Rabu, 26 Februari 2020

Mengenal Sejarah Jakarta Lewat Menara Syahbandar

Jakarta atau Batavia dulu memiliki banyak sejarah menarik. Salah satunya dapat dilihat melalui Menara Syahbandar di Utara Jakarta.
Indonesia dengan dua pertiga terdiri dari perairan adalah negara kepulauan. Tidak heran jika nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut tangguh yang menguasai dunia pelayaran. Di akhir pekan pertengahan Januari 2019, saya dan teman berangkat dari Bandung dengan tujuan menyelesaikan keperluan pekerjaan.

Setelah itu kami berencana mengunjungi Menara Syahbandar yang kebetulan tidak jauh dari lokasi tempat kami menyelesaikan keperluan pekerjaan. Langkah awal kami dari Bandung memesan tiket kereta api Argo Parahyangan melalui aplikasi tiket.com.

Tidak ada kendala ketika menjelajah aplikasi tiket.com karena aplikasi dibuat secara user friendly. Terlebih tiket.com sering memberikan diskon promo untuk pelanggan setianya. Langkah-langkahnya sangat mudah. Setelah mengisi jadwal perjalanan yang diinginkan, data penumpang dan jumlah tiket yang ingin dibeli, segera kami dapat kode booking untuk pembayaran.

Setelah selesai pembayaran, bukti pembayaran dan tket kereta api dengan barcode langsung dikirimkan melalui email. Pokoknya dengan tiket.com #semuaadatiketnya. Pada hari yang ditentukan kami berkumpul di stasiun kereta api Bandung,  dan pukul 06.30 WIB kami pun menaiki kereta Argo Parahyangan menuju Jakarta.

Setiba di Stasiun Gambir Jakarta pukul 09.30 WIB, menjelang pukul 14.00 setelah menyelesaikan pekerjaan kami langsung menuju menuju Menara Syahbandar. Ketertarikan kami mengunjungi menara ini selain kisah pelayarannya, karena kabarnya gedung menara ini dalam posisi miring.

Jejak peninggalan bangsa pelaut terlihat pada Menara Syahbandar yang dibangun pada tahun 1839. Menara Syahbandar terletak di Jl. Pakin, Pasar Ikan Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta Utara. Dahulu menara ini disebut Uitkijk Post yang berfungsi sebagai menara pemantau sekaligus kantor pabean yang memungut pajak kapal-kapal yang hilir mudik keluar masuk kota Batavia melalui pelabuhan Sunda Kelapa saat VOC berkuasa.

Di atas menara ada pos pantau yang digunakan petugas untuk memantau situasi lintas pelayaran pada saat itu. Karena menara ini dibangun di atas tanah rawa dan berada di pinggir jalan raya yang kerap dilalui kendaraan berat, maka seiring berjalannya waktu menara ini menjadi miring posisinya.

Jika berkunjung ke sini, terdapat ruang museum yang menyimpan berbagai model lampu mercu suar sejak jaman dahulu kala. Aneka jenis lampu mercusuar dipamerkan dengan berbagai keterangan. Ada lampu suar kristal yang ditempatkan di puncak rambu-rambu laut. Kemudian ada lampu mercusuar sebagai penerang kapal laut di malam hari serta ada lensa fresnel mercusuar yang berfungsi sebagai kaca pembesar.

Menara ini berukuran 4 x 8 meter dengan tinggi 12 meter.Terdapat 3 tingkat dengan ruangannya masing-masing. Di lantai dasar terdapat prasasti dengan tulisan Tionghoa berbunyi Garis Bujur Nol Batavia. Asal garis ini berdasarkan jawatan survey.

Di lantai dasar dahulu kabarnya digunakan sebagai tempat mengurung awak kapal yang melanggar aturan pelabuhan. Jika kita naik ke puncak Menara Syahbandar, disarankan secara bergantian karena kondisi bangunan yang sudah tua dan kemiringan tangga naiknya hampir tegak lurus.

Tingkat paling atas Menara ini berupa ruang pengamatan berbentuk loteng dengan empat jendela besar yang terbuka lebar. Dari atas sini kita bisa melihat pemandangan Galangan Kapal VOC, kampung Akuarium, pasar ikan sampai Pelabuhan Sunda Kelapa.

Di halaman Menara Syahbandar terdapat tugu Prasasti tahun 1977 yang ditandatangani oleh Gubernur Ali Sadikin. Prasasti ini sebagai penanda Kilometer Nol Jakarta pada waktu itu. Saat ini titik Nol Kilometer dipindahkan di Monumen Nasional Jakarta.

Di samping itu terdapat tujuh meriam tembak peninggalan VOC yang menghadap ke arah tertentu. Kabarnya meriam dipasang untuk menghalau musuh. Secara keseluruhan arsitektur bangunan ini masih dipertahankan menyerupai bentuk aslinya. Jadi ini adalah bangunan bersejarah yang sudah masuk cagar budaya. Seru ya!

Spot Terbaik untuk Melihat Indahnya Singapura dari Ketinggian

Wisata melihat indahnya Singapura dari ketinggian tak perlu mahal. Datang saja ke Mount Faber Park dan lihat indahnya Singapura secara gratis.
Singapura merupakan salah satu negara yang begitu maju dengan jarak yang sangat dekat dari Jakarta. Jika ingin merasakan sensasi luar negeri cuma tidak ingin berlama-lama di pesawat, maka Negari Singa ini menjadi pilihan yang sangat tepat.

Kini banyak maskapai penerbangan yang menawarkan harga rendah dengan tujuan Singapura. Apalagi jika menggunakan aplikasi tiketcom, kalian bisa menggunakan fitur harga terendah untuk bisa menyesuaikan dengan budget kalian.

Untuk urusan tempat tinggal pun kalian bisa memilih fitur hotel untuk mencari hotel yang sesuai dengan kemauan kalian. Jadi kalian tidak perlu risau lagi jika ingin keluar negeri dengan budget yang minim. #semuaadatiketnya

Mount Faber merupakan puncak tertinggi kedua di Singapura, sebelumnya Mount Faber ini bernama Telok Blangah Hill kemudian diubah namanya pada tahun 1845 untuk menghormati Kapten Charles Edward Faber dari Madras Engineers yang membangun jalan sempit berliku menuju puncak demi mendirikan pemancar sinyal.

Mount Faber terletak di kota Bukit Merah wilayah tengah Singapura dengan ketinggain 105 meter atau 344 kaki. Perbukitan ini menjadi salah satu tempat wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan ketika berkunjung ke Singapura. Untuk menuju puncaknya, kalian dapat melewati Mount Faber Road atau Mount Faber Loop melalui Morse Road, tetapi ada banyak jalan setapak juga yang mengarah ke atas bukit.

Sepanjang jalan menuju puncak, terdapat banyak tanaman bak hutan-hutan yang membuat udara di sekitaran Mount Faber ini terasa sangat sejuk. Sesampainya di puncak, kami disuguhkan dengan jembatan beralaskan kayu yang sering disebut dengan nama Jembatan Henderson Wave yang diresmikan pada tahun 2008 lalu.

Jembatan yang berbentuk ombak dan terbuat dari kayu ini mempunyai panjang 240 meter dengan ketinggian 67,2 mdpl (meter di atas permukaan laut). Dari ketinggian, kita dapat melihat beberapa gedung tinggi yang menjulang menghiasi Singapura, sangat jelas terlihat bangunan yang begitu rapi di negara merlion ini.

Lalu, terlihat juga lautan bersama dengan kapal-kapal yang sedang berlayar. Di Mount Faber ini tersedia juga Cable Car dari dan menuju ke Pulau Sentosa. Sehingga jika kalian ingin bersantai menikmati indahnya Singapura dari ketinggian, kalian bisa memilih opsi menaiki Cable Car dibandingkan dengan berjalan kaki di Jembatan Henderson Wave.

Meskipun terik matahari begitu menusuk, tapi udara di sini tetap terasa sejuk dikarenakan banyaknya pepohonan di sekitaran jembatan. Jika kalian lelah dan ingin beristirahat sejenak, di sini juga tersedia beberapa tempat duduk. Kabarnya, jembatan ini juga sering digunakan sebagai tempat untuk berolahraga oleh warga sekitar.

Oh iya, untuk memasuki kawasan Mount Faber Park ini kita tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun. Kecuali jika ingin menaiki Cable Car. Jadi, tempat ini sangat recommended banget buat para traveler dengan budget pas-pasan.