Minggu, 05 April 2020

Pariwisata China yang Kembali Tutup

China kembali khawatir dengan adanya pandemi Corona gelombang 2. Sudah sempat kembali beroperasi, beberapa kota menutup tempat wisatanya. Shanghai jadi kota pertama yang menutup kembali semua kegiatan pariwisatanya. Padahal beberapa tempat wisata sudah buka beberapa hari.

Hal ini dipicu dengan peningkatan kasus Corona dari luar negeri. Pada Senin lalu, sudah ada 771 kasus Corona yang dikonfirmasi.

Langyashan Scenic Area di Provinsi Anhui sempat buka pada 16 Maret lalu. Kunjungan wisata pun melonjak hingga 3.000 tiket per hari.

Namun Badan budaya dan pariwisata setempat melayangkan surat untuk menutup beberapa fasilitasnya ruangannya. Mau tak mau, tempat wisata ini kembali sepi.

Kota Chengdu, Fuyang hingga Provinsi Henan pun demikian. Tempat karaoke dan warnet harus kembali ditutup untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Kolam renang hingga bioskop 'diliburkan' kembali. Kebanyakan dari pelaku usaha tak menerima alasan pemerintah China melakukan hal tersebut.

Mereka hanya diberi tahu bahwa pencegahan penyebaran virus bukanlah hal yang sepele.

"Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah memerintahkan semua tempat hiburan nasional yang telah memulai kembali operasi untuk ditutup kembali sementara waktu," ujar seorang pejabat provinsi.

Bos Airbnb Minta Maaf ke Pemilik Properti, Siap Kucurkan Rp 4 Triliun

Pelaku wisata di bidang perhotelan menjadi salah satu yang terdampak dari pandemi Corona. Airbnb memberikan sumbangan kepada pemilik properti.

Airbnb menjadi situs penyewaan penginapan yang juga sepi karena Corona. Berbagai kebijakan diberikan agar para traveler yang sudah terlanjur memesan penginapan bisa tetap liburan setelah wabah Corona selesai.

Namun bukan itu saja, CEO Airbnb, Brian Chesky juga meminta maaf kepada para pemilik properti terdaftar dalam naungan Airbnb. Pembatalan pemesanan membuat para pemilik properti merugi. Karena hal tersebut, Brian memberikan kucuran uang sebesar USD 260 juta atau sekitar Rp 4,264 triliun dalam bentuk paket.

"Kita adalah mitra. Ketika bisnis Anda menderita, maka kamu juga," ujar Brian.

Airbnb akan membayar USD 250 juta kepada pada para pemilik properti. Uang tersebut akan digunakan untuk menutup sebagian biaya pembatalan karena virus Corona. Pembatalan yang dibayarkan haruslah dari 14 Maret hingga 31 Mei. Airbnb akan membayar seperempat dari total biaya penginapan.

Kemudian ada sumbangan sebesar USD 10 juta untuk paket Superhost Relief Fund. Dana ini bisa membantu para pemilik properti dalam pembayaran sewa dan hipotek.

Airbnb juga mengajak para tamu agar bisa menyumbang untuk rumah yang pernah mereka sewa. Sehingga membantu para pemilik properti tetap hidup di tengah kesulitan pandemi virus Corona.

Ada Corona, Warga New York Lebih Suka ke Pemakaman Daripada Taman

Saat ada pandemi Corona seperti sekarang, warga New York tidak lagi suka jalan-jalan ke taman. Mereka lebih memilih datang ke pemakaman.

Warga kota New York kini tak lagi menjadikan taman Central Park sebagai destinasi favorit mereka untuk berjalan-jalan dan menghirup udara segar. Sebabnya, sedang ada pandemi Corona yang tengah mewabah di Amerika.

Penyebab lainnya karena kawasan Central Park sudah terlalu banyak dipadati orang. Daripada berisiko ketularan Corona, akhirnya mereka menemukan destinasi baru untuk dikunjungi dan tidak terlau banyak orang: Pemakaman Umum.

Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Minggu (5/4/2020), salah satu contoh warga New York yang lebih suka ke pemakaman adalah Molly Cusick (31) dan suaminya. Molly kini lebih suka pergi ke Green Wood Cemetery di Brooklyn dibandingkan ke Central Park.

"Dengan adanya virus ini, kami ingin pergi ke suatu tempat yang tenang dan tidak bikin stress. Pemakaman jelas lebih baik dibandingkan taman. Kamu tidak perlu khawatir tentang orang lain yang lewat dan harus menjaga jarak dengan mereka. Ini sungguh bikin rileks," kata Molly seperti dikutip dari New York Post.

Pasangan Dokter Ini Batal Bulan Madu untuk Tangani Pasien Corona

Impian dua dokter muda yang menikah di akhir Maret untuk berlanjut bulan madu buyar. Mereka justru langsung bekerja menangani pasien di periode wabah virus Corona.
Dua dokter muda itu merupakan dokter asal Amerika Serikat (AS), Kashif Chaudhry dan Naila Shereen. Mereka tinggal di kota berbeda, di Kota New York dan Cedar Rapids, Iowa.

Pernikahan itu digelar kilat pada hari Sabtu, 21 Maret. Ijab kabul dilaksanakan di hadapan imam di sebuah masjid di Hawthorne, New Jersey. Tak ada perayaan besar-besaran, mereka hanya membuat selamatan bersama keluarga kecil di New Windsor, New York.

Mereka juga tak memiliki banyak waktu untuk bersama-sama. Minggu siang mereka sudah harus berpisah. Mereka menuju bandara karena Chaudry sudah harus bekerja lagi pada hari Senin.

"Kami mengucapkan selamat tinggal, kami meneteskan air mata dan sedih," kata Chaudary seperti dikutip Reuters.

"Aku memberinya mawar merah," dia menambahkan.

Ya, Chaudry yang merupakan kepala kepala kedokteran internal New York harus mengawasi tim yang tersebar di berbagai rumah sakit di kota itu. Kali ini, pekerjaannya menjadi ekstra berat setelah virus Corona mewabah. Sejauh ini penyakit ini telah menginfeksi lebih dari satu juta orang dan membunuh lebih dari 50.000 di seluruh dunia.

Shereen juga tak bisa lama-lama di rumah. Dia juga ditunggu pekerjaan di rumah sakit. Belakangan, dia bekerja dengan durasi yang cukup panjang setiap harinya.

Menjalani asmara jarak jauh pada situasi yang sedang tidak baik-baik saja bukanlah hal yang mudah. Apalagi, pekerjaan membuat mereka sama-sama harus berada di garda terdepan menghadapi Corona.

"Kita semua tahu kondisi di New York itu buruk, tetapi kita tahu yang terburuk belum datang," katanya.

"Aku tidak pernah mengira aku akan hidup melalui pandemi," Sheeran menambahkan.


Kashif N Chaudhry
@KashifMD
Even though I missed my family tremendously, nonetheless had a great home wedding & glad family could at least join in through video. I couldn’t have been happier today to have married the most amazing woman on the planet. 

Proud to call you my wife @NailaS_MD.  #CoronaWedding

Lihat gambar di TwitterLihat gambar di Twitter
2.052
09.57 - 22 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
490 orang memperbincangkan tentang ini
Mereka berterima kasih kepada teknologi yang memungkinkan untuk tetap bisa berkomunikasi. Shereen dan Chaudry memanfaatkan Facetime untuk bisa menatap ekspresi, tawa, dan ketegangan masing-masing.

"Aku sangat khawatir tentangnya. Tapi, aku benar-benar bangga padanya," ujar Chaudry.

Tapi, kini setidaknya dia lega. Pada kondisi yang berat ini, mereka telah memasuki babak baru dalam kisah asmaranya dengan Shereen, seorang dokter perempuan yang telah memikat hatinya pada pandangan pertama.

Chaudry ingat betul bagaimana mereka berjumpa waktu itu. Dokter 37 tahun itu menjadi sukarelawan di Bolivia sebagai dokter yang bertugas memasang alat pacu jantung secara gratis. Sementara Shereen terdaftar dalam jajaran dokter sukarelawan di Guatemala.

Kesamaan itu membuat mereka saling berkomunikasi untuk membicarakan rencana amal lainnya. Berawal dari ngobrol via telepon mereka kopi darat dan berjumpa di cafe. Kemudian mereka melanjutkan dengan makan malam dan ya, kemudian serius untuk menikah.

"Ketika kami bertemu, kami berbicara dan berbicara. Saya langsung tahu," katanya.

"Dalam prosesnya kami harus melepaskan pernikahan besar kami, tetapi jauh lebih penting aku menikahi wanita yang kucintai," dia menambahkan.

Jadi, urusan batal bulan madu tak merisaukannya. Mereka telah menikah.