Minggu, 16 Februari 2020

MRT Jakarta dan Aneka Saudaranya di Asia Tenggara

MRT Jakarta sudah menyapa dunia dan siap dijelajahi wisatawan. Mari kita lihat saudaranya di Asia Tenggara yang sudah lahir duluan.

Dihimpun detikcom dari berbagai sumber, Rabu (13/3/2019), moda raya terpadu (MRT) merupakan transportasi favorit wisatawan dunia. Terutama, saat mereka akan berkeliling suatu kota.

Kehadiran MRT Jakarta menambah lengkap koleksi MRT di wilayah ASEAN. Inilah daftar MRT lainnya yang ada di Asia Tenggara:

1. Malaysia

Bernama Rapid KL, dibuka pada tahun 1996. Diperluas pada tahun 2017, Rapid KL ini total punya 104 stasiun dengan panjang 142,5 kilometer dengan penumpang tahunan sebanyak 182 juta orang di tahun 2017. Rapid KL adalah paduan dari 3 jenis moda yaitu LRT, MRT dan Monorail. Khusus MRT-nya sepanjang 51 km termasuk 9 km di bawah tanah dengan 31 stasiun.

2. Filipina

Negara ini memiliki dua moda raya terpadu. Yakni Manila Light Rail Transit System yang dibuka pada tahun 1984 dengan perluasan sistem pada tahun 2010. Memiliki 31 stasiun, lintasannya sepanjang 33,4 kilometer dan penumpang tahunan sebanyak 243,6 juta orang di tahun 2014.

Sedang Manila Metro Rail Transit System yang dibuka pada tahun 1999 dengan perluasan pada tahun 2000. Jumlah stasiunnya sebanyak 13 dengan panjang lintasan 16,9 kilometer dan penumpangnya sebanyak 158,8 juta di tahun 2011.

3. Singapura

Bernama Mass Rapid Transit Singapore, transportasi ini dibuka pada tahun 1987 dengan pengembangan pada tahun 2017.

Memiliki 119 stasiun, Mass Rapid Transit Singapura memiliki panjang lintasan sejauh 198,6 kilometer dengan penumpang di tahun 2017 sebanyak 1,1 miliar orang.

4. Thailand

Negara Gajah Putih ini juga memiliki dua moda raya terpadu. Pertama, BTS Skytrain dibuka pada tahun 1999 dengan pengembangan pada tahun 2018 dan memiliki 43 stasiun. Panjang lintasannya 51,3 kilometer dengan penumpang pada tahun 2017 sebanyak 241,1 juta orang.

Kedua adalah Metropolitan Rapid Transit yang dibuka pada tahun 2004. Dikembangkan pada tahun 2017 stasiunnya sebanyak 34 dengan panjang lintasan sejauh 44 kilometer. Penumpangnya sebanyak 107,8 juta pada tahun 2017.

Nah, aneka MRT di Asia Tenggara sudah dikenal wisatawan. Semoga MRT Jakarta juga bakal jadi transportasi unggulan para traveler.

Ini Nih Pulau Pinus Mungil di Tengah Danau

Sesuai namanya, Pulau Pinus di Aranio, Kalsel tampak cantik dengan pohon-pohon pinus. Pulau di tengah danau ini pun digemari buat wisata, termasuk kemping.

Dinamakan Pulau Pinus karena pohon yang banyak tumbuh di pulau ini adalah pinus. Pulau ini berada di tengah danau atau Waduk Riam Kanan, di mana airnya dimanfaatkan menjadi PLTA.

Jarak dari kota Banjarmasin ke dermaga Aranio adalah 67 km, melewati kota Banjarbaru dengan waktu tempuh hanya 1 jam 46 menit. Semacet-macetnya ya 2 jam mungkin bisa. Kami harus meninggalkan kendaraan di area parkir 24 jam dengan ongkos 10.000-20.000.

Untuk bisa sampai ke Pulau Pinus, setelah parkir kemudian harus naik perahu motor. Perjalanan perahu sekitar 30 menit dengan air yang tenang. Kalau tidak mau kena ongkos mahal menyebrang ke pulau harus antre seperti naik angkot tunggu perahu penuh. Tapi kalau mau cepat dan booking PP ongkosnya sekitar Rp 400.000.

Dengan ongkos segitu langsung diantar ke pulau dan besok siang sesuai perjanjian atau tinggal telepon saja, nanti akan dijemput kembali naik perahu. Yang pertama kali ke danau ini pasti takjub, karena sangat luas dan dikelilingi oleh bukit-bukit dan terdapat banyak pulau kecil. Tapi hanya Pulau Pinus yang terkenal dan paling sering dikunjungi traveler.

Terumbu Karang dan Kerangka Paus 13 Meter di Tidung Kecil

Pulau Tidung tidak hanya punya pantai dan pemandangan cantik saja. Namun juga ada terumbu karang, kura-kura dan kerangka ikan paus sepanjang 13 meter di sini.

Kawasan Pulau Tidung Kecil punya suasana lain ketimbang Pulau Tidung Besar yang padat penduduk. Tidung Kecil menjadi kawasan konservasi laut yang dijaga bersama.

Pulau Tidung Kecil punya luas 14,45 Hektar, terlihat mini bila dibanding Pulau Tidung Besar seluas 50,13 Hektar. Untuk mengakses Tidung Kecil, pengunjung perlu berjalan kaki melewati Jembatan Cinta sepanjang hampir 1 km.

Pemandangan laut biru jernih menghampar, di bawahnya ada terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang bergerak ke sana ke mari. Saat detikcom mengunjungi lokasi ini bersama Teras BRI
Kapal Bahtera Seva I, Kamis (21/2/2018), kami bahkan menjumpai cumi-cumi imut berenang sambil berubah warna. Di kejauhan, ada keramba apung tempat budidaya ikan.

Terlihat aktivitas dari pihak Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (Dinas KPKP) di pinggir gazebo. Ada pegawai honorer bernama Erik Suhardi (50) dan empat pemuda sedang melakukan transplantasi bibit terumbu karang jenis Acropa formosa. Selanjutnya, Erik menemani jalan-jalan di Pulau Tidung Kecil.

"Wisata Edukasi Bahari Pulau Tidung. Selamat Memasuki Wilayah Konservasi Laut Pulau Tidung Kecil," demikian tulisan di bagian depan pulau. Erik menjelaskan, untuk mengunjungi tempat wisata ini tidak perlu bayar, yang penting ada pemberitahuan saja ke petugas yang berjaga di pulau.

Dia mengajak saya melihat lokasi transplantasi karang seluas 2,5 hektar. Aktivitas snorkeling dan penyelaman tidak bisa dilakukan di lokasi ini, kecuali oleh para ahli.

Saya melangkah ke Museum Kerangka Paus. Di sini ada kerangka paus sperma (Physter macrosephalus) sepanjang 13 meter. Paus ini awalnya ditemukan terdampar di perairan Tanjung Karawang pada 2012. Setelah tubuhnya dibiarkan mengalami pembusukan secara alamiah, Dinas Perikanan Kepulauan Seribu Jakarta memanfaatkan kerangkanya untuk kepentingan pendidikan, dipajang di museum ini.

Di sini juga ada penyu-penyu yang dipelihara untuk kepentingan edukasi. Penyu yang asli Kepulauan Seribu adalah penyu sisik. Ada pula penyu hijau yang turut dipelihara. Ada pula akuarium berisi anemon, ikan badut, dan ikan warna-warni lainnya. Tak jauh dari akuarium-akuarim, ada tempat budidaya buah. Di sini ditanam cabe, sukun, semangka, timun suri, labu, buah naga, hingga jambu.

"Hasilnya bisa diambil masyarakat setempat, gratis," kata dia.

Erik mengajak saya melangkah ke tempat pembibitan bakau (mangrove) dan titik penanamannya. Kami melewati lintasan berpaving blok. Di sisi kiri ada rerimbunan pohon tempat pengamatan burung, di kanan ada pantai dengan tanaman bakau.

"Bakau adalah filter terakhir dari pengikisan daratan dari gelombang laut. Filter pertama adalah karang hidup, filter kedua adalah karang mati, dan ketiga adalah lamun (tumbuhan mirip rumput di pasir pantai), filter ketiga adalah mangrove," kata Erik.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Darjamuni, menjelaskan kawasan konservasi di Tidung Kecil ini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Budidaya dan Konservasi Laut. Luasnya sekitar 5 hektar dari keseluruhan pulau 14,45 hektar. Untuk menarik minat turis, kawasan ini menjadi lokasi agrowisata.

Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva.