Minggu, 16 Februari 2020

Menteri Susi: Masjid Terindah Mana yang Sudah Kamu Kunjungi?

Baru-baru ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berkunjung ke Abu Dhabi, UEA. Dia menyempatkan datang ke masjid terindah sedunia di sana.

Hal itu terdapat pada Instagram pribadinya, @susipudjiastuti115 seperti dilihat detikcom, Rabu (13/3/2019). Menteri Susi Pudjiastuti memposting beberapa fotonya di Abu Dhabi kala mengikuti World Ocean Summit 2019.

Tak ketinggalan, Menteri Susi mampir ke salah satu tempat wisata di Abu Dhabi, Masjid Sheikh Zayed. Masjid di Abu Dhabi ini yang digadang-gadang sebagai salah satu masjid terindah sedunia.

Menteri Susi tampak menggenakan jilbab dan berfoto-foto di sana. Terlihat, Masjid Sheikh Zayed yang serba putih ini punya arsitektur yang berkelas dan megah.

Bahkan, Menteri Susi juga memberi caption pada foto tersebut 'Masjid terindah mana yang sudah kamu kunjungi?'.

Memang, Masjid Sheikh Zayed merupakan salah satu masjid terindah di dunia. Masjid ini punya luas 22.412 meter persegi dan mampu menampung hingga 40 ribu jamaah.

Gaya bangunan masjidnya adalah campuran arsitektural Mughal (India, Pakistan, Bangladesh) dan Moor (Maroko). Menara-menara masjidnya pun ada yang bergaya bangunan ala Mesir dan Turki.

Masjidnya dibangun tahun 1996 dan selesai pada 2007. Bisa dibilang, Masjid Sheikh Zayed adalah refleksi dari berbagai budaya yang ada di dunia.

Karpet di dalamnya berasal dari Iran yang bahannya terbuat dari wol asli Selandia Baru. Lampu gantung di ruangan salat yang seberat dua ton dan disebut sebagai lampu gantung terbesar di dunia adalah buatan Jerman yang dihiasi oleh 40 juta kristal swarovski.

Bahkan, Masjid Sheikh Zayed punya perpustakaan di bagian utara dengan koleksi buku tentang pengetahuan Islam, sejarah Islam, kebudayaan-kebudayaan Islam dan kaligrafi. Yang unik, terbitan buku-buku di sana ada dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan Korea.

Dari foto-foto di Instagram-nya, Menteri Susi tampak bahagia bisa mendatangi Masjid Sheikh Zayed. Semoga nanti kita bisa ke sana juga ya!

Terumbu Karang dan Kerangka Paus 13 Meter di Tidung Kecil

Pulau Tidung tidak hanya punya pantai dan pemandangan cantik saja. Namun juga ada terumbu karang, kura-kura dan kerangka ikan paus sepanjang 13 meter di sini.

Kawasan Pulau Tidung Kecil punya suasana lain ketimbang Pulau Tidung Besar yang padat penduduk. Tidung Kecil menjadi kawasan konservasi laut yang dijaga bersama.

Pulau Tidung Kecil punya luas 14,45 Hektar, terlihat mini bila dibanding Pulau Tidung Besar seluas 50,13 Hektar. Untuk mengakses Tidung Kecil, pengunjung perlu berjalan kaki melewati Jembatan Cinta sepanjang hampir 1 km.

Pemandangan laut biru jernih menghampar, di bawahnya ada terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang bergerak ke sana ke mari. Saat detikcom mengunjungi lokasi ini bersama Teras BRI
Kapal Bahtera Seva I, Kamis (21/2/2018), kami bahkan menjumpai cumi-cumi imut berenang sambil berubah warna. Di kejauhan, ada keramba apung tempat budidaya ikan.

Terlihat aktivitas dari pihak Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (Dinas KPKP) di pinggir gazebo. Ada pegawai honorer bernama Erik Suhardi (50) dan empat pemuda sedang melakukan transplantasi bibit terumbu karang jenis Acropa formosa. Selanjutnya, Erik menemani jalan-jalan di Pulau Tidung Kecil.

"Wisata Edukasi Bahari Pulau Tidung. Selamat Memasuki Wilayah Konservasi Laut Pulau Tidung Kecil," demikian tulisan di bagian depan pulau. Erik menjelaskan, untuk mengunjungi tempat wisata ini tidak perlu bayar, yang penting ada pemberitahuan saja ke petugas yang berjaga di pulau.

Dia mengajak saya melihat lokasi transplantasi karang seluas 2,5 hektar. Aktivitas snorkeling dan penyelaman tidak bisa dilakukan di lokasi ini, kecuali oleh para ahli.

Saya melangkah ke Museum Kerangka Paus. Di sini ada kerangka paus sperma (Physter macrosephalus) sepanjang 13 meter. Paus ini awalnya ditemukan terdampar di perairan Tanjung Karawang pada 2012. Setelah tubuhnya dibiarkan mengalami pembusukan secara alamiah, Dinas Perikanan Kepulauan Seribu Jakarta memanfaatkan kerangkanya untuk kepentingan pendidikan, dipajang di museum ini.

Di sini juga ada penyu-penyu yang dipelihara untuk kepentingan edukasi. Penyu yang asli Kepulauan Seribu adalah penyu sisik. Ada pula penyu hijau yang turut dipelihara. Ada pula akuarium berisi anemon, ikan badut, dan ikan warna-warni lainnya. Tak jauh dari akuarium-akuarim, ada tempat budidaya buah. Di sini ditanam cabe, sukun, semangka, timun suri, labu, buah naga, hingga jambu.

"Hasilnya bisa diambil masyarakat setempat, gratis," kata dia.

Jumat, 14 Februari 2020

Solo Traveling ke Ho Chi Minh City di Vietnam, Seru Banget! (2)

Tujuan pertama saya adalah menuju Benh Than Market. Masyarakat setempat menyebutnya Cho Ben Thanh,  pasar tradisional yang bertempat di bangunan tua ini mengingatkan akan Pasar Beringharjo di Yogyakarta. Menjual berbagai pakaian, makanan, dan berbagai souvenir menarik, saat teramainya adalah pagi hingga sore. Selepas senja, area ini berganti menjadi Ben Thanh Night Market di luar bangunan, di mana kedua sisi jalannya dipenuhi pedagang makanan, pakaian, dan suvenir. Bila ingin berbelanja di sini, jangan lupa untuk menawar. Bila tak suka berbelanja pun, pengunjung tetap dapat menikmati pasar dengan mengudap pho atau banh mi dan menyeruput kopi ala Vietnam.

Selanjutnya tempat yang dikunjungi adalah Ho Chi Minh City Hall. Terletak di ujung Nguyen Hue Street. Bangunan yang awalnya bernama Hotel de Ville Saigon ini dibangun pada tahun 1902-1908 pada masa penjajahan Prancis. sedikit informasi sebaiknya kalian mengunjungi City Hall pada malam hari karena saat malam hari lampu-lampu pada bagian luar gedung dinyalakan dan efek dari iluminiasi cahaya tersebut sangat menarik perhatian. Sayangnya tempat ini tidak terbuka untuk publik, sehingga tidak dapat masuk kedalam City Hall, jadi hanya bisa menikmati bagian luar City Hall saja.

Setelah puas berphoto-photo didepan City Hall, selanjutnya menuju Saigon Notre-Dame Basilica yaitu Katedral bergaya Gothic yang megah. Berasal dari masa kolonial Perancis pada abad ke-19. Dibangun menyerupai Notre Dame di Paris, terdapat beberapa kesamaan antara lain dua lonceng menaranya yang menawan. Katedral ini dibangun di atas sebuah pagoda yang telah ditinggalkan. Pada tahun 1863, Admiral Bonard memutuskan untuk membangun sebuah gereja dari kayu, yang kemudian dinamai  Gereja Saigon. Seiring waktu, kayu lapuk oleh rayap sehingga ibadah dipindahkan sementara ke Istana Gubernur Perancis (sekarang Reunification Palace), sementara gereja direnovasi dengan hampir semua material diimpor dari Perancis, termasuk batu bata untuk tembok yang didatangkan dari Marseille. Meski tidak menggunakan pelapis beton, namun batu bata ini terbukti awet hingga hari ini. Di depan gereja terdapat taman bunga dengan patung Bunda Maria dari Vatikan di tengahnya.

Tidak jauh dari Saigon Notre-Dame Basilica, terdapat gedung kantor pos Dalam bahasa Vietnam disebut Buu Dien Trung Tam Sai Gon. Gedung kantor pos ini dibangun saat Vietnam menjadi bagian dari Perancis Indocina pada 1860. Bangunan ini masih terawat dengan baik, bahkan jam besar di gerbang utama masih berfungsi dengan baik. Bangunan ini mempunyai langit-langit tinggi yang melengkung dengan perabotan kayu serta dua peta raksasa dari abad ke-18. Meski kantor pos ini sudah tidak sesibuk dulu karena perkembangan teknologi, namun Ho Chi Minh Central Post Office masih terus buka melayani pelanggan setiap hari mulai pukul 08:00- 17:00.

Keesokan harinya dilanjut kembali menjelajah kota HCMC yaitu menuju Museum Sisa Perang (bahasa Vietnam: B£o tà ng chng tích chin tranh; bahasa Inggris: War Remnant Museum) adalah museum di kota Saigon yang menampilkan sisa-sisa Perang Vietnam. Selain menampilkan berbagai senjata, kapal, dan pesawat perang, museum ini dikenal luas karena memperlihatkan banyak foto dan bukti kekejaman tentara Amerika di Vietnam. Sebuah ruangan khusus di dalam museum ini khusus memperlihatkan dampak buruk dari agen oranye, seperti foto-foto para penderita cacat dan janin yang mati akibat zat kimia tersebut. Sebagian pihak menilai koleksi yang ditampilkan di museum ini cenderung berat sebelah dan mempersalahkan AS, tanpa memperlihatkan kekejaman yang dilakukan oleh Vietnam Utara ketika perang berlangsung. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi saya dapat melihat atau dapat menyaksikan sejarah dimasa lalu di museum tersebut, sungguh beruntungnya kita tinggal di Negara yang aman dan tentram.

Setelah berkeliling dan menjelajah tidak lupa untuk mengicip kuliner khas negara Vietnam ini salah satunya Pho. Pho adalah mie semacam kwetiaw dalam sup kaldu sapi yang disajikan atau disertakan sayuran segar khas vietnam. Sungguh luar biasa menjelajah di HCMC kali ini, sebelum kembali ke Indonesia, saya sempatkan menikmati suasana malam di kawasan distrik 1. Kawasan ini memang dibuat ramai dengan ornamen lampu kelap kelip yang menarik, suara musik yang cukup keras, pramusaji-pramusaji cantik yang menawarkan menunya ke pengunjung yg lewat, cafe-cafe berlomba menarik tamunya untuk singgah dengan berbagai atraksi yang menarik. Kawasan ini biasanya ramai sampai larut pagi.

Akhirnya selesai sudah penjelajahan menikmati keunikan kota HCMC, sampai berjuma di cerita traveling berikutnya. Salam traveling!