Jumat, 03 April 2020

Filipina Akan Tembak Mati Pelanggar Lockdown

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam hukuman berat kepada pelanggar aturan dalam periode lockdown. Dia memerintahkan tembak mati.
Filipina menerapkan lockdown (penguncian wilayah) untuk Manila sejak 15 Maret. Kebijakan itu berlanjut ke seluruh Pulau Luzon yang dihuni 55 juta orang.

Hingga hari ini, tercatat 2.311 kasus virus Corona muncul di Filipina. Dari jumlah itu, 96 orang meninggal dunia dan 50 lainnya sembuh.

Duterte, melalui pidato dalam siaran televisi, mengatakan sangat penting bagi setiap orang untuk bekerja sama dan mengikuti langkah-langkah karantina di rumah. Itu sebagai upaya untuk menekan penularan dan membuat sistem kesehatan negara yang rapuh tidak kewalahan.

"Ini semakin buruk. Jadi, sekali lagi saya bilang kepada kalian betapa seriusnya masalah ini dan kalian harus mendengarkan, "kata Duterte, seperti dikutip Reuters, Kamis (2/4/2020).

"Perintah saya kepada polisi dan militer..., jika ada masalah dan mereka melawan sehingga nyawa kalian dalam bahaya, tembak mereka sampai mati," dia menegaskan.

"Apakah itu bisa dimengerti? Mati. Alih-alih menyebabkan masalah, saya akan memakamkan kalian," dia menambahkan.

Pernyataan Duterte itu muncul setelah adanya laporan media tentang kerusuhan dan penangkapan pada hari Rabu (1/4) warga di daerah miskin Manila. Warga itu memprotes bantuan makanan pemerintah.

Duterte juga menginstruksikan kepada kepolisian untuk menghukum warga yang menyerang dokter dan tenaga medis saat pandemi virus Corona. Sebelumnya muncul kemaraan komunitas medis tentang pelecehan fisik dan diskriminasi terhadap tenaga medis.

Komentar Duterte itu menjadi pro dan kontra. Sejumlah aktivis mengkritik retorika Duterte dengan menuduhnya sebagai tindakan main hakim sendiri.

Sementara itu kepolisian bersikukuh untuk mengikuti instruksi Duterte. Mereka bilang itu sebagai langkah serius Duterte untuk meredam penyebaran virus Corona. Kepala polisi nasional mengatakan polisi mengerti bahwa Duterte menunjukkan keseriusannya tentang ketertiban umum dan tidak ada yang akan ditembak.

Di Tengah Wabah Corona, Salju Tutupi Bunga Sakura di Tokyo

 Tak takut melawan Corona, bunga sakura tetap mekar dengan indah di Tokyo dan sekitarnya. Di saat bersamaan, salju pun ikut turun.
Walau sekarang sudah masuk musim semi, tapi akhir bulan Maret lalu salju sempat turun dan menyelimuti Tokyo. Keberadaan salju yang identik dengan warna putih itu juga menyelimuti bunga sakura sekaligus menahan warga Tokyo di rumah dan dari virus corona.

Seperti diberitakan oleh media Japan Times, Kamis (2/4/2020) salju turun ke sebagian Prefektur Kanto dari pagi hingga siang hari. Kehadirannya seakan kian meramaikan jalanan dan jalur pejalan kaki yang mulai sepi akibat corona.

Hal itu seiring dengan arahan perwakilan Pemerintah Tokyo, Yuriko Koike, yang mengimbau warganya agar tidak keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak. Beberapa pusat perbelanjaan besar seperti Takashimaya, Lumine dan Toho Co. diketahui telah menutup diri.

Simpang Shibuya yang biasanya padat pekerja dan wisatawan pun jadi lebih sepi daripada biasanya belakangan. Kini hanya tampak sedikit pejalan dengan payung saja untuk melindungi diri dari salju.

Kawasan wisata populer Shibuya pun juga ikut terdampak sepi akibat corona dan salju. Di mana tak sedikit toko di sana yang juga mulai menutup diri.

Bahkan, destinasi di sepanjang Sungai Meguro yang populer dengan bunga sakura juga hanya menarik sedikit wisatawan. Padahal dalam kondisi biasa, sepanjang sungai tersebut selalu disesaki oleh ratusan masyarakat dan pelancong.

16 Negara yang Masih Bebas Corona

Di hadapan virus corona, tak ada negara yang kebal. Namun, kabarnya di 16 negara ini belum ada laporan kasus virus Corona.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, tak ada tempat aman untuk bersembunyi dari virus Corona atau Covid-19. Hanya saja, belasan negara disebut belum melaporkan adanya kasus corona.

Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Rabu (2/4/2020), hingga saat ini ada sekitar 16 negara yang tersebar di Asia, Afrika dan Pasifik yang belum memiliki laporan virus corona.

Asia
Di benua Asia, kasus corona diketahui belum ada di Turkmenistan, Tajikistan dan Korea Utara atau Korut. Padahal seperti di Korea Utara, negara tetangga Korea Selatan sempat menjadi sumber epidemi beberapa waktu lalu.

Afrika
Di Afrika, belum ada laporan dari negara Lesotho, Sudan Selatan, Yaman, Sierra Leone, Burundi, dan Malawi. Semoga saja kondisi tersebut tetap demikian.

Pasifik
Sedangkan daftar negara di Pasifik yang disebut belum ada laporan corona adalah Tonga, Samoa, Vanuatu, Cook Islands (Keplauan Cook), Niue dan Tuvalu. Mungkin saja hal itu disebabkan oleh kondisi negara kepulauan yang jauh dari pusat epidemi.

Pada Selasa lalu, Direktur Regional Pasifik Barat di WHO, Takeshi Kasai, mengatakan kalau masyarakat di kawasan Asia dan Pasifik belum boleh merasa lega. Setiap negara pun diminta untuk bersiap menghadapi virus corona.

"Epidemi ini masih jauh dari selesai di Asia dan Pasifik. Ini akan jadi pertempuran jangka panjang," ujar Takeshi.

Ditambahkan oleh Takeshi, bahwa negara-negara di Pasifik membutuhkan perhatian lebih. Keterbatasan tenaga dan ilmu medis akan membuat diagnosis dilakukan di negara lain.

Filipina Akan Tembak Mati Pelanggar Lockdown

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam hukuman berat kepada pelanggar aturan dalam periode lockdown. Dia memerintahkan tembak mati.
Filipina menerapkan lockdown (penguncian wilayah) untuk Manila sejak 15 Maret. Kebijakan itu berlanjut ke seluruh Pulau Luzon yang dihuni 55 juta orang.

Hingga hari ini, tercatat 2.311 kasus virus Corona muncul di Filipina. Dari jumlah itu, 96 orang meninggal dunia dan 50 lainnya sembuh.

Duterte, melalui pidato dalam siaran televisi, mengatakan sangat penting bagi setiap orang untuk bekerja sama dan mengikuti langkah-langkah karantina di rumah. Itu sebagai upaya untuk menekan penularan dan membuat sistem kesehatan negara yang rapuh tidak kewalahan.

"Ini semakin buruk. Jadi, sekali lagi saya bilang kepada kalian betapa seriusnya masalah ini dan kalian harus mendengarkan, "kata Duterte, seperti dikutip Reuters, Kamis (2/4/2020).

"Perintah saya kepada polisi dan militer..., jika ada masalah dan mereka melawan sehingga nyawa kalian dalam bahaya, tembak mereka sampai mati," dia menegaskan.

"Apakah itu bisa dimengerti? Mati. Alih-alih menyebabkan masalah, saya akan memakamkan kalian," dia menambahkan.

Pernyataan Duterte itu muncul setelah adanya laporan media tentang kerusuhan dan penangkapan pada hari Rabu (1/4) warga di daerah miskin Manila. Warga itu memprotes bantuan makanan pemerintah.

Duterte juga menginstruksikan kepada kepolisian untuk menghukum warga yang menyerang dokter dan tenaga medis saat pandemi virus Corona. Sebelumnya muncul kemaraan komunitas medis tentang pelecehan fisik dan diskriminasi terhadap tenaga medis.

Komentar Duterte itu menjadi pro dan kontra. Sejumlah aktivis mengkritik retorika Duterte dengan menuduhnya sebagai tindakan main hakim sendiri.

Sementara itu kepolisian bersikukuh untuk mengikuti instruksi Duterte. Mereka bilang itu sebagai langkah serius Duterte untuk meredam penyebaran virus Corona. Kepala polisi nasional mengatakan polisi mengerti bahwa Duterte menunjukkan keseriusannya tentang ketertiban umum dan tidak ada yang akan ditembak.