Sebuah studi yang dipimpin oleh Jianyun Lu dari Guangzhou Center for Disease Control and Prevention mengatakan pendingin ruangan atau AC berperan dalam penyebaran virus Corona COVID-19. Mengapa bisa begitu?
Hal ini dikaitkan dengan 10 kasus Corona berbeda di tiga keluarga berbeda saat makan di restoran yang sama di Guangzhou. "Aliran udara yang kuat dari AC bisa menyebarkan droplet," tulis laporan studi tersebut, dikutip dari South China Morning Post pada Jumat (17/4/2020).
Kasus diketahui terjadi pada akhir Januari lalu. Pasien pertama dari 10 kasus yang dipelajari disebut kembali dari Wuhan pada 23 Januari 2020. Wuhan sendiri adalah sumber penyebaran virus Corona pertama sejak akhir Desember 2019. Pasien disebut makan malam bersama dengan tiga anggota keluarga di hari berikutnya.
Restoran tersebut dikatakan tidak memiliki jendela dan hanya menggunakan AC untuk mendapat sirkulasi udara. Dua keluarga lain duduk di meja sebelahnya dengan jarak satu meter dengan meja lainnya.
Hari berikutnya, pasien tersebut mengalami gejala Corona seperti demam dan batuk sehingga memeriksakan diri ke rumah sakit. Dalam kisaran waktu dua minggu, sebanyak 9 anggota keluarga yang saat itu berada di restoran yang sama dinyatakan terinfeksi Corona.
"Dari hasil pemeriksaan rute potensial penyebaran, kami menyimpulkan penyebab paling memungkinkan adalah transmisi droplet. Kami menyimpulkan bahwa outbreak ini, penyebaran droplet didukung oleh AC. Faktor kunci dari infeksi adalah arah aliran udara," ungkap peneliti.
"Untuk mencegah penyebaran virus Corona di restoran, kami merekomendasikan melebihkan jarak meja satu dengan yang lain, dan menyediakan ventilasi," tutup keterangan studi tersebut.
5 Hal yang Meningkatkan Risiko Kematian Pasien Corona
Jumlah kasus positif pandemi virus Corona semakin bertambah di dunia. Saat ini virus Corona telah menginfeksi lebih dari dua juta orang di dunia, dengan 145 ribu kematian dan 540 ribu orang yang dinyatakan sembuh.
Walaupun jumlah orang yang sembuh memiliki angka yang tinggi. Tetapi semakin hari angka kematian akibat virus Corona juga semakin bertambah.
Dikutip Daily Star, berikut 5 faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat terinfeksi virus Corona COVID-19:
1. Jenis kelamin
Sebuah penelitian menemukan bahwa 72,0 persen kematian akibat virus Corona terjadi pada pria. Banyak alasan mengapa lebih banyak pria yang meninggal dibanding wanita, salah satunya adalah gaya hidup dan kebiasaan merokok. Pria mendominasi perokok di dunia dibanding wanita. Orang yang merokok meningkatkan risiko kematian saat terinfeksi virus Corona.
2. Usia
Virus Corona pada umumnya dapat menginfeksi siapapun dari segala usia. Tetapi para ahli menyebut orang tua yang berusia 60 tahun ke atas memiliki risiko tinggi kematian yang disebabkan oleh virus ini.
Dr Sarah Jarvis Direktur Klinis Patient Access mengatakan bertambahnya usia dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Jadi, ini yang menyebabkan orang yang lebih tua memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
3. Penyakit komorbid
Penelitian menyebutkan sebagian besar orang yang meninggal karena virus Corona memiliki penyakit komorbid atau bawaan. Beberapa penyakit komorbid yang meningkatkan risiko kematian di antaranya jantung, diabetes, hipertensi hingga jantung koroner.
4. Berat badan
Orang yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas secara serius memiliki risiko yang tinggi jika terinfeksi virus Corona. Karena obesitas dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh atau imunitas seseorang.
National Health Service (NHS) mengatakan orang yang memiliki Body Mass Index (BMI) 40 atau lebih memiliki risiko lebih besar terkena komplikasi jika tertular virus ini. Sedangkan orang yang memiliki berat badan normal hanya memiliki BMI sekitar 18,5-22,9.
5. Sel darah putih rendah
Sebuah penelitian menyebutkan 81,2 persen orang yang meninggal karena virus Corona memiliki jumlah eosinofil yang sangat rendah saat masuk ke rumah sakit. Eosinofil adalah jenis sel darah putih yang merupakan sel kekebalan khusus yang membantu melawan infeksi. Petugas medis mengatakan, memiliki kadar eosinofil rendah dapat berkorelasi dengan risiko kematian yang lebih besar jika terinfeksi virus Corona.