Kamis, 23 April 2020

Dari AS hingga Eropa Tunjuk Hidung China Penyebab Wabah Corona

Sejumlah negara mulai menuntut China untuk memberikan ganti rugi terkait dengan penyebaran Corona. Tuntutan datang dari Amerika Serikat hingga Eropa.
Ribuan warga Amerika Serikat melakukan gugatan class-action dan ditangani firma hukum Berman Law Group di Miami. Mantan bos badan intelijen Inggris MI6 John Sawers menyebutkan China menutupi permasalahan ini selama periode Desember 2019 dan Januari 2020.

Dalam keterangannya dilansir ABC Australia, firma hukum tersebut menyebutkan gugatan ini ingin menuntut ganti-rugi miliaran dolar bagi para korban COVID-19 akibat kelalaian China.

Mereka menyebut Pemerintah China telah gagal mencegah penyebaran COVID-19 sehingga kini sudah menimbulkan masalah di seluruh dunia.

Firma hukum ini berjanji akan memperjuangkan hak-hak rakyat dan pengusaha di Florida serta di AS yang kini sakit atau harus merawat orang sakit, mengalami kesulitan keuangan, dan terpaksa mengalami kepanikan, pembatasan sosial dan isolasi akibat COVID-19.

Selain itu, gugatan juga datang dari pengusaha di Las Vegas. Mereka menuntut ganti-rugi miliaran dolar ke Pemerintah China.

Gugatan di Las Vegas ini menyebutkan Pemerintah China seharusnya membagi informasi awal mengenai virus ini, namun mereka malah mengintimidasi dokter, ilmuwan, jurnalis dan praktisi hukum sembari membiarkan COVID-19 menyebar luas.

Seperti diberitakan berbagai media, pada 2 Januari 2020, pihak berwenang di China "mempermalukan" delapan orang dokter dalam siaran TV nasional. Ke-8 orang ini dituduh sebagai, "penyebar hoaks".

Menurut laporan investigasi kantor berita Associated Press pekan lalu, Kepala Komisi Kesehatan Nasional China Ma Xiaowei telah memaparkan adanya "situasi parah dan kompleks" soal pandemi ini dalam sebuah rapat bersama pejabat medis tingkat provinsi pada 14 Januari.

Ma Xiaowei bahkan membandingkan situasi ini dengan penyebaran virus SARS tahun 2003.

Namun baru pada tanggal 20 Januari Presiden Xi Jinping mengumumkan kemungkinan adanya pandemi virus corona ini.

Eropa

Gugatan juga datang dari Eropa. Henry Jackson Society, sebuah lembaga pemikir di Inggris, menyatakan Pemerintah China harus bertanggung jawab atas pandemi COVID-19 karena adanya upaya menutup-nutupi masalah pada tahap awal.

Mereka berpendapat, negara-negara G-7 bisa menggugat ganti-rugi ke China sebesar 3,2 triliun pound.

Mantan bos badan intelijen Inggris MI6 John Sawers mengungkap adanya informasi yang menyebutkan bahwa Pemerintah China menutupi permasalahan ini selama periode Desember 2019 dan Januari 2020.

Sebelumnya tabloid Bild di Jerman yang paling banyak pembacanya di Eropa, menerbitkan "surat tagihan" sebesar 24 miliar euro sebagai ganti-rugi atas pendapatan pariwisata selama Maret dan April.

Selain itu, Bild juga meminta ganti rugi sebesar 50 miliar euro untuk usaha kecil-menengah, serta 149 miliar euro lainnya jika GDP Jerman anjlok di bawah 4,2 persen tahun ini.

Dalam surat terbuka kepada Presiden China, surat kabar tersebut menyatakan "Pemerintahan dan ilmuwan Anda telah lama mengetahui bahwa virus corona sangat menular, namun Anda membiarkan seluruh dunia tidak mengetahuinya".

"Para ilmuwan utama Anda tidak merespon ketika para peneliti Barat ingin mengetahui apa yang terjadi di Wuhan," tambahnya.Selain itu, Bild juga meminta ganti rugi sebesar 50 miliar euro untuk usaha kecil-menengah, serta 149 miliar euro lainnya jika GDP Jerman anjlok di bawah 4,2 persen tahun ini.

Dalam surat terbuka kepada Presiden China, surat kabar tersebut menyatakan "Pemerintahan dan ilmuwan Anda telah lama mengetahui bahwa virus corona sangat menular, namun Anda membiarkan seluruh dunia tidak mengetahuinya".

"Para ilmuwan utama Anda tidak merespon ketika para peneliti Barat ingin mengetahui apa yang terjadi di Wuhan," tambahnya.

Negara Bagian AS Gugat China, Australia Cari Dukungan Selidiki Asal Corona

Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison mencari dukungan untuk penyelidikan internasional atas pandemi virus Corona, dengan menelepon para pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Seperti diberitakan Reuters, Rabu (22/4/2020), kantor PM Australia menyatakan bahwa Morrison juga menelepon pemimpin Jerman dan Prancis untuk membahas hal tersebut. Pembicaraan telepon tersebut dilakukan seiring gencarnya upaya Australia untuk mendorong adanya penyelidikan independen atas asal-usul dan penyebaran wabah Corona, termasuk respons Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom hari ini, Rabu (22/4/2020):

- Presiden Korsel Telepon Jokowi, Yakin Indonesia Segera Atasi Wabah Corona

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menelepon Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk memberi dukungan terkait penanganan Corona (COVID-19). Presiden Moon yakin Indonesia pasti bisa melewati wabah ini.

Percakapan Jokowi dengan Presiden Moon ini diungkapkan oleh Juru Bicara Kantor Kepresidenan Cheongwadae Kang Min-seok. Pernyataan tertulis berbahasa Korea tersebut diterjemahkan oleh Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia dan diunggah melalui akun Instagram kedutaan.

"Atas permintaan dari Presiden Joko Widodo, Republik Indonesia, Presiden Moon Jae-in dan Presiden Jokowi telah melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon pada 21 April 2020. Pembicaraan tersebut selama 20 menit dari pukul 15.25 sore," kata Jubir Kang Min-seok dalam keterangannya, Rabu (22/4).

Semenjak wabah virus Corona (COVID-19) merebak, jumlah pemakaman jenazah di DKI Jakarta meningkat. Media asing pun menyoroti hal ini dan mengangkat kisah seorang penggali kubur di Jakarta, yang menceritakan kisahnya yang hampir tak pernah beristirahat karena situasi ini.

Media Singapura, Channel News Asia mengangkat kisah Minar (54), seorang penggali kubur di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur. Sepanjang pengalamannya sebagai penggali kubur selama 33 tahun, Minar mengatakan dirinya tak pernah sesibuk ini.

"Pekerjaan saya sekarang sangat berbeda... Saya hampir tak bisa istirahat," kata Minar seperti ditulis Channel News Asia, Rabu (22/4/2020).

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berharap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un baik-baik saja usai dikabarkan dalam kondisi bahaya setelah menjalani operasi.

Saya cuma bisa mengatakan ini: saya berharap dia baik-baik saja," kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih, seraya menekankan "hubungan baik" antara dirinya dan pemimpin Korut itu.

"Saya hanya berharap dia baik-baik saja," tuturnya seraya menambahkan bahwa dirinya mungkin akan menghubungi Kim untuk mengetahui bagaimana kondisinya.

Negara bagian Missouri di Amerika Serikat menggugat kepemimpinan China atas pandemi virus Corona. Missouri menuntut ganti rugi atas apa yang disebutnya sebagai penipuan yang disengaja dan tindakan yang tidak memadai untuk menghentikan pandemi.

Tuntutan ini disampaikan di tengah adanya desakan di Kongres AS untuk menghukum China dan kampanye Presiden AS Donald Trump yang fokus ke peran Beijing terkait pandemi virus Corona.

Missouri dengan dipimpin oleh partai Republik, mengajukan gugatan di pengadilan federal yang meminta ganti rugi dalam jumlah yang tidak ditentukan, dan perintah untuk tindakan berkelanjutan oleh China yang diduga termasuk menimbun alat pelindung diri (APD).
Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison mencari dukungan untuk penyelidikan internasional atas pandemi virus Corona, dengan menelepon para pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Seperti diberitakan Reuters, Rabu (22/4/2020), kantor PM Australia menyatakan bahwa Morrison juga menelepon pemimpin Jerman dan Prancis untuk membahas hal tersebut. Pembicaraan telepon tersebut dilakukan seiring gencarnya upaya Australia untuk mendorong adanya penyelidikan independen atas asal-usul dan penyebaran wabah Corona, termasuk respons Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Upaya Australia itu telah memicu kegeraman pemerintah China yang menuding Australia menerima instruksi dari pemerintahan Presiden Donald Trump.