Las Vegas di AS kerap disebut sebagai 'Sin City' atau Kota Dosa. Hanya di balik gemerlap kasino, ada kisah imam yang tak kenal lelah menyebarkan agama Islam.
Traveler mana yang tak mengenal Las Vegas di Amerika Serikat (AS)? Dalam banyak film dan realita, kota yang satu itu begitu terkenal sebagai tempat perjudian dan pusat kegiatan prostitusi yang dilegalkan.
Adapun, Las Vegas mendapat julukan 'Sin City' pada tahun 1906. Oleh media Las Vegas Sun, julukan itu pertama kali berasal dari sebuah blok bernomor 16 di sana yang pertama kali menjual alkohol dan jasa prostitusi secara legal bagi pejalan.
Hanya di balik kelamnya dunia perjudian dan prostitusi Las Vegas, terselip kisah sebuah desa muslim di sisi Barat Las Vegas yang diprakarsai oleh Imam Fateen Seifullah.
Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Selasa (28/4/2020), Fateen yang mengurus Masjid As-Sabur itu pun mempunyai misi untuk menegakkan 'nur' atau cahaya di kota yang dipenuhi terang benderang kasino itu seperti diberitakan media Religion News Service.
"Inisiatif desa muslim ini dimulai sebagai tempat bagi umat muslim setempat dan non-muslim. Tujuan kami adalah meninggalkan jejak positif pada lingkungan sekitar. Sehingga orang-orang tahu, itulah yang umat muslim lakukan di sini," ujar Imam Fateen.
Dijelaskan oleh Imam Fateen, daerah sekitar masjid yang diurusnya itu kerap dikenal sebagai kawasan sarat narkoba dan gangster. Namun, Imam Fateen ingin mengubah citra tersebut.
"Awalnya tujuan dari proyek ini adalah untuk membangkitkan kembali semangat komunitas untuk membeli dan mengembangkan properti di komunitas ini yang begitu depresi dan tertinggal," ujar Imam Fateen.
Dalam komunitas yang dibangun oleh Imam Fateen, tersedia obat gratis, kantin makanan, perpustakaan, kebun komunitas dan sekolah bagi anak muda dari hari Senin sampai Jumat. Masjid yang dipimpin Imam Fateen juga menyediakan rumah tinggal bagi wanita korban KDRT dan lainnya.
Semua fasilitas itu pun tersedia bagi siapa pun tanpa terbatas agama. Adapun desa muslim itu dihuni oleh sekitar 20 orang yang terdiri dari para pelajar, wanita dan lansia non-muslim.
Tak hanya bertujuan membuat komunitas dan akomodasi murah yang terjangkau bagi semua orang, Imam Fateen dan masjidnya juga kerap mengumpulkan ratusan sukarelawan untuk menghadirkan acara amal bersama organisasi Islamic Relief USA.
"Orang yang membutuhkan ada di sekitar kita. Sangatlah mudah untuk mengikuti ajaran agama kita. Hanya tragedi yang sebenarnya, kita berjarak tak jauh dari segala kemewahan dan kelebihan ini. Banyak tunawisma dan orang lapar di sekitar rumah makan yang kerap membuang makanan," ujar Imam Fateen.
Proyek desa muslim yang digagas Imam Fateen itu pun diakui memberi dampak positif, seperti diutarakan sukarelawan dan warga muslim setempat, Afsha Bawany.
"Masjid As-Sabur merupakan bagian utama dari komunitas kami yang selalu memperjuangkan persoalan ekonomi, kaum tuna wisma dan pencegahan kekerasan," ujar Afsha.
Beberapa dekade telah berselang, Imam Fateen melihat kalau kawasan yang dibinanya telah menjadi lebih tenang dan minim kejahatan. Pihak kepolisian Las Vegas yang kerap mampir menemui Imam Fateen tak dapat memberi data pasti, tapi komunitas yang aktif dipercaya berdampak pada berkurangnya angka kriminalitas.
"Ada hubungan yang tercipta antara petugas kami dan masjid. Beberapa petugas di area itu kerap mampir bukan karena ada kejahatan, tapi untuk mengobrol, bicara dan bermain bersama anak-anak dari komunitas itu," ujar petugas kepolisian Las Vegas, Aden Ocampo-Gomez.