Selasa, 28 April 2020

Militer Amerika Mau Pakai Robot Pembunuh Virus Corona

Inovasi tiada henti dilakukan untuk menyudahi wabah COVID-19. Militer Amerika pun mau pakai robot pembunuh virus Corona.

Diberitakan oleh Military.com seperti dilihat Selasa (28/4/2020), kontraktor militer Amerika, Marathon Targets membuat robot otonomi dengan 4 roda. Robot ini tugasnya melakukan disinfeksi di ruang tertutup dengan sinar ultraviolet.

Dia akan ditugaskan di barak-barak dan aula asrama militer di Amerika untuk membersihkan virus Corona yang ada di sana. Robot ini bisa bekerja sendiri tanpa bantuan manusia.

"Awalnya robot ini untuk latihan sasaran tembak, sekarang karena butuh untuk membunuh virus Corona, kita pakailah untuk membunuh Corona," kata Ralph Petroff, Direktur Marathon Targets Amerika Utara.

Robot ini memancarkan pendar sinar UV dengan daya 110 Watt. Dia akan membersihkan segala permukaan dari jarak 50 cm selama 1 menit, atau selama 6,5 menit dari jarak 1,5 meter.

Masih ada pertanyaan sebenarnya, bagaimana UV membunuh virus Corona. Namun Petroff mengatakan UV memang bisa dipakai untuk disinfeksi.

"Bagian UV itu sih gampang, tapi membuat robot yang bisa jalan-jalan sendiri tanpa menabrak barang-barang, nah itu yang susah. Kami menguasai itu sejak lama," sesumbarnya.

Banyak pangkalan militer di Amerika tertarik untuk menggunakannya, namun lokasi-lokasinya tidak diungkapkan. Petroff mengatakan pihaknya tinggal menunggu perintah penugasan untuk robotnya.

Rilis Messenger Rooms, Zuckerberg Sindir Zoom Bermasalah

Mark Zuckerberg angkat suara soal peluncuran Messenger Rooms, layanan video yang mengincar Zoom. Ia tak ragu melontarkan serangan langsung pada Zoom yang popularitasnya meledak seiring pandemi corona mengharuskan banyak orang tetap di rumah.
Seperti diberitakan, Zoom mengalami beragam masalah keamanan, terutama isu Zoombombing di mana partisipan tak dikenal mendadak nimbrung, seringkali melontarkan pesan atau gambar tidak pantas. Zuck tak ragu menyinggungnya dan menyebut Messenger Rooms berbeda.

"Banyak waktu saya habiskan untuk soal privasi, sekuriti dan integritas dan bagaimana kami memastikan banyaknya kasus penggunaan yang problematik di Zoom tidak akan menjadi sesuatu yang diulangi di sini," cetus sang pendiri Facebook.

Dikutip detikINET dari The Verge, Zuck mengklaim Messenger Rooms dibekali kontrol privasi yang kuat. Facebook juga diklaim tidak akan menyadap pembicaraan apapun yang dilakukan, sedangkan kreator meeting bisa menendang partisipan sewaktu-waktu.

Meski terkesan mengincar Zoom, Zuck mengklaim kehadiran Messenger Rooms sesuai dengan keinginan perusahaan untuk membuat layanan messaging yang lebih privat.

"Video bukan area baru bagi kami. Tapi ini adalah area di mana kami ingin lebih mendalam lagi dan sesuai dengan tema keseluruhan, maka kami mengalihkan lebih banyak sumber daya untuk fokus pada komunikasi privat," cetusnya.

Messenger Rooms dapat digunakan di Messenger maupun Facebook. Rencananya, fitur tersebut akan menyambangi Instagram Direct, WhatsApp dan Portal.

Kisah Imam yang Sebarkan Islam di 'Kota Dosa'

Las Vegas di AS kerap disebut sebagai 'Sin City' atau Kota Dosa. Hanya di balik gemerlap kasino, ada kisah imam yang tak kenal lelah menyebarkan agama Islam.
Traveler mana yang tak mengenal Las Vegas di Amerika Serikat (AS)? Dalam banyak film dan realita, kota yang satu itu begitu terkenal sebagai tempat perjudian dan pusat kegiatan prostitusi yang dilegalkan.

Adapun, Las Vegas mendapat julukan 'Sin City' pada tahun 1906. Oleh media Las Vegas Sun, julukan itu pertama kali berasal dari sebuah blok bernomor 16 di sana yang pertama kali menjual alkohol dan jasa prostitusi secara legal bagi pejalan.

Hanya di balik kelamnya dunia perjudian dan prostitusi Las Vegas, terselip kisah sebuah desa muslim di sisi Barat Las Vegas yang diprakarsai oleh Imam Fateen Seifullah.

Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Selasa (28/4/2020), Fateen yang mengurus Masjid As-Sabur itu pun mempunyai misi untuk menegakkan 'nur' atau cahaya di kota yang dipenuhi terang benderang kasino itu seperti diberitakan media Religion News Service.

"Inisiatif desa muslim ini dimulai sebagai tempat bagi umat muslim setempat dan non-muslim. Tujuan kami adalah meninggalkan jejak positif pada lingkungan sekitar. Sehingga orang-orang tahu, itulah yang umat muslim lakukan di sini," ujar Imam Fateen.

Dijelaskan oleh Imam Fateen, daerah sekitar masjid yang diurusnya itu kerap dikenal sebagai kawasan sarat narkoba dan gangster. Namun, Imam Fateen ingin mengubah citra tersebut.

"Awalnya tujuan dari proyek ini adalah untuk membangkitkan kembali semangat komunitas untuk membeli dan mengembangkan properti di komunitas ini yang begitu depresi dan tertinggal," ujar Imam Fateen.

Dalam komunitas yang dibangun oleh Imam Fateen, tersedia obat gratis, kantin makanan, perpustakaan, kebun komunitas dan sekolah bagi anak muda dari hari Senin sampai Jumat. Masjid yang dipimpin Imam Fateen juga menyediakan rumah tinggal bagi wanita korban KDRT dan lainnya.

Semua fasilitas itu pun tersedia bagi siapa pun tanpa terbatas agama. Adapun desa muslim itu dihuni oleh sekitar 20 orang yang terdiri dari para pelajar, wanita dan lansia non-muslim.

Tak hanya bertujuan membuat komunitas dan akomodasi murah yang terjangkau bagi semua orang, Imam Fateen dan masjidnya juga kerap mengumpulkan ratusan sukarelawan untuk menghadirkan acara amal bersama organisasi Islamic Relief USA.

"Orang yang membutuhkan ada di sekitar kita. Sangatlah mudah untuk mengikuti ajaran agama kita. Hanya tragedi yang sebenarnya, kita berjarak tak jauh dari segala kemewahan dan kelebihan ini. Banyak tunawisma dan orang lapar di sekitar rumah makan yang kerap membuang makanan," ujar Imam Fateen.

Proyek desa muslim yang digagas Imam Fateen itu pun diakui memberi dampak positif, seperti diutarakan sukarelawan dan warga muslim setempat, Afsha Bawany.

"Masjid As-Sabur merupakan bagian utama dari komunitas kami yang selalu memperjuangkan persoalan ekonomi, kaum tuna wisma dan pencegahan kekerasan," ujar Afsha.

Beberapa dekade telah berselang, Imam Fateen melihat kalau kawasan yang dibinanya telah menjadi lebih tenang dan minim kejahatan. Pihak kepolisian Las Vegas yang kerap mampir menemui Imam Fateen tak dapat memberi data pasti, tapi komunitas yang aktif dipercaya berdampak pada berkurangnya angka kriminalitas.

"Ada hubungan yang tercipta antara petugas kami dan masjid. Beberapa petugas di area itu kerap mampir bukan karena ada kejahatan, tapi untuk mengobrol, bicara dan bermain bersama anak-anak dari komunitas itu," ujar petugas kepolisian Las Vegas, Aden Ocampo-Gomez.