Kamis, 16 April 2020

Jelang Ramadan 2020, Ini Tips Jaga Kadar Gula Darah

Penyandang diabetes harus menjaga kadar gula darah termasuk pada saat menjelang puasa Ramadan di tengah pandemi COVID-19 ini. Sebab, menurut Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals dr Adeline Devita, ada penyandang diabetes yang boleh berpuasa dan ada yang tidak diperbolehkan.
"Ada kondisi bagi diabetesi yang tidak disarankan berpuasa yaitu jika diabetesi mengalami diabetes tipe 1 yang sulit terkendali, diabetesi yang sedang hamil, usia lanjut ataupun penyakit komplikasi yang berat seperti gagal ginjal, stroke maupun tekanan darah yang tidak terkontrol," ujar dr Adeline kepada detikHealth, Kamis (16/4/2020).

dr Adeline menjelaskan risiko utama yang berhubungan dengan puasa pada diabetesi adalah hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetic, dehidrasi, serta thrombosis. Selain itu, penyandang diabetes juga rentan terkena paparan virus, termasuk COVID-19.

"CDC (Centers for Disease Control) telah menentukan bahwa COVID-19 adalah ancaman kesehatan masyarakat yang serius, dan orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan kondisi medis kronis yang serius, termasuk diabetes," jelas dr Adeline.

Maka dari itu, penting untuk menjaga kadar gula darah menjelang puasa. dr Adeline juga menyebut sebaiknya konsultasi dengan dokter 2 minggu sebelum puasa untuk memastikan kondisi kesehatan. Selain itu, perhatikan beberapa hal berikut ini untuk penyandang diabetes agar puasa tetap lancar:

1. Perbanyak Minum Air Putih

Minuman manis seperti soda telah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan diabetes autoimun laten orang dewasa. Mereka yang mengonsumsi 2 porsi minuman yang mengandung gula per hari memiliki risiko 99% lebih tinggi terkena Latent autoimmune diabetes in adults (LADA).

Sebaliknya, mengonsumsi air putih memberi manfaat dapat menyebabkan kontrol gula darah dan respon insulin yang lebih baik. Sangat baik untuk mengurangi minuman manis dan memperbanyak air putih menjelang puasa Ramadan.

2. Hentikan Kebiasaan Merokok

Merokok telah terbukti menyebabkan berbagai penyakit serius, salah satunya adalah penelitian yang menghubungkan diabetes tipe 2 dapat terjadi pada perokok aktif maupun pasif.

Sebuah studi pada pria paruh baya membuktikan, setelah 5 tahun berhenti merokok, risiko diabetes mereka berkurang 13% dan setelah 20 tahun kondisi mereka sama seperti kondisi orang yang tidak pernah merokok.

3. Atur Pola Makan

Mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan gula meningkatkan kadar gula darah dan insulin yang menyebabkan terjadinya diabetes seiring waktu. Menghindari makanan ini dapat membantu mengurangi risiko diabetes.

"Pastinya harus perhatikan asupan kalori harian sesuai dengan jumlah kebutuhan harian, perbanyak sayur dan buah, hindari gorengan dan makanan berlemak lainnya, dan asupan cairan harus cukup minimal 8 gelas total dalam 1 hari," ujar dr Adeline.

Selain itu, Anda juga dapat mengonsumsi Diabetasol untuk mendukung proses penurunan kadar gula darah agar gula darah tetap normal dan menjaga daya tahan tubuh termasuk untuk menghindari paparan COVID-19. Adapun pola makan sehat untuk diabetesi pada waktu puasa dapat mengikuti pola makan sesuai informasi berikut.

Menjaga kadar gula darah tetap normal sebelum berpuasa dan menjaga pola makan sehat untuk diabetesi pada waktu berpuasa bisa membuat puasa Ramadan dapat dijalankan dengan baik.

1.035 Jenazah di DKI Dimakamkan dengan Protap Corona, Begini Panduannya

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendata pemakaman jenazah dengan prosedur tetap (protap) virus Corona (COVID-19). Ada 1.035 jenazah yang dimakamkan dengan protap Corona.
Dilihat detikcom, Kamis (16/4/2020), dari situs informasi resmi milik Pemprov DKI Jakarta, corona.jakarta.go.id, 1.035 pemakaman dengan protap Corona merupakan data sampai 15 April 2020. Terjadi kenaikan dan penurunan penambahan data setiap hari.

"Yang meninggal tapi diberlakukan dengan prosedur pemakaman sebagaimana halnya (jenazah pasien terkonfirmasi positif) COVID-19. Karena mereka masih dalam proses pengetesan dan pada saat meninggal, hasil tesnya belum keluar (atau belum dilakukan)," ucap Catur Laswanto, Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 dalam keterangan pers, Senin (6/4).

Bagaimana prosedur yang dimaksud? Berikut langkah-langkahnya, dikutip dari versi terbaru Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Kementerian Kesehatan RI:

1. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular.

2. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut meninggal dalam masa penularan.

3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.

4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.

5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.

6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan APD.

7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia.

8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.

9. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh keluarga dan Direktur Rumah Sakit.

10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.

11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.

12. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di pemulasaran jenazah.

Perlakuan ini juga diperuntukkan bagi jenazah status PDP yang belum mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium COVID-19.

Jelang Ramadan 2020, Ini Tips Jaga Kadar Gula Darah

Penyandang diabetes harus menjaga kadar gula darah termasuk pada saat menjelang puasa Ramadan di tengah pandemi COVID-19 ini. Sebab, menurut Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals dr Adeline Devita, ada penyandang diabetes yang boleh berpuasa dan ada yang tidak diperbolehkan.
"Ada kondisi bagi diabetesi yang tidak disarankan berpuasa yaitu jika diabetesi mengalami diabetes tipe 1 yang sulit terkendali, diabetesi yang sedang hamil, usia lanjut ataupun penyakit komplikasi yang berat seperti gagal ginjal, stroke maupun tekanan darah yang tidak terkontrol," ujar dr Adeline kepada detikHealth, Kamis (16/4/2020).

dr Adeline menjelaskan risiko utama yang berhubungan dengan puasa pada diabetesi adalah hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetic, dehidrasi, serta thrombosis. Selain itu, penyandang diabetes juga rentan terkena paparan virus, termasuk COVID-19.

"CDC (Centers for Disease Control) telah menentukan bahwa COVID-19 adalah ancaman kesehatan masyarakat yang serius, dan orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan kondisi medis kronis yang serius, termasuk diabetes," jelas dr Adeline.

Maka dari itu, penting untuk menjaga kadar gula darah menjelang puasa. dr Adeline juga menyebut sebaiknya konsultasi dengan dokter 2 minggu sebelum puasa untuk memastikan kondisi kesehatan. Selain itu, perhatikan beberapa hal berikut ini untuk penyandang diabetes agar puasa tetap lancar: