Sedangkan, Bag End dan Bagshot Row rumahnya Samwise Gamgee yang berpintu kuning, itu dibikin skala manusia normal. Rumah ini untuk kebutuhan syuting.
"Ada rumah Hobbit yang dibikin dengan skala tubuh anak-anak. Ini untuk memberikan ilusi visual kalau Gandalf itu sangat tinggi. Kalau Bag End ini ukuran manusia normal karena untuk kebutuhan syuting," jelasnya.
Kalau wisatawan mengambil peta di loket tiket, akan lebih kagum lagi. Petanya sungguh menggambarkan dunia dongeng ini dengan rinci dengan nama-nama lokasi dari novelnya. Bukan main... Seperti memindahkan isi buku ke dunia nyata.
Pemandu sangat sadar kalau wisatawan ingin berfoto sepuasnya. Mereka mempersilakan kita foto-foto selfie atau bahkan ada spot-spot dimana pengelola membantu mengambil foto kita di Hobbiton. Wah, puas deh foto-foto di sini.
Meski begitu, mereka menjaga waktu kunjungan hanya 2 jam, jadi pemandu akan bergerak tanpa menunggu kita selesai foto-foto. Jadi yang gila foto, mungkin agak ketinggalan rombongan. Tapi ya tinggal dikejar saja sebentar, karena Hobbiton cuma 5 hektar.
Oh iya, patuhi omongan pemandu ya. Dilarang menginjak area yang dibatasi tali, dilarang memanjat-manjat rumah Hobbit dan dilarang menginjak rumput di area tertentu.
Bersama detikTravel juga ada model dan presenter Aline Adita. Dia pun dibuat terkagum-kagum dengan tempat ini.
"Gue pikir bakal turis banget ya, mainstream habis. Tapi ternyata pas datang keren banget," ujar Aline.
Meski 2 jam saja, puas rasanya bertualang ke Hobbiton. Tidak terasa waktu berakhir dan pemandu mengantar kita dari Shire di Middle Earth 'pulang' ke dunia nyata di Selandia Baru.
Cara ke sana
Hobbiton berada di 501 Buckland Road, Matamata, Selandia Baru. Tersedia bus dari Auckland, Rotorua dan Matamata untuk menuju ke lokasi. Harga tiketnya NZD 84 (Rp 798 ribu) untuk dewasa, NZD 42 (Rp 399 ribu) untuk anak 9-16 tahun dan gratis untuk anak 0-8 tahun.
Wow, rasanya seperti mimpi masuk ke negeri dongeng sungguhan, masuk ke dalam novel JRR Tolkien. Kita sungguhan ada di Middle Earth, sebuah negeri bernama Shire, dimana kaum Hobbit yang tingginya separuh manusia normal hidup damai di sini.
Total ada 39 rumah Hobbit menurut brosur, pemandu kami menyebut ada 41 sedangkan Wikipedia menulis ada 44. Yang jelas, kami terkesima berada di tempat ini. Detilnya gokil, semua dikerjakan secara rinci. Tanaman, kusen kayu, perabotan, halaman, tidak ada yang dibuat asal-asalan di dalam area seluas 5 hektar ini.
Melihat rumah Hobbit sedekat ini, rasanya bahagia betul. Kayu-kayu kusen rumah, pintu kayu, meja, kursi di halaman rumah, semuanya asli lho. Semua dipotong khusus dan diolah supaya awet dan tampak sudah tua.
"Semua cerobong asap di Hobbit Holes (rumah Hobbit-red) berfungsi, karena untuk kebutuhan syuting. Namun rumah-rumah ini tidak ada interiornya, di balik pintu hanya ada tanah. Jadi hanya fasadnya saja," kata pemandu, membuka rahasia.
Betul juga, ketika dibuka pintunya, hanya ada tanah saja tidak ada ruangannya. Tapi ternyata, rumah-rumah ini masing-masing berbeda. Rumah ini dibuat berdasarkan karakter Hobbitnya.
Hobbit petani, di depan rumahnya ada sayuran. Hobbit yang punya anak-anak, di depan rumahnya ada kuda-kudaan atau jemuran dengan baju kecil. Hobbit yang nelayan, memiliki gantungan ikan asap. Ikan bohongan rupanya.
Ada juga Hobbit pembuat keju, kejunya ternyata semen. Ada juga Hobbit pandai besi dengan bengkel kerjanya. Ada Hobbit yang rumahnya rapi dengan pagar, ada juga Hobbit yang rumahnya tidak terurus dan rumputnya tumbuh liar. Semua itu disengaja.
Rumah Hobbit yang paling paling diincar wisatawan adalah Bag End. Ini adalah rumah Frodo dan Bilbo Baggins, letaknya paling atas bukit dengan sebuah pohon besar di atasnya. Maklum saja, Frodo dan Bilbo adalah tokoh utama dalam trilogi LOTR dan The Hobbits.
Rumah Hobbit yang dipakai untuk latar adegan film, skalanya mungil yaitu ukuran Hobbit dalam cerita. Kata pemandu, ini supaya kalau aktor Gandalf berjalan, dia kelihatan tinggi sekali.