Senin, 27 April 2020

Diisukan Meninggal, Begini Kondisi Relawan Uji Klinis Vaksin Corona di Inggris

Salah satu orang pertama yang disuntik vaksin virus Corona di Inggris melaporkan dirinya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja setelah banyaknya desas-desus mengenai kematiannya yang beredar di media sosial.
Informasi tersebut mengklaim bahwa ahli mikrobiologi Dr Elisa Granato, yang mengambil bagian dalam uji klinis vaksin COVID-19 di Oxford meninggal karena komplikasi. Setelah kabar tersebut, Granato akhirnya membuat cuitan di akun Twitter pribadinya.

"Bangun tidur dan mendapati artikel palsu tentang kematianmu. Semuanya, aku baik-baik saja," tulisnya.

Selain klarifikasi oleh Granato, juru bicara Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris juga memposting di media sosial yang membantah klaim Granato mengalami komplikasi medis dan meninggal beberapa jam setelah disuntik.

"Berita yang beredar di media sosial bahwa sukarelawan pertama dalam uji coba vaksin coronavirus Inggris telah meninggal sama sekali tidak benar," bunyi pernyataan itu dikutip dari Medical Daily.

Mengetahui dia harus melakukan sesuatu yang tidak terlalu sulit untuk menghentikan desas-desus tersebut, Granato melakukan wawancara dengan BBC tentang mengapa dia menjadi relawan vaksin Corona melalui Skype.

"Saya seorang ilmuwan, jadi saya ingin mendukung proses ilmiah di manapun saya bisa," pungkas Granato.

Trump Sebut Saran Suntik Disinfektan Hanya 'Sarkas'

 Puluhan orang dilaporkan keracunan akibat mengikuti saran Presiden AS soal suntik disinfektan ke dalam tubuh untuk bunuh Corona. Mereka mengikuti saran tersebut dengan meminum cairan pembersih.
Para ahli pun menentang keras saran yang dinilai begitu berbahaya dan seperti metode bunuh diri ini. Namun Trump menyebut pernyataan kontroversial ini hanya sekadar 'sarkasme' saja.

Dikutip dari Reuters, Trump berusaha untuk menepis pernyataannya terkait suntik disinfektan dalam sebuah acara di Ruang Oval Gedung Putih pada hari Jumat (24/4/2020). Ia pun mengatakan saran 'suntik disinfektan' hanya sebagai sarkas yang dilontarkan kepada wartawan.

"Saya mengajukan pertanyaan dengan sarkastik kepada wartawan hanya untuk melihat apa yang akan terjadi," kata Trump kepada wartawan, Jumat (24/4/2020).

Sebelumnya, pada Hari Kamis, dalam jumpa pers Trump mengatakan para ahli diminta untuk mengetahui kemungkinan memasukkan disinfektan ke dalam tubuh pasien untuk obati Corona.

"Saya pikir disinfektan dapat memiliki efek yang sangat baik. Matahari dan panas, dan kelembaban menghapusnya. Dan ini berdasarkan tes. Mereka telah melakukan tes ini selama beberapa bulan. Jadi saya berkata, 'Baiklah, bagaimana jika kita melakukannya di dalam tubuh atau bahkan di luar tubuh dengan disinfektan. Saya pikir akan berhasil," ujar Trump.

Penampakan Bilik Swab RSA UGM, Alternatif Menghemat APD

 Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai menggunakan gama swab sampling chamber atau bilik khusus untuk mengambil sampel pasien yang diduga terjangkit COVID-19. Penggunaan bilik itu untuk efisiensi pemakaian Alat Pelindung Diri dan meningkatkan kapasitas diagnosis.
Direktur Utama RSA UGM, dr. Arief Budiyanto mengatakan, bahwa ada 2 tujuan penggunaan bilik tersebut. Di mana yang pertama, adalah untuk meningkatkan kapasitas diagnosis COVID-19, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Tujuannya adalah 2, pertama adalah meningkatkan kapasitas untuk pemeriksaan swab dalam rangka PCR diagnostic COVID-19," katanya saat ditemui wartawan di RSA UGM, Kabupaten Sleman, Senin (27/4/2020).

Mengingat sebelumnya, yang bisa diswab adalah pasien dalam pengawasan (PDP) yang menjalani rawat inap atau orang dalam pemantauan (ODP) rawat inap. Sedangkan untuk ODP rawat jalan dan orang tanpa gejala (OTG) itu tidak bisa difasilitasi karena keterbatasan reagen dan alat.

Lanjut Arief, dengan adanya alat ini maka kapasitas pemeriksaan swab dapat ditingkatkan, terutama kepada orang dalam pemantauan (ODP) rawat jalan dan orang tanpa gejala (OTG).

"Sehingga nantinya kapasitas diagnosis bisa ditingkatkan, banyak yang bisa diswab dan hasilnya semoga banyak yang negatif," ujarnya.

Minggu, 26 April 2020

Ramai Warga Tolak Jenazah Pasien Corona, Pakar Anjurkan Ada Makam Khusus

Aksi warga tolak pemakaman jenazah pasien virus corona terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Selain di Makassar, Sulawesi Selatan, ambulans pembawa jenazah pasien virus corona di Kabupaten Banyumas juga dihalangi warga.
Penolakan jenazah pasien virus corona di Makassar akhirnya berujung pemindahan makam. Penolakan oleh warga ini merupakan yang kedua kalinya setelah insiden yang sama terjadi pada Minggu (29/3).

"Prinsipnya ketika ada seseorng yang meninggal karena COVID19, adalah secepatnya menguburkan. Tidak transportasi yang berkepanjangan antar kabupaten atau antar provinsi. Seperti yang sudah dilakukan di Jakarta," sebut Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr Ede Surya Darmawan, SKM, MDM, di konferensi pers IAKMI, Kamis (2/4/2020).

Penolakan pemakaman jenazah korban virus corona menyita perhatian masyarakat dan pemerintah. Di DKI Jakarta sendiri, pemerintah menyiapkan dua lokasi khusus pemakaman jenazah pasien virus corona di TPU Pondok Ranggon dan TPU Tegal Alur.

Menyusul, Gubernur Sulawesi Selatan juga menyediakan makam khusus untuk jenazah korban positif Corona (COVID-19) dan PDP Corona untuk menghindari penolakan pemakaman korban Corona di TPU oleh warga. Sejatinya memang tiap daerah disebut harus menyediakan lahan makam khusus untuk pasien korban virus corona.

"Sebaiknya di tiap kabupaten/kota, dengan koordinasi bersama Dinkes, ada tim koordinasi pemulasaran jenazah COVID-19 ini. Kalau diserahkan ke masyarakat umum bisa dilihat apa yang terjadi," sebutnya.

"Satu, penolakan, kedua ketidakpahaman sehingga masyarakat akan meng-handle jenazah seperti jenazah biasa. Ini lah yang harus kita lakukan," sambungnya.

Disebutkan bahwa untuk kewaspadaan masyarakat umum, sudah ada pedoman penanganan COVID-19 dari Kementerian Kesehatan salah satunya menggunakan kantong mayat atau plastik sehingga tidak ada kontaminasi.

Viral Jenazah Pasien Corona Ditolak Warga, Ini Aturan Pemakaman Versi WHO

 Penolakan terhadap jenazah pasien virus corona COVID-19 terjadi di sejumlah tempat. Di Banyumas misalnya, makam sampai harus dipindahkan karena ditolak warga.
Kepala Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Karyoto, menjelaskan bahwa penolakan terjadi karena warga merasa dibohongi. Petugas yang memakamkan tidak menyampaikan informasi dan pemberitahuan ke desa.

"Tahu-tahu tadi malam itu listrik mati, apakah sengaja dimatikan atau tidak, kami tidak tahu yang jam 7 itu (19.00 WIB). Kemudian setelah itu datang dua ambulans dan enam mobil dinas lainnya," katanya.

Penolakan tersebut mendapat kecaman karena dinilai tidak manusiawi. Bupati Banyumas, Achmad Husein, sampai harus menyampaikan maaf soal itu.

"Saya juga mohon maaf kepada seluruh warga masyarakat Banyumas, atas kejadian pemakaman pada hari ini (Rabu, 1 April 2020)," katanya.

Sebenarnya, bagaimana sih prosedur pemakaman jenazah pasien dengan penyakit menular seperti virus corona COVID-19?

Dikutip dari laman organisasi kesehatan dunia WHO, berikut beberapa aturannya.

Pemakaman yang digunakan harus 30 m dari sumber air tanah yang digunakan untuk air minum.
Kedalaman tanah setidaknya 1,5 m di atas permukaan.
Air dari tanah kuburan tidak boleh masuk ke wilayah penduduk.
Lakukan tindakan pencegahan universal saat bersentuhan dengan darah dan cairan tubuh.
Gunakan sarung tangan sekali pakai saja dan buang.
Menggunakan kantong jenazah.
Mencuci tangan dengan sabun setelah menyentuh tubuh jenazah dan cuci tangan sebelum makan.
Menyemprotkan desinfektan pada kendaraan dan peralatan yang digunakan jenazah.
Tidak perlu untuk mendisinfeksi tubuh sebelum menguburkan mayat (kecuali dalam kasus kolera).