Kamis, 23 April 2020

Kabar Baik, Ventilator Karya Anak Bangsa Lolos Uji Kemenkes RI

 Ventilator Portabel Vent-I dinyatakan lolos proses uji produk menyeluruh oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Produk ini merupakan hasil karya anak bangsa yang berkolaborasi antara Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan YPM Salman.
Ventilator portabel ini dinyatakan lolos uji pada Selasa (21/4/2020) untuk semua kriteria uji sesuai dengan standard SNI IEC 60601-1:204: Persyaratan Umum Keselamatan Dasar dan Kinerja Esensial dan Rapidly Manufactured CPAP Systems, Document CPAP 001, Specification, MHRA, 2020.

Tim Komunikasi Publik dari pengembang Vent-I, Hari Tjahyono menyampaikan setelah lolosnya uji produk ini, Vent-I dinyatakan aman digunakan sebagai ventilator non-invasive untuk membantu pasien COVID-19.

"Untuk kebutuhan sosial ini, Vent-I akan diproduksi sekitar 300-500 sesuai dengan jumlah donasi yang masuk ke Rumah Amal Salman. Produksi tahap pertama dimulai begitu lolos uji pada tanggal 21 April kemarin, dan akan diproduksi melalui kerjasama dengan PT DI," ujar Hari dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (22/4/2020).

Selanjutnya, Vent-I yang diinisiasi oleh Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Syarif Hidayat ini akan digunakan pada pasien sesuai indikasi medis. Dalam pemakaiannya pun akan dikawal oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) di Rumah Sakit yang telah ditunjuk.

"Sedangkan untuk keperluan komersial yang melibatkan transaksi jual beli, surat izin edar saat ini masih dalam proses pengurusan yang diharapkan akan segera siap dalam beberapa hari ke depan. Kegiatan ini akan dikelola oleh PT. Rekacipta Inovasi ITB," ujar Hari.

Pembuatan Vent-I juga didukung beberapa Dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) dan Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) .

Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri (jika pasien COVID-19 pada gejala klinis tahap 2), bukan diperuntukkan bagi pasien ICU.

"Vent-I tersebut diklaim dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis. Alat tersebut memiliki fungsi utama yaitu CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)," pungkasnya.

Awas Kelebihan! Ini Jumlah Vitamin C yang Dibutuhkan Tubuh Per Harinya

Vitamin C memang diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Terlebih saat ini kekebalan tubuh sangat diperlukan agar kita tidak mudah terkena penyakit seperti virus Corona COVID-19.
Dikutip dari Asia One, seorang ahli gizi bernama Yan Yin Phoi mengatakan setiap orang memiliki kebutuhan vitamin C yang berbeda-beda dalam setiap harinya.

"Untuk orang dewasa berusia di atas 19 tahun, pria membutuhkan 105 miligram, sedangkan wanita membutuhkan 85 miligram vitamin C sehari," jelas Yan Yin.

"Vitamin C berperan penting dalam merespon kekebalan tubuh agar kuat menghadapi patogen seperti bakteri, virus dan mikroorganisme penyebab penyakit lainnya," lanjutnya.

Yan yin juga menjelaskan meski umumnya vitamin C tidak akan beracun jika dikonsumsi melebihi dosis yang dibutuhkan dalam sehari, tetapi alangkah baiknya untuk tidak dimakan secara berlebihan.

"Karena beberapa orang mungkin akan mengalami mual, kram perut, dan diare jika melebihi batas toleransi untuk mengonsumsi vitamin C yaitu 2.000 miligram per hari," pungkasnya.

Selalu Kehabisan, Tak Bisakah RI Produksi Reagen Tes Corona Sendiri?

Sebagian besar negara tidak memiliki stok reagen, meski sebelum ini telah ada epidemi virus baru seperti SARS, MERS, Ebola, dan Zika. Saat ini diketahui Korea Selatan adalah salah satu negara yang memproduksi dan mengekspor alat uji tersebut setelah menghadapi wabah MERS lima tahun lalu walau tidak semua reagen yang diproduksi cocok untuk ekstraksi virus Corona.
Belakangan, Institute of Tropical Disesase (ITD) Universitas Airlangga (Unair) kehabisan kit reagen ekstraksi Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Bahkan sejak Senin (20/4) RS Unair tidak bisa melakukan pemeriksaan sampel untuk pasien Corona padahal ada 50 orang yang mengantre untuk tes swab.

Reagen yang merupakan komponen bahan kimia, digunakan untuk mengekstraksi virus dan mengubah materi genetik SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dari RNA menjadi DNA. Setelah terkonversi, baru dilakukan RT-PCR. Indonesia sendiri disebut belum memiliki kit reagen produksi dalam negeri.

"Sebagian besar sih masih impor. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang sudah mencoba membuat kit reagen itu atau kumpulan dari beberapa reagen. Tapi sebagian besar reagennya, atau bahan bakunya masih impor juga," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) Prof Amin Soebandrio, Kamis (23/4/2020).

Mengutip laman Science Magazine dan Radio Free Europe / Radio Liberty, saat para ilmuwan di China pertama kali merilis informasi tentang genom COVID-19 pada 11 Januari 2020 lalu, beberapa negara kemudian menyiapkan reagen kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2. Namun tak semua laboratorium memiliki reagen yang bisa digunakan untuk mengekstraksi karena primer yang dibutuhkan pada dasarnya adalah potongan kode genetik yang harus cocok dengan materi genetik virus.

"Ini sedang diupayakan oleh BPPT dan LIPI. Mungkin bulan depan sudah ada produknya walaupun jumlahnya belum terlalu banyak," tambah Prof Amin.

Di akhir Januari 2020, Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Dr dr Vivi Setyawaty, M Biomed, menyebut laboratorium yang dipakai untuk mendeteksi virus Corona, yang kala itu diperiksa oleh Balitbangkes, sudah punya reagen untuk nCoV. Saat itu virus Corona belum terdeteksi di Indonesia dan menjadi pertanyaan dari banyak negara lain.

"Sejak akhir Desember sudah punya reagen untuk novel coronavirus," ungkap Vivi.

Kabar Baik, Ventilator Karya Anak Bangsa Lolos Uji Kemenkes RI

 Ventilator Portabel Vent-I dinyatakan lolos proses uji produk menyeluruh oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Produk ini merupakan hasil karya anak bangsa yang berkolaborasi antara Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan YPM Salman.
Ventilator portabel ini dinyatakan lolos uji pada Selasa (21/4/2020) untuk semua kriteria uji sesuai dengan standard SNI IEC 60601-1:204: Persyaratan Umum Keselamatan Dasar dan Kinerja Esensial dan Rapidly Manufactured CPAP Systems, Document CPAP 001, Specification, MHRA, 2020.

Tim Komunikasi Publik dari pengembang Vent-I, Hari Tjahyono menyampaikan setelah lolosnya uji produk ini, Vent-I dinyatakan aman digunakan sebagai ventilator non-invasive untuk membantu pasien COVID-19.

"Untuk kebutuhan sosial ini, Vent-I akan diproduksi sekitar 300-500 sesuai dengan jumlah donasi yang masuk ke Rumah Amal Salman. Produksi tahap pertama dimulai begitu lolos uji pada tanggal 21 April kemarin, dan akan diproduksi melalui kerjasama dengan PT DI," ujar Hari dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (22/4/2020).

Selanjutnya, Vent-I yang diinisiasi oleh Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Syarif Hidayat ini akan digunakan pada pasien sesuai indikasi medis. Dalam pemakaiannya pun akan dikawal oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) di Rumah Sakit yang telah ditunjuk.

"Sedangkan untuk keperluan komersial yang melibatkan transaksi jual beli, surat izin edar saat ini masih dalam proses pengurusan yang diharapkan akan segera siap dalam beberapa hari ke depan. Kegiatan ini akan dikelola oleh PT. Rekacipta Inovasi ITB," ujar Hari.

Pembuatan Vent-I juga didukung beberapa Dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) dan Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) .