Sesuai namanya, Pulau Pinus di Aranio, Kalsel tampak cantik dengan pohon-pohon pinus. Pulau di tengah danau ini pun digemari buat wisata, termasuk kemping.
Dinamakan Pulau Pinus karena pohon yang banyak tumbuh di pulau ini adalah pinus. Pulau ini berada di tengah danau atau Waduk Riam Kanan, di mana airnya dimanfaatkan menjadi PLTA.
Jarak dari kota Banjarmasin ke dermaga Aranio adalah 67 km, melewati kota Banjarbaru dengan waktu tempuh hanya 1 jam 46 menit. Semacet-macetnya ya 2 jam mungkin bisa. Kami harus meninggalkan kendaraan di area parkir 24 jam dengan ongkos 10.000-20.000.
Untuk bisa sampai ke Pulau Pinus, setelah parkir kemudian harus naik perahu motor. Perjalanan perahu sekitar 30 menit dengan air yang tenang. Kalau tidak mau kena ongkos mahal menyebrang ke pulau harus antre seperti naik angkot tunggu perahu penuh. Tapi kalau mau cepat dan booking PP ongkosnya sekitar Rp 400.000.
Dengan ongkos segitu langsung diantar ke pulau dan besok siang sesuai perjanjian atau tinggal telepon saja, nanti akan dijemput kembali naik perahu. Yang pertama kali ke danau ini pasti takjub, karena sangat luas dan dikelilingi oleh bukit-bukit dan terdapat banyak pulau kecil. Tapi hanya Pulau Pinus yang terkenal dan paling sering dikunjungi traveler.
Hal ini karena Pulau Pinus yang paling cantik dengan pepohonan pinusnya yang banyak dan rindang. Danau ini selain dimanfaatkan sebagai PLTA juga sebagai tambak ikan. Jadi sepanjang jalan melalui danau akan terlihat banyak keramba ikan.
Tibalah kami di Pulau Pinus. Sudah sekitar jam 3 sore dan mulai membangun tenda untuk mengejar waktu agar tidak terlanjur gelap. Kemudian menyiapkan makan malam dengan bekal makanan instan dan camilan. Aku selesai dengan tenda langsung lanjut hunting foto lanskap, sementara istri sibuk dengan persiapan masak memasak sederhananya.
Oh iya, kalau mau bermalam di Pulau Pinus ini harus membawa tenda sendiri ya. Walaupun ada jembatan yang menghubungkan dengan pemukiman penduduk, tetap saja tidak ada penginapan. Kebetulan hari itu adalah tanggal 31 Desember, hampir sepi pengunjung dan penghuni.
Jadi kami bebas memasang tenda di mana saja. Dan sebaiknya juga siap dengan bekal sendiri karena walaupun ada warung di pulau tetap saja sore sudah tutup.
Malam pun mulai tiba, sudah saatnya kami berkumpul kembali di tenda. Penerangan di Pulau Pinus cukup minim. Sumber cahaya terdekat adalah dari pemukiman warga diseberang pulau. Sengaja kami mempersiapkan lampu penerangan dengan tenaga batu baterai.
Malam tidak kalah menarik karena ternyata di pulau ini masih bisa ditemukan kunang-kunang. Berkat jauh dari polusi cahaya, di malam hari bintang-bintang di langit tampak sangat indah. Galaksi Bima Sakti kelihatan dengan mata telanjang.
Pagi hari kami menyempatkan sarapan mie instan dan segelas kopi hangat di sebuah warung kopi yang sudah buka pagi-pagi di Pulau Pinus. Jangan khawatir untuk panggilan alam karena di sini juga tersedia toilet umum.
Tiba sudah saatnya kami pun harus pulang. Perahu sewaan pun sudah tiba untuk mengantarkan kami ke dermaga awal. Sebenarnya masih ada lokasi wisata di area dekat dengan Pulau Pinus, hanya perlu naik ojek sekitar Rp 50.000 saja sudah bisa melihat kembaran Raja Empat. Tapi kami urung karena tidak sempat lagi. Mungkin lain kali.