Jumat, 24 April 2020

Hasil Uji Remdesivir 'Bocor', Disebut Gagal Mengobati Pasien Corona

Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membuat daftar obat-obatan yang bisa dilakukan uji coba dalam pengobatan pasien virus Corona COVID-19, salah satunya adalah remdesivir.
Remdesivir disebut mempunyai potensi yang baik dalam pengobatan pasien virus Corona. Bahkan ini adalah salah satu obat yang diklaim Donald Trump 'menjanjikan'.

Sayangnya remdesivir dikabarkan tidak memberikan hasil baik. Sebanyak 237 pasien yang menjalani uji coba pengobatan remdesivir tak mendapat manfaat seperti yang selama ini diharapkan. Bahkan percobaan ini juga dihentikan lebih awal karena adanya efek samping.

The Guardian menyebutkan berita mengenai gagalnya uji coba obat ini telah diunggah pada database uji klinis WHO, tetapi kemudian dihapus. Seorang juru bicara WHO mengatakan dokumen tersebut diunggah terlalu dini karena faktor ketidaksengajaan.

"Draf dokumen diberikan oleh penulis WHO dan secara tidak sengaja di posting di situs web dan dihapus segera setelah kesalahan diketahui. Naskah sedang dalam peninjauan dan kami menunggu versi final sebelum WHO memberikan komentar," kata seorang juru bicara WHO, Tarik Jasarevic.

Remdesivir merupakan obat hasil racikan perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS), Gilead Sciences.

Beberapa dokter di China juga akhirnya menghentikan uji coba remdesivir pada pasien virus Corona bergejala berat. Namun pihak Gilead tetap mengklaim bahwa obat buatannya masih bisa berguna pada pasien yang memiliki gejala rendah.

Dalam percobaan tersebut, 237 pasien dibagi menjadi dua kelompok yaitu 158 orang diberikan remdesivir, sementara 79 lainnya hanya mendapatkan perawatan standar. Hasilnya tidak ada perbedaan antara kedua kelompok pasien tersebut dalam waktu pemulihan.

"Dalam penelitian ini pada pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 bergejala parah dihentikan sebelum waktunya, remdesivir tidak dikaitkan dengan manfaat klinis atau virologi," tulis laporan tersebut.

"Remdesivir dihentikan lebih awal pada 18 (11,6 persen) pasien karena efek samping, dibandingkan dengan 4 (5,1 persen) pada kelompok kontrol," lanjutnya.

10 Manfaat Puasa di Tengah Pandemi Corona Menurut Pakar Jiwa

Puasa di bulan Ramadhan kali ini tak seperti biasanya. Tak ada lagi aktivitas salat Tarawih berjamaah demi menekan penyebaran virus Corona yang kini tengah menjadi pandemi.
Meski begitu, puasa di tengah pandemi Corona tak menghilangkan ragam manfaat, termasuk menjaga imunitas tubuh dan kesehatan jiwa. Tak hanya itu, pakar jiwa pun meyakini puasa menjadi sarana untuk 'detoksifikasi jiwa'.

dr Lahargo Kembaren, SpKJ, psikiater dari RS Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Bogor, menjelaskan puasa bisa membuat fisik dan mental lebih baik. Hal itu disebutnya karena saat puasa kita terlatih untuk mengendalikan diri.

Selain itu ada 10 manfaat yang bisa didapatkan dari puasa menurut dr Lahargo seperti berikut.

-Membuat tubuh menjadi lebih baik secara fisik dan mental

-Membuat tubuh menjadi lebih muda dan segar

-Membersihkan badan dari berbagai toksin

-Menurunkan tekanan darah dan kadar lemak

-Lebih mampu mengendalikan seksualitas

-Membuat imunitas atau kekebalan tubuh meningkat

-Mengendorkan ketegangan jiwa

-Menajamkan fungsi indrawi

-Memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri

-Memperlambat proses penuaan

6 Manfaat Puasa di Bulan Ramadhan Bagi Kesehatan

Per hari ini, Jumat (24/4/2020) umat muslim di dunia mulai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Selain mendapat pahala, berpuasa juga memiliki beragam manfaat lain, salah satunya dari aspek kesehatan.
Dalam berpuasa, kita diwajibkan untuk tidak makan dan minum selama waktu yang ditentukan. Ternyata hal ini bisa menjaga tubuh dari berbagai penyakit dan meningkatkan metabolisme dalam tubuh.

Dikutip dari Realbuzz, berikut ini 6 manfaat berpuasa di bulan Ramadhan bagi kesehatan tubuh.

1. Meningkatkan fungsi otak
Berpuasa ternyata bisa meningkatkan fungsi otak yang signifikan. Ilmuwan Amerika Serikat dalam penelitiannya mengatakan bahwa puasa selama Ramadhan bisa meningkatkan faktor neurotropik pada otak.

Ini membuat tubuh memproduksi lebih banyak sel yang dibutuhkan otak, sehingga fungsi otak bisa lebih meningkat. Selain itu, jumlah kortisol yang diproduksi kelenjar adrenal akan berkurang, efeknya bisa menurunkan stres.

2. Menyingkirkan kebiasaan buruk
Puasa mewajibkan manusia untuk menahan lapar dan dahaga. Nah, puasa ternyata juga bisa menyingkirkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mungkin sering dilakukan, misalnya mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu manis atau merokok.

Saat puasa, tubuh akan mulai menyesuaikan diri untuk mengurangi kecanduan dari asupan tersebut, sampai akhirnya berhenti dengan sendirinya. Bahkan National Health Service di Inggris merekomendasikan berpuasa untuk membuang kebiasaan merokok.

3. Menurunkan kolesterol
Selama puasa, bukan hanya berat badan yang bisa turun, tetapi kadar kolesterol juga. Tim ahli jantung di UEA mengatakan, saat berpuasa kolesterol dalam darah akan turun dan bisa menyehatkan jantung, sehingga harus dipertahankan.

Kadar kolesterol yang rendah akan membuat jantung lebih sehat. Dampaknya bisa sangat mengurangi risiko bertambahnya penderita penyakit jantung, seperti serangan jantung dan stroke.

4. Mengurangi nafsu makan berlebih
Selama menjalani puasa, porsi makan akan semakin menurun dari biasanya. Ini bisa menyebabkan daya tampung makanan pada perut menyusut secara bertahap, dengan makan sedikit saja sudah bisa membuatmu kenyang.

Seiring berjalannya waktu, nafsu makanmu perlahan akan turun dari hari biasanya. Dan ini mungkin akan berperngaruh sampai setelah puasa, sehingga membuat kamu tidak bisa makan berlebihan lagi.

5. Detoksifikasi
Saat berpuasa, tubuh bisa mendetoksifikasi sistem pencernaan selama bulan Ramadhan. Saat makanan masuk ke dalam tubuh, itu akan menjadi lemak yang menghasilkan energi untuk membakar racun yang mungkin ada di timbunan lemak.

6. Menyerap lebih banyak nutrisi
Selama puasa di bulan Ramadhan, kita tidak diperbolehkan makan dalam waktu yang ditentukan. Ini bisa membuat metabolisme tubuh menjadi lebih efisien untuk menyerap nutrisi dari makanan.

Hal ini bisa terjadi karena adanya peningkatan hormon adiponektin yang memungkinkan otot menyerap lebih banyak nutrisi.

Hasil Uji Remdesivir 'Bocor', Disebut Gagal Mengobati Pasien Corona

Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membuat daftar obat-obatan yang bisa dilakukan uji coba dalam pengobatan pasien virus Corona COVID-19, salah satunya adalah remdesivir.
Remdesivir disebut mempunyai potensi yang baik dalam pengobatan pasien virus Corona. Bahkan ini adalah salah satu obat yang diklaim Donald Trump 'menjanjikan'.

Sayangnya remdesivir dikabarkan tidak memberikan hasil baik. Sebanyak 237 pasien yang menjalani uji coba pengobatan remdesivir tak mendapat manfaat seperti yang selama ini diharapkan. Bahkan percobaan ini juga dihentikan lebih awal karena adanya efek samping.

The Guardian menyebutkan berita mengenai gagalnya uji coba obat ini telah diunggah pada database uji klinis WHO, tetapi kemudian dihapus. Seorang juru bicara WHO mengatakan dokumen tersebut diunggah terlalu dini karena faktor ketidaksengajaan.

"Draf dokumen diberikan oleh penulis WHO dan secara tidak sengaja di posting di situs web dan dihapus segera setelah kesalahan diketahui. Naskah sedang dalam peninjauan dan kami menunggu versi final sebelum WHO memberikan komentar," kata seorang juru bicara WHO, Tarik Jasarevic.

Remdesivir merupakan obat hasil racikan perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS), Gilead Sciences.

Beberapa dokter di China juga akhirnya menghentikan uji coba remdesivir pada pasien virus Corona bergejala berat. Namun pihak Gilead tetap mengklaim bahwa obat buatannya masih bisa berguna pada pasien yang memiliki gejala rendah.