayapura.

Ricky menerangkan, nuansa tradisional sangat kental dalam Batik Papua.

"Meski ada cara modern untuk mendorong industrinya, Batik Papua masih dikerjakan secara tradisional. Cara tradisional ini memang berpengaruh terhadap nilai komersialnya. Meski demikian, harga dari Batik Papua tetap terjangkau," ujarnya lagi.

Harga Batik Papua sangat bervariasi. Untuk ukuran 1 meter, kain Batik Papua dibanderol Rp 100 Ribu hingga Rp 300 Ribu. Selain corak dan teknik pembuatannya, harganya juga disesuaikan dengan bahan. Batik Papua biasanya menggunakan bahan kain sutera, satin, katun, hingga tisu.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun memaparkan, Batik Papua sebagai kekayaan tak ternilai Indonesia.

"Batik Papua menambah kekayaan Indonesia. Batik bisa dinikmati di tiap daerah dengan corak khas. Batik Papua tidak ternilai harganya. Sebab, dikembangkan dari budaya adiluhung masyarakatnya. Pokoknya Batik Papua harus menjadi cenderamata utama dari Festival Crossborder Skouw 2019," kata Arief.

Untuk mendapatkan Batik Papua juga sangat mudah. Hampir semua butik di Jayapura dan Papua pada umumnya menyediakan Batik Papua ini. Selain kain, Batik Papua juga ditawarkan dalam varian lainnya. Ada kemeja, blouse, dan rok dengan bahan baku utama Batik Papua. Menpar menegaskan, Batik Papua bisa dinikmati dalam beragam bentuk.

"Ada banyak bentuk dan model untuk menikmati Batik Papua. Semuanya memberi sensasi tersendiri. Keindahan batik ini juga menegaskan Papua sebagai destinasi wisata terbaik. Selain atraksinya, Papua juga memiliki aksesibilitas dan amenitas luar biasa," tutupnya.