Senin, 24 Februari 2020

Ini Desa Wisata Jepang, Tapi Rasa Indonesia

Kadang saat kita traveling, selalu ada hal yang mengingatkan kita akan Indonesia. Contohnya seperti desa wisata di bawah kaki Gunung Fuji ini.
Adalah Saiko Iyashino Sato Nenba yang berarti desa yang yang berada dekat dengan Danau Saiko, salah satu desa wisata populer di kawasan wisata Gunung Fuji di Jepang.

Walau berlokasi di Jepang, tapi desa wisata ini cukup populer di kalangan wisatawan Indonesia. Hal itu pun dibuktikan dengan adanya sebuah toko bernama Indonesia yang dilihat detikcom saat berkunjung ke sana pekan lalu.

Tak jauh dari lokasi turun bus wisata, warung dengan nuansa tradisional Jepang itu diketahui menamakan dirinya sebagai Toko Nenek. Bukan dalam bahasa Jepang, melainkan bahasa Indonesia.

Yang menarik lagi, dapat dijumpai juga sejumlah kertas warna-warni lain dengan bahasa Indonesia di dalamnya. Kalimatnya pun bermacam-macam, antara lain:

"Horas, selamat datang di toko nenek," yang identik dengan salam bahasa Batak.

"Selamat datang, orang Indonesia? Wajib!!! Mampir ya," kalimat ajakan berbahasa Indonesia lainnya.

Masalahnya, sang pemilik toko adalah sepasang kakek dan nenek yang asli Jepang dan sulit berbahasa Inggris. Sehingga, sulit untuk bertanya seputar asal muasal tanda berbahasa Indonesia tersebut.Selain bahasa Indonesia, ada juga kalimat imbauan serupa dalam bahasa negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia dan Filipina. Entah siapa yang menulis kalimat dalam bahasa-bahasa tersebut.

Di luar nama toko dan tulisan berbahasa Indonesia dan lainnya itu, toko tersebut juga mencantumkan label halal. Tentu toko nenek ini bisa jadi pilihan bagi traveler Indonesia apabila berkunjung ke desa Saiko Iyashino Sato Nenba.

Saat detikcom berkunjung ke sana, memang dapat dijumpai sejumlah turis Indonesia yang lalu lalang di desa wisata ini. Walau, jumlahnya tidak sebanyak turis China yang juga datang saat itu.

Untuk informasi, desa ini dahulunya ditempati oleh masyarakat. Namun, kemudian di restorasi oleh pemerintah dan dijadikan desa wisata. Adapun yang menjadi daya tarik utamanya adalah rumah-rumah berkonsep sangat tradisional Jepang dan pemandangan Gunung Fuji.

Untuk masuk ke kawasan desa wisata ini, kamu harus membayar tiket sebesar 300 Yen (sekitar Rp 45 ribuan). Di sini kamu bisa melihat sekitar 20 rumah beratap jerami yang masih sangat tradisional Jepang.

Bukan di Bromo, Ini Bukit Teletubbies Punya Bondowoso

 Bukit Teletubbies begitu akrab bagi traveler yang pernah main ke Bromo. Tak cuma di Bromo, Bondowoso juga punya Bukit Teletubbies yang tak kalah cantik.

Bukit Teletubbies Bondowoso adalah julukan yang diberikan untuk Kawah Urung. Kawah Wurung berada sekitar 45 menit dari Kawah Ijen.

Meski masuk dari Banyuwangi namun Kawah Urung masuk wilayah administratif Bondowoso. Tepatnya, Kawah Wurung berada di Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol, Bondowoso.

Nama Kawah Wurung memiliki arti tersendiri. Dalam bahasa Jawa, wurung artinya gagal atau tidak jadi. Jadi nama wurung diberikan karena dulunya kawah ini tidak terbentuk dengan sempurna.

Tak ada air yang jadi daya tarik seperti di Kawah Ijen. Kawah Wurung hanya memiliki cekungan luas kering yang ditumbuhi dengan rumput dan tanaman liar.

Julukan Bukit Teletubbies diberikan karena memang kawah ini mirip dengan Bromo. Hanya saja, ukurannya lebih kecil.

Hamparan padang hijau kekuningan dengan barisan bukit yang indah menjadi suguhan Kawah Wurung untuk wisatawan. Jauh dari kota, wisata Bondowoso yang satu ini bisa jadi pelepas penat dari rutinitas.

Ada dua cara untuk menuju ke kawasan ini, bisa dengan roda dua atau roda empat. Rute pertama yakni lewat area Perkebunan Jampit, yang kedua adalah Curah Macan. Dua rute ini berada di kawasan PTPN XII Kalisat Jampit.

Bukit ini memiliki ketinggian 1.700 mdpl. Jalanan utamanya hanya tanah berpasir. Namun inilah yang dinanti, perjalanan menuju alam yang asri.

Saat perjalanan mata memandang keindahan alam yang begitu eksotis. Sepanjang 5 km pertama, traveler akan menikmati eloknya kebun kopi dan ladang sayuran milik warga lokal.

Hamparan rumput hijau dengan bunga kuning menanti. Wisatawan bisa berfoto sampai puas dari segala sudut Kawah Wurung. Sambil menikmati alam, kamu bisa juga piknik di sini.

Bukit Tulungagung yang Tak Jomblo Lagi

Bukit Jomblo di Tulungagung telah dibuka kembali dan diubah namanya menjadi Bukit Jodho. Fasilitasnya pun diperbaiki. Seperti apa?
Pernah mendengar Bukit Jomblo? Iya, sekarang banyak sekali destinasi wisata alam yang bisa kamu kunjungi, misalnya Bukit Jomblo yang terletak di kawasan Gunung Pakis, Desa Pakis Rejo, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung.

Pada tiga tahun silam tepatnya pada tahun 2017, Bukit Jomblo menjadi tempat yang marak dikunjungi oleh anak muda loh! Walaupun diberi nama Bukit Jomblo, bukan berarti yang bisa datang ke sini harus jomblo atau menjadi jomblo setelah ke sini, itu hanya mitos saja. Justru Bukit Jomblo ini merupakan tempat yang romantis untuk menikmati keindahan alam bersama pasangan dan teman-teman loh!

Tempatnya yang berada di bukit memberikan setiap pengunjung pemandangan alam yang hijau dan asri. Selain itu Bukit Jomblo ini tidak hanya menyediakan pemandangan saja, melainkan menyediakan spot foto yang bisa kamu unggah ke sosial media kamu.

Spot yang paling terkenal adalah spot menyerupai sarang burung raksasa, spot ini bisa dinaiki sampai tiga orang. Walaupun letaknya yang dekat dengan jurang, spot ini dijamin aman. Sarang burung rakssa ini adalah hasil ide kreatif warga Tulungagung agar pengunjung mendapatkan hasil foto yang unik. Spot lainnya juga bisa kamu coba seperti perahu rakit, tulisan Bukit Jomblo bahkan ranting yang dibentuk menjadi love.

Untuk fasilitas keamanan di Bukit Jomblo ini masih terbilang minim. Untuk fasilitas lainnya sudah tersedia seperti toilet dan warung makan. Lahan parkirnya juga cukup luas sehingga bisa dikunjungi menggunakan mobil atau sepeda motor. Harga tiket masuk ke Bukit Jomblo juga gratis loh, kamu hanya membayar jasa parkir saja.

Bukit jomblo dirusak dan ditutup oleh pengelola karena rebutan "hasil". Sayang sekali ya?

Tapi tenang saja, Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur telah bergerak untuk memperbaiki masalah tersebut. Dilansir dari laman resmi tulungagungtimes.com, Bukit Jomblo telah dibuka kembali dan diubah namanya menjadi Bukit Jodho. Fasilitasnya diperbaiki dan diperbanyak lagi spot foto yang bisa digunakan.

Jadi, kamu masih bisa menikmati wisata alam Tulungagung dengan konsep yang sudah diperbaiki dan tentunya dengan suasana yang lebih segar.

Ini Desa Wisata Jepang, Tapi Rasa Indonesia

Kadang saat kita traveling, selalu ada hal yang mengingatkan kita akan Indonesia. Contohnya seperti desa wisata di bawah kaki Gunung Fuji ini.
Adalah Saiko Iyashino Sato Nenba yang berarti desa yang yang berada dekat dengan Danau Saiko, salah satu desa wisata populer di kawasan wisata Gunung Fuji di Jepang.

Walau berlokasi di Jepang, tapi desa wisata ini cukup populer di kalangan wisatawan Indonesia. Hal itu pun dibuktikan dengan adanya sebuah toko bernama Indonesia yang dilihat detikcom saat berkunjung ke sana pekan lalu.

Tak jauh dari lokasi turun bus wisata, warung dengan nuansa tradisional Jepang itu diketahui menamakan dirinya sebagai Toko Nenek. Bukan dalam bahasa Jepang, melainkan bahasa Indonesia.

Yang menarik lagi, dapat dijumpai juga sejumlah kertas warna-warni lain dengan bahasa Indonesia di dalamnya. Kalimatnya pun bermacam-macam, antara lain:

"Horas, selamat datang di toko nenek," yang identik dengan salam bahasa Batak.

"Selamat datang, orang Indonesia? Wajib!!! Mampir ya," kalimat ajakan berbahasa Indonesia lainnya.

Masalahnya, sang pemilik toko adalah sepasang kakek dan nenek yang asli Jepang dan sulit berbahasa Inggris. Sehingga, sulit untuk bertanya seputar asal muasal tanda berbahasa Indonesia tersebut.Selain bahasa Indonesia, ada juga kalimat imbauan serupa dalam bahasa negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia dan Filipina. Entah siapa yang menulis kalimat dalam bahasa-bahasa tersebut.

Di luar nama toko dan tulisan berbahasa Indonesia dan lainnya itu, toko tersebut juga mencantumkan label halal. Tentu toko nenek ini bisa jadi pilihan bagi traveler Indonesia apabila berkunjung ke desa Saiko Iyashino Sato Nenba.

Saat detikcom berkunjung ke sana, memang dapat dijumpai sejumlah turis Indonesia yang lalu lalang di desa wisata ini. Walau, jumlahnya tidak sebanyak turis China yang juga datang saat itu.

Untuk informasi, desa ini dahulunya ditempati oleh masyarakat. Namun, kemudian di restorasi oleh pemerintah dan dijadikan desa wisata. Adapun yang menjadi daya tarik utamanya adalah rumah-rumah berkonsep sangat tradisional Jepang dan pemandangan Gunung Fuji.

Untuk masuk ke kawasan desa wisata ini, kamu harus membayar tiket sebesar 300 Yen (sekitar Rp 45 ribuan). Di sini kamu bisa melihat sekitar 20 rumah beratap jerami yang masih sangat tradisional Jepang.