Senin, 20 April 2020

Peneliti Sebut Virus Corona Bisa Serang Kekebalan Tubuh Seperti HIV

Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan khawatir bahwa virus Corona COVID-19 bisa membunuh sel-sel kekebalan tubuh yang seharusnya berperan dalam membunuh virus.
Penemuan mengejutkan dari tim peneliti di Shanghai dan New York serta pengamatan dokter yang menangani pasien Corona menyebutkan, bahwa virus Corona dapat menyerang sistem kekebalan manusia sehingga menyebabkan kerusakan yang serupa dengan yang dialami pasien HIV.

Dikutip dari laman South China Morning Post, Lu Lu dari Universitas Fudan di Shanghai dan Jang Shibo dari New York Blood Centre mengungkapkan, bahwa Sars-CoV-2 bergabung dengan jalur sel limfosit T yang ditumbuhkan di laboratorium.

Limfosit T atau sel T memainkan peran sentral untuk mengidentifikasi dan menghilangkan benda asing dalam tubuh. Sel T akan menangkap sel yang terinfeksi virus, membuat lubang di membrannya dan menyuntikkan bahan kimia beracun dalam sel. Bahan kimia ini kemudian membunuh virus dan sel terinfeksi dan mengancurkannya berkeping-keping.

Namun dalam kasus virus Corona, sel T justru menjadi mangsa virus Corona dalam percobaan mereka. Para peneliti juga menemukan struktur unik dalam protein di paku virus corona yang memicu perpaduan selubung virus dan membran sel ketika mereka bersentuhan. Hal tersebut membuat virus dapat masuk ke dalam sel T, sehingga menonaktifkan fungsinya untuk melindungi manusia.

Gen virus kemudian memasuki sel T dan 'menyanderanya', menonaktifkan fungsinya melindungi manusia.

Para peneliti melakukan percobaan yang sama dengan severe acute respiratory syndrome (SARS) dan virus Corona lain, menemukan bahwa virus SARS tidak memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel T.

Hal ini diduga karena kurangnya fungsi fusi membran. SARS yang mewabah pada 2003, hanya dapat menginfeksi sel yang membawa protein reseptor spesifik yang dikenal sebagai ACE2, dan protein ini memiliki kehadiran yang sangat rendah dalam sel T.

Dipakai Titiek Puspa, Apa Sih Fungsi Alat Pacu Jantung?

Sejak 2018 lalu, artis senior Titiek Puspa sudah menggunakan alat pacu jantung akibat penyakit jantung yang diidapnya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu detak jantung kembali normal.
"Satu tahun yang lalu, aku kena jantung jadi sesak napas gitu, ke dokter. Terus, sekarang aku pakai pacu jantung. Tapi, dioperasi saya nggak mau jantungnya di apa-apain, yaudah ini aja," ungkapnya saat menjadi bintang tamu di podcast kanal Youtube milik Deddy Corbuzier, beberapa waktu lalu.

Sudah digunakan Titiek Puspa sejak lama, apa sih fungsinya alat pacu jantung itu?

Menurut dokter jantung dari Siloam Hospital Lippo Village, dr Vito A Damay, SpJP(K), Mkes, FIHA, FICA, FAsCC, alat pacu jantung merupakan alat yang berfungsi untuk menjaga detak jantung tetap pada frekuensi normal. Tidak terlalu cepat atau terlalu lambat juga.

"Jadi, intinya untuk mempertahankan detak jantung agar tetap dalam batas normal," katanya saat dihubungi detikcom, Senin (20/4/2020).

Menurut dr Vito orang diharuskan menggunakan alat pacu jantung biasanya setelah terkena serangan jantung, frekuensi detaknya melemah atau tidak normal.

Dalam keadaan normal, detak jantung pada orang biasa berkisar antara 60-100 kali per menit. Detak jantung bisa dikatakan tidak normal jika frekuensinya hanya 20-30 kali per menit.

"Karena dia (detak jantung) lambat itulah, maka kita pakai alat pacu jantung. Supaya jantungnya terpacu dan berdetak dalam batas yang normal," jelasnya.

Video Luna Maya Soal Corona Viral, Ini Tanggapan Perhimpunan Dokter Hewan

Video perbincangan antara artis Luna Maya dan seorang dokter hewan bernama drh Moh Indro Cahyono, viral di media sosial. Dalam video tersebut, drh Indro menyebut bahwa virus Corona COVID-19 sebenarnya tidak seganas dan mematikan seperti yang selama ini dibicarakan.
Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), drh H M Munawaroh, MM, menegaskan apa yang disampaikan oleh drh Indro adalah pendapat pribadi dan bukan pernyataan resmi dari PDHI.

"Karena prinsipnya statement resmi itu harus dari PDHI sendiri apabila itu mewakili organisasi. Kalau masing-masing mau bicara itu opini pribadi, jadi saya tidak bisa menutup kan sekarang zamannya orang boleh berbicara," kata drh Munawaroh kepada detikcom, Senin (20/4/2020).

"Tapi saya sebagai ketua perhimpunan menyampaikan itu bukan pendapat organisasi, tapi pendapat pribadi dan itu yang perlu diketahui oleh masyarakat. Kemudian masyarakat silahkan Anda memilih, kalau memang itu dianggap benar silahkan diikuti, kalau tidak ya tidak usah diikuti," lanjutnya.

drh Munawaroh juga mengimbau kepada para dokter hewan di seluruh Indonesia untuk mendukung segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan kedokteran di bidang lainnya terkait penanganan virus Corona. Dokter hewan juga diimbau untuk tidak membuat pernyataan yang sifatnya membuat bingung masyarakat.

"Bahu-membahu dengan kedokteran manusia. Karena yang mempunyai tugas dan kewajiban ini adalah kedokteran manusia. Sementara kedokteran hewan harus tetap mendukung apa yang dilakukan," pungkasnya.

Peneliti Sebut Virus Corona Bisa Serang Kekebalan Tubuh Seperti HIV

Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan khawatir bahwa virus Corona COVID-19 bisa membunuh sel-sel kekebalan tubuh yang seharusnya berperan dalam membunuh virus.
Penemuan mengejutkan dari tim peneliti di Shanghai dan New York serta pengamatan dokter yang menangani pasien Corona menyebutkan, bahwa virus Corona dapat menyerang sistem kekebalan manusia sehingga menyebabkan kerusakan yang serupa dengan yang dialami pasien HIV.

Dikutip dari laman South China Morning Post, Lu Lu dari Universitas Fudan di Shanghai dan Jang Shibo dari New York Blood Centre mengungkapkan, bahwa Sars-CoV-2 bergabung dengan jalur sel limfosit T yang ditumbuhkan di laboratorium.

Limfosit T atau sel T memainkan peran sentral untuk mengidentifikasi dan menghilangkan benda asing dalam tubuh. Sel T akan menangkap sel yang terinfeksi virus, membuat lubang di membrannya dan menyuntikkan bahan kimia beracun dalam sel. Bahan kimia ini kemudian membunuh virus dan sel terinfeksi dan mengancurkannya berkeping-keping.

Namun dalam kasus virus Corona, sel T justru menjadi mangsa virus Corona dalam percobaan mereka. Para peneliti juga menemukan struktur unik dalam protein di paku virus corona yang memicu perpaduan selubung virus dan membran sel ketika mereka bersentuhan. Hal tersebut membuat virus dapat masuk ke dalam sel T, sehingga menonaktifkan fungsinya untuk melindungi manusia.

Gen virus kemudian memasuki sel T dan 'menyanderanya', menonaktifkan fungsinya melindungi manusia.

Para peneliti melakukan percobaan yang sama dengan severe acute respiratory syndrome (SARS) dan virus Corona lain, menemukan bahwa virus SARS tidak memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel T.

Hal ini diduga karena kurangnya fungsi fusi membran. SARS yang mewabah pada 2003, hanya dapat menginfeksi sel yang membawa protein reseptor spesifik yang dikenal sebagai ACE2, dan protein ini memiliki kehadiran yang sangat rendah dalam sel T.