Salah satu orang pertama yang disuntik vaksin virus Corona di Inggris melaporkan dirinya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja setelah banyaknya desas-desus mengenai kematiannya yang beredar di media sosial.
Informasi tersebut mengklaim bahwa ahli mikrobiologi Dr Elisa Granato, yang mengambil bagian dalam uji klinis vaksin COVID-19 di Oxford meninggal karena komplikasi. Setelah kabar tersebut, Granato akhirnya membuat cuitan di akun Twitter pribadinya.
"Bangun tidur dan mendapati artikel palsu tentang kematianmu. Semuanya, aku baik-baik saja," tulisnya.
Selain klarifikasi oleh Granato, juru bicara Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris juga memposting di media sosial yang membantah klaim Granato mengalami komplikasi medis dan meninggal beberapa jam setelah disuntik.
"Berita yang beredar di media sosial bahwa sukarelawan pertama dalam uji coba vaksin coronavirus Inggris telah meninggal sama sekali tidak benar," bunyi pernyataan itu dikutip dari Medical Daily.
Mengetahui dia harus melakukan sesuatu yang tidak terlalu sulit untuk menghentikan desas-desus tersebut, Granato melakukan wawancara dengan BBC tentang mengapa dia menjadi relawan vaksin Corona melalui Skype.
"Saya seorang ilmuwan, jadi saya ingin mendukung proses ilmiah di manapun saya bisa," pungkas Granato.
Trump Sebut Saran Suntik Disinfektan Hanya 'Sarkas'
Puluhan orang dilaporkan keracunan akibat mengikuti saran Presiden AS soal suntik disinfektan ke dalam tubuh untuk bunuh Corona. Mereka mengikuti saran tersebut dengan meminum cairan pembersih.
Para ahli pun menentang keras saran yang dinilai begitu berbahaya dan seperti metode bunuh diri ini. Namun Trump menyebut pernyataan kontroversial ini hanya sekadar 'sarkasme' saja.
Dikutip dari Reuters, Trump berusaha untuk menepis pernyataannya terkait suntik disinfektan dalam sebuah acara di Ruang Oval Gedung Putih pada hari Jumat (24/4/2020). Ia pun mengatakan saran 'suntik disinfektan' hanya sebagai sarkas yang dilontarkan kepada wartawan.
"Saya mengajukan pertanyaan dengan sarkastik kepada wartawan hanya untuk melihat apa yang akan terjadi," kata Trump kepada wartawan, Jumat (24/4/2020).
Sebelumnya, pada Hari Kamis, dalam jumpa pers Trump mengatakan para ahli diminta untuk mengetahui kemungkinan memasukkan disinfektan ke dalam tubuh pasien untuk obati Corona.
"Saya pikir disinfektan dapat memiliki efek yang sangat baik. Matahari dan panas, dan kelembaban menghapusnya. Dan ini berdasarkan tes. Mereka telah melakukan tes ini selama beberapa bulan. Jadi saya berkata, 'Baiklah, bagaimana jika kita melakukannya di dalam tubuh atau bahkan di luar tubuh dengan disinfektan. Saya pikir akan berhasil," ujar Trump.
Penampakan Bilik Swab RSA UGM, Alternatif Menghemat APD
Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai menggunakan gama swab sampling chamber atau bilik khusus untuk mengambil sampel pasien yang diduga terjangkit COVID-19. Penggunaan bilik itu untuk efisiensi pemakaian Alat Pelindung Diri dan meningkatkan kapasitas diagnosis.
Direktur Utama RSA UGM, dr. Arief Budiyanto mengatakan, bahwa ada 2 tujuan penggunaan bilik tersebut. Di mana yang pertama, adalah untuk meningkatkan kapasitas diagnosis COVID-19, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Tujuannya adalah 2, pertama adalah meningkatkan kapasitas untuk pemeriksaan swab dalam rangka PCR diagnostic COVID-19," katanya saat ditemui wartawan di RSA UGM, Kabupaten Sleman, Senin (27/4/2020).
Mengingat sebelumnya, yang bisa diswab adalah pasien dalam pengawasan (PDP) yang menjalani rawat inap atau orang dalam pemantauan (ODP) rawat inap. Sedangkan untuk ODP rawat jalan dan orang tanpa gejala (OTG) itu tidak bisa difasilitasi karena keterbatasan reagen dan alat.
Lanjut Arief, dengan adanya alat ini maka kapasitas pemeriksaan swab dapat ditingkatkan, terutama kepada orang dalam pemantauan (ODP) rawat jalan dan orang tanpa gejala (OTG).
"Sehingga nantinya kapasitas diagnosis bisa ditingkatkan, banyak yang bisa diswab dan hasilnya semoga banyak yang negatif," ujarnya.