Kamis, 23 April 2020

WHO: Virus Corona Akan Bersama Kita untuk Waktu yang Lama

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa virus Corona masih akan terus berada di dunia untuk waktu yang lama. WHO menyatakan bahwa kebanyakan negara saat ini masih berada dalam tahap awal pandemi.
"Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka. Dan beberapa yang terdampak di awal pandemi sekarang mulai melihat kemunculan kembali kasus-kasus," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual di Jenewa, Swiss.

"Jangan salah, kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/4/2020).

Dia mengatakan sebagian besar epidemi di Eropa barat tampaknya stabil atau menurun.

"Namun meski angkanya rendah, kami melihat tren kenaikan yang mengkhawatirkan di Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, serta Eropa timur," imbuhnya.

Saat ini lebih dari 2,5 juta kasus positif Corona telah dilaporkan di dunia sejak wabah ini pertama kali muncul di China pada Desember 2019 lalu.

Pemerintah Amerika Serikat telah menuding WHO sangat terlambat mengingatkan bahaya virus tersebut, juga terlalu lunak pada Beijing dan bahkan menutup-nutupi wabah ini.

Namun Tedros menegaskan bahwa badan kesehatan PBB itu mengumumkan pandemi di waktu yang tepat.

"Melihat ke belakang, saya pikir kami mengumumkan keadaan darurat pada waktu yang tepat dan ketika dunia memiliki cukup waktu untuk merespons," cetusnya.

Negara Bagian AS Gugat China, Australia Cari Dukungan Selidiki Asal Corona

Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison mencari dukungan untuk penyelidikan internasional atas pandemi virus Corona, dengan menelepon para pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Seperti diberitakan Reuters, Rabu (22/4/2020), kantor PM Australia menyatakan bahwa Morrison juga menelepon pemimpin Jerman dan Prancis untuk membahas hal tersebut. Pembicaraan telepon tersebut dilakukan seiring gencarnya upaya Australia untuk mendorong adanya penyelidikan independen atas asal-usul dan penyebaran wabah Corona, termasuk respons Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom hari ini, Rabu (22/4/2020):

- Presiden Korsel Telepon Jokowi, Yakin Indonesia Segera Atasi Wabah Corona

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menelepon Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk memberi dukungan terkait penanganan Corona (COVID-19). Presiden Moon yakin Indonesia pasti bisa melewati wabah ini.

Percakapan Jokowi dengan Presiden Moon ini diungkapkan oleh Juru Bicara Kantor Kepresidenan Cheongwadae Kang Min-seok. Pernyataan tertulis berbahasa Korea tersebut diterjemahkan oleh Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia dan diunggah melalui akun Instagram kedutaan.

"Atas permintaan dari Presiden Joko Widodo, Republik Indonesia, Presiden Moon Jae-in dan Presiden Jokowi telah melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon pada 21 April 2020. Pembicaraan tersebut selama 20 menit dari pukul 15.25 sore," kata Jubir Kang Min-seok dalam keterangannya, Rabu (22/4).

Semenjak wabah virus Corona (COVID-19) merebak, jumlah pemakaman jenazah di DKI Jakarta meningkat. Media asing pun menyoroti hal ini dan mengangkat kisah seorang penggali kubur di Jakarta, yang menceritakan kisahnya yang hampir tak pernah beristirahat karena situasi ini.

Media Singapura, Channel News Asia mengangkat kisah Minar (54), seorang penggali kubur di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur. Sepanjang pengalamannya sebagai penggali kubur selama 33 tahun, Minar mengatakan dirinya tak pernah sesibuk ini.

"Pekerjaan saya sekarang sangat berbeda... Saya hampir tak bisa istirahat," kata Minar seperti ditulis Channel News Asia, Rabu (22/4/2020).

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berharap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un baik-baik saja usai dikabarkan dalam kondisi bahaya setelah menjalani operasi.

Selasa, 21 April 2020

Pengidap Hipertensi Berisiko Tinggi Komplikasi COVID-19, Cegah dengan Ini

Sebuah penelitian menunjukkan tingkat fatalitas akibat COVID-19 pada pasien yang memiliki riwayat penyakit kronis lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Persentase fatalitas COVID-19 pada kondisi penyakit kronis di antaranya hipertensi 6%, diabetes 7,3%, penyakit kardiovaskular 10,5%, penyakit saluran pernafasan kronis 6,3%, kanker 5,6%; dibandingkan dengan angka 0,9% pada pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
Penelitian berjudul The Epidemiological Characteristics of an Outbreak of 2019 Novel Coronavirus Diseases (COVID-19) ini mempelajari 44.672 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi positif di China. Dari kasus positif ini, tercatat bahwa terjadi 1.023 kematian atau tingkat fatalitas sebesar 2,3%

Kaitan Penyakit Jantung dan Hipertensi dengan Tingkat Keparahan COVID-19

Efek spesifik COVID-19 terhadap sistem kardiovaskular masih belum diketahui, tetapi tampaknya dapat mempengaruhi penderita penyakit jantung dalam beberapa hal. Dikutip dari American College of Cardiology, Infeksi virus berkaitan dengan peradangan di dalam tubuh yang dapat memperburuk dan meningkatkan risiko kondisi acute coronary syndrome (kondisi gangguan yang terjadi akibat terhambatnya aliran darah ke jantung).

Lalu, COVID-19 terutama menyerang bagian paru-paru. American Heart Assocition menyatakan bahwa hal ini dapat mempengaruhi fungsi jantung, terutama jantung yang 'tidak sehat' yang perlu bekerja keras dalam memompa darah beroksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Bagi mereka yang mengalami gagal jantung, hal ini akan memperburuk kondisi mengingat efisiensi jantung dalam memompa darah sudah terganggu

Selain itu, penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, berkaitan dengan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh. Data juga menunjukkan bahwa infeksi virus serupa berkaitan dengan terganggunya stabilitas plak yang terbentuk pada pembuluh darah.

Hal ini terutama berbahaya untuk penderita penyakit jantung yang memiliki plak pada pembuluh darah karena berpotensi menyebabkan penyumbatan pembuluh darah yang berkaitan dengan serangan jantung.

Untuk penderita tekanan darah tinggi, masih belum diketahui secara pasti kaitan antara hipertensi dan tingkat keparahan COVID-19. Hal ini disebabkan karena penyakit darah tinggi umumnya berkaitan dengan komplikasi masalah kesehatan lainnya dan faktor usia lanjut sehingga sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing faktor.

Namun, tekanan darah tinggi berkaitan dengan kerusakan pembuluh darah dan terhambatnya aliran darah ke jantung yang dapat mengganggu fungsi jantung.

Tak Cukup Physical Distancing

Mengurangi risiko penyakit kronis seperti hipertensi dan jantung menjadi tak kalah penting selain menjaga kebersihan diri dan physical distancing agar tak terinfeksi COVID-19. Salah satunya dengan membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak.

Cara lain yaitu dengan mengganti gula dengan pemanis rendah kalori dan masak makanan di rumah dengan bahan makanan yang lebih rendah lemak dan rendah garam, sebagai contoh kecap manis bebas gula dan rendah garam Tropicana Slim atau minyak yang lebih rendah lemak jenuh seperti minyak jagung atau minyak kanola Tropicana Slim. Pastikan juga asupan nutrisi lainnya agar daya tahan tubuh tetap kuat, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup.

Yuk lindungi diri kita dan keluarga, terutama bagi yang sudah memiliki riwayat penyakit kronis. Bila perlu produk bebas gula, bebas atau rendah lemak, dan rendah garam, kamu bisa menggunakan produk-produk Tropicana Slim