Senin, 27 April 2020

Donor Plasma Darah Seperti Pasien 03 Ratri Anindya, Ini Syaratnya

Baru-baru ini Ratri Anindya, pasien sembuh Corona nomor 03 mendonorkan plasma darahnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Lewat akun Instagram pribadi miliknya, Ratih Anindya bercerita tentang dirinya yang sudah berhasil mendonorkan plasma darahnya.
Seperti diketahui, donor plasma darah dari pasien COVID-19 yang berhasil sembuh dapat menjadi salah satu alternatif penyembuhan bagi pasien lainnya.

Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association menemukan bahwa transfusi plasma darah pasien Corona yang sembuh terbukti dapat membantu penyembuhan pasien sakit kritis COVID-19.

Meski begitu, tidak semua sampel plasma dari pasien sembuh bisa digunakan sebagai donor, karena ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi.

Adapun syarat untuk melakukan donor plasma darah, menurut Plasma Protein Therapeutics Association (PPTA), yaitu:

- Pendonor plasma harus berusia minimal 18 tahun.
- Pendonor plasma harus memiliki berat setidaknya 50 kilogram.
- Harus lulus pemeriksaan medis.
- Lengkapi skrining riwayat medis.
- Tes non-reaktif untuk virus menular termasuk hepatitis dan HIV.
- Ikuti diet yang disarankan termasuk 50 hingga 80 gram protein harian.

Melihat persyaratan tersebut, ada baiknya bagi pasien yang telah sembuh dari virus Corona COVID-19 dapat membantu pasien lain dengan melakukan donor plasma darah, seperti yang telah dilakukan pasien 03 yang sembuh, Ratri Anindyajati.

Jangan Loyo! Ini 3 Tips Tetap Sehat dan Bugar Selama Puasa

 Tidak terasa sudah mulai memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah ini tentu sangat dinantikan bagi umat muslim. Menjalani aktivitas Ramadhan di tengah wabah Corona tentunya tidak mudah. Oleh karena itu, pastikan Anda untuk selalu menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit selama puasa.
Selain mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan agar tubuh tetap sehat dan bugar. Dilansir dari Muslim Ink, berikut tiga hal yang harus dilakukan agar tetap sehat selama bulan Ramadhan.

1. Minum air putih

Menjaga tubuh untuk tetap terhidrasi dengan baik adalah salah satu cara agar Anda tetap fit selama berpuasa. Cara terbaik untuk tetap terhidrasi adalah minum air sepanjang malam. Tubuh rata-rata hanya mampu menyerap 8 hingga 10 ons air setiap 20 menit. Hindari mengonsumsi air terlalu banyak sekaligus karena hanya akan memperbesar keinginan untuk buang air kecil.

Ada baiknya minum air dalam porsi sedikit sepanjang malam. Anda bisa minum air saat buka puasa, setelah salat Magrib, sebelum salat isya, setelah tarawih, dan sebelum tidur. Atau, bisa juga untuk minum 2 gelas air saat sahur, 2 gelas air setelah buka, dan 4 gelas air saat malam hari.

2. Minum vitamin

Cara lain agar daya tahan tubuh tetap terjaga selama bulan puasa adalah dengan mengonsumsi vitamin. Tubuh membutuhkan 13 vitamin esensial agar berfungsi dengan baik untuk mengatur kinerja penting tubuh, yaitu vitamin A, B, C, D, E, K, B12, dan vitamin B kompleks.

Sebagian besar vitamin ini diperoleh oleh tubuh kita melalui makanan yang dikonsumsi, namun selama bulan Ramadhan jumlah makanan menurun secara signifikan. Jadi cobalah untuk mengonsumsi suplemen untuk menunjang daya tahan tubuh. Untuk memastikan Anda memilih jenis vitamin yang tepat, lihatlah label nutrisi.

Penampakan Bilik Swab RSA UGM, Alternatif Menghemat APD

 Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai menggunakan gama swab sampling chamber atau bilik khusus untuk mengambil sampel pasien yang diduga terjangkit COVID-19. Penggunaan bilik itu untuk efisiensi pemakaian Alat Pelindung Diri dan meningkatkan kapasitas diagnosis.
Direktur Utama RSA UGM, dr. Arief Budiyanto mengatakan, bahwa ada 2 tujuan penggunaan bilik tersebut. Di mana yang pertama, adalah untuk meningkatkan kapasitas diagnosis COVID-19, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Tujuannya adalah 2, pertama adalah meningkatkan kapasitas untuk pemeriksaan swab dalam rangka PCR diagnostic COVID-19," katanya saat ditemui wartawan di RSA UGM, Kabupaten Sleman, Senin (27/4/2020).

Mengingat sebelumnya, yang bisa diswab adalah pasien dalam pengawasan (PDP) yang menjalani rawat inap atau orang dalam pemantauan (ODP) rawat inap. Sedangkan untuk ODP rawat jalan dan orang tanpa gejala (OTG) itu tidak bisa difasilitasi karena keterbatasan reagen dan alat.

Lanjut Arief, dengan adanya alat ini maka kapasitas pemeriksaan swab dapat ditingkatkan, terutama kepada orang dalam pemantauan (ODP) rawat jalan dan orang tanpa gejala (OTG).

"Sehingga nantinya kapasitas diagnosis bisa ditingkatkan, banyak yang bisa diswab dan hasilnya semoga banyak yang negatif," ujarnya.

Sedangkan tujuan kedua, Arief menyebut saat ini seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) mengalami kendala kekurangan alat pelindung diri (APD). Hal itu karena untuk mengambil sampel pasien para tenaga medis harus mengenakan APD.

"Kedua, Rumah Sakit mengalami problem kekurangan APD, dengan bilik ini maka harapannya bisa menghemat penggunaan APD, terutama saat pengambilan sampling," kata Arief.

Sebelumnya, Dosen UGM mengembangkan bilik swab yang dilengkapi HEPA filter yang memudahkan dan melindungi tenaga kesehatan. Dengan bilik ini, tenaga medis tak perlu pakai alat APD saat mendeteksi infeksi COVID-19 pada pasien.

"Dengan bilik ini tenaga kesehatan tidak memerlukan alat pelindung diri (APD) saat melakukan tes swab pada pasien," kata pengembang bilik swab, Jaka Widada, PhD, melalui keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM, Jumat (17/4/2020).

Donor Plasma Darah Seperti Pasien 03 Ratri Anindya, Ini Syaratnya

Baru-baru ini Ratri Anindya, pasien sembuh Corona nomor 03 mendonorkan plasma darahnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Lewat akun Instagram pribadi miliknya, Ratih Anindya bercerita tentang dirinya yang sudah berhasil mendonorkan plasma darahnya.
Seperti diketahui, donor plasma darah dari pasien COVID-19 yang berhasil sembuh dapat menjadi salah satu alternatif penyembuhan bagi pasien lainnya.

Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association menemukan bahwa transfusi plasma darah pasien Corona yang sembuh terbukti dapat membantu penyembuhan pasien sakit kritis COVID-19.

Meski begitu, tidak semua sampel plasma dari pasien sembuh bisa digunakan sebagai donor, karena ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi.

Adapun syarat untuk melakukan donor plasma darah, menurut Plasma Protein Therapeutics Association (PPTA), yaitu:

- Pendonor plasma harus berusia minimal 18 tahun.
- Pendonor plasma harus memiliki berat setidaknya 50 kilogram.
- Harus lulus pemeriksaan medis.
- Lengkapi skrining riwayat medis.
- Tes non-reaktif untuk virus menular termasuk hepatitis dan HIV.
- Ikuti diet yang disarankan termasuk 50 hingga 80 gram protein harian.

Melihat persyaratan tersebut, ada baiknya bagi pasien yang telah sembuh dari virus Corona COVID-19 dapat membantu pasien lain dengan melakukan donor plasma darah, seperti yang telah dilakukan pasien 03 yang sembuh, Ratri Anindyajati.