Minggu, 12 April 2020

Nekat Melayat Kerabat dan Hadiri Pesta, 16 Orang Terinfeksi Virus Corona

Sekelompok orang berkumpul di Chicago untuk melayat kerabat mereka yang meninggal. Tanpa mereka sadari, virus Corona 'bersembunyi' dan mengarah ke super-spreader sehingga membuat sedikitnya 16 orang sakit dan 3 meninggal dunia.
Saat ditelusuri, salah satu pendatang adalah seorang teman dekat yang baru-baru ini bepergian ke luar negeri dan tengah mengalami gejala ringan virus corona. Ketika melayat, dia berpelukan dengan beberapa orang. Tak sampai disitu, setelah melayat tiga hari kemudian ia mengunjungi pesta ulang tahun dan mengabaikan gejalanya.

Beberapa hari setelahnya, ia baru dites dan didiagnosis positif COVID-19. Ketika mengetahui kondisinya, ia sudah menularkan virus ke banyak orang dan mengakibatkan 16 di antaranya terinfeksi dan 3 meninggal dunia.

"Ketika orang-oran bersama dalam pemakaman atau pertemuan keluarga besar dan saat salah satu di antaranya memiliki gejala seperti virus corona, sangat besar kemungkinannya menularkan ke orang lain," kata Dr Jennifer Layden, kepala petugas medis dari Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago, dikutip dari WebMD.

Saat ini, disebutkan bahwa semua orang rentan tertular virus Corona. Penyakitnya sangat mudah menular seperti flu namun lebih parah karena belum ada obat dan vaksin perlindungan pada virus tersebut. Menghindari pertemuan sosial secara efektif bisa menekan laju penyebaran karena virus tidak bisa menginfeksi orang lain dan tidak menemukan inang sehingga akan mati jika berada di permukaan.

"Tapi bukan hanya tinggal di rumah namun harus mempraktikkan jarak sosial dan langkah-langkah kebersihan seperti menutup mulut ketika batuk bahkan jika Anda berada di dalam rumah," papar Dr Layden.

Kasus ini dilaporkan pada 8 April di studi Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat dan Laporan Morbiditas dan Mortalitas Mingguan Amerika Serikat.

Terpopuler Sepekan: Glenn Fredly Meninggal dan Meningitis yang Diidapnya

Tanah Air kembali berduka, musisi Glenn Fredly meninggal dunia pada Rabu (8/4/2020) di RS Setia Mitra, Jakarta Selatan. Sebelum meninggal, Glenn sempat dikabarkan mendapat perawatan di rumah sakit pada Maret 2020 lalu, dan dirawat selama seminggu.
Kondisi kesehatan Glenn juga sempat mencuri perhatian ketika ia mengungkap keinginannya untuk pensiun dari dunia musik pada Oktober 2010. Saat itu ia tidak mengungkap bahwa dirinya sakit meski secara fisik tampak lebih kurus.

Hingga pada akhirnya perwakilan dari pihak keluarga, Mozes Latuihamallo mengatakan Glenn meninggal karena penyakit meningitis yang diidapnya, dan dipastikan bukan karena virus Corona COVID-19.

"Akibat meningitis," kata perwakilan keluarga Glenn, Mozes Latuihamallo dalam keterangan resminya, Rabu (8/4/2020).

Apa itu meningitis?
Dikutip dari Mayo Clinic, meningitis adalah radang pada selaput atau membran yang menyelubungi otak. Penyakit ini umumnya dipicu oleh infeksi virus, bakteri dan parasit.

Seperti apa gejala khas meningitis?

Dokter bedah saraf RS Mayapada, dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, mengatakan ada beberapa gejala khas yang bisa dirasakan oleh orang yang menderita meningitis.

"Ada gejala khas radang selaput otak seperti leher kaku jadi kakunya ditekuk seperti menunduk saja keras itu," kata dr Ryu, sapaan akrabnya, kepada detikcom, Kamis (9/4/2020)

"Terus nyeri leher bisa sampai ke dagu nyerinya, demam, sakit kepala, bisa mual bahkan muntah, kejang-kejang, terus ngantuk sampai dibangunkan pun dia melek tapi ngantuk lagi," lanjutnya.

dr Ryu juga menjelaskan ada perbedaan gejala yang dirasakan oleh orang dewasa dan anak kecil atau bayi.

"Kalau pada bayi yang biasa muncul itu gatal-gatal dan nangis nggak berhenti-henti, nggak mau makan, sesak napas itu gejala-gejala pada bayi," tuturnya.

Pasien Virus Corona Laporkan Gejala Baru, Kulit Seperti 'Tersetrum'

Bagaikan sebuah misteri, virus Corona COVID-19 tak henti-hentinya berikan kejutan pada dunia medis. Baru-baru ini beberapa pasien yang pernah terinfeksi penyakit itu melaporkan bahwa mereka sempat merasakan gejala seperti kulit 'mendesis' atau adanya aliran listrik yang mengalir di tubuh mereka, sehingga timbulnya sensasi terbakar.
Dikutip dari New York Post, Kepala Penyakit Menular di ProHealth Care Associates, Dr Daniel Griffin mengatakan kondisi 'mendesis' itu bukanlah gejala umum yang terjadi pada pasien, tetapi kemungkinan itu disebabkan oleh adanya reaksi antibodi terhadap virus.

"Jelas sudah diidentifikasi, tetapi kami belum yakin dan mungkin ada beberapa alasan itu terjadi. Perasaan itu mungkin hasil dari antibodi yang melawan penyakit dan mengganggu cara kerja saraf," kata Griffin.

Sedangkan menurut Direktur Klinis di layanan kesehatan Pack Health, Dr Vipul Shah, sensasi itu bisa juga dikaitkan dengan kebiasaan demam pada seseorang.

"Jika orang tidak terbiasa mengalami demam, mungkin kulit mereka benar-benar terasa seperti sensasi listrik," jelas Shah.

Namun hingga kini gejala seperti 'mendesis' itu belum diketahui dengan pasti penyebabnya, dan Shah pun menyarankan untuk menggunakan gel lidah buaya atau lotion untuk mengurangi sensasi terbakar pada kulit.

Nekat Melayat Kerabat dan Hadiri Pesta, 16 Orang Terinfeksi Virus Corona

Sekelompok orang berkumpul di Chicago untuk melayat kerabat mereka yang meninggal. Tanpa mereka sadari, virus Corona 'bersembunyi' dan mengarah ke super-spreader sehingga membuat sedikitnya 16 orang sakit dan 3 meninggal dunia.
Saat ditelusuri, salah satu pendatang adalah seorang teman dekat yang baru-baru ini bepergian ke luar negeri dan tengah mengalami gejala ringan virus corona. Ketika melayat, dia berpelukan dengan beberapa orang. Tak sampai disitu, setelah melayat tiga hari kemudian ia mengunjungi pesta ulang tahun dan mengabaikan gejalanya.

Beberapa hari setelahnya, ia baru dites dan didiagnosis positif COVID-19. Ketika mengetahui kondisinya, ia sudah menularkan virus ke banyak orang dan mengakibatkan 16 di antaranya terinfeksi dan 3 meninggal dunia.

"Ketika orang-oran bersama dalam pemakaman atau pertemuan keluarga besar dan saat salah satu di antaranya memiliki gejala seperti virus corona, sangat besar kemungkinannya menularkan ke orang lain," kata Dr Jennifer Layden, kepala petugas medis dari Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago, dikutip dari WebMD.

Saat ini, disebutkan bahwa semua orang rentan tertular virus Corona. Penyakitnya sangat mudah menular seperti flu namun lebih parah karena belum ada obat dan vaksin perlindungan pada virus tersebut. Menghindari pertemuan sosial secara efektif bisa menekan laju penyebaran karena virus tidak bisa menginfeksi orang lain dan tidak menemukan inang sehingga akan mati jika berada di permukaan.

"Tapi bukan hanya tinggal di rumah namun harus mempraktikkan jarak sosial dan langkah-langkah kebersihan seperti menutup mulut ketika batuk bahkan jika Anda berada di dalam rumah," papar Dr Layden.

Kasus ini dilaporkan pada 8 April di studi Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat dan Laporan Morbiditas dan Mortalitas Mingguan Amerika Serikat.