Rabu, 29 April 2020

Hikmah Corona, Industri Game Indonesia Naik 20%

Selalu ada hikmah di balik musibah. Kata-kata ini sepertinya cocok menggambarkan kondisi industri game di Indonesia di tengah wabah virus Corona.
Seperti kita ketahui sejak Pandemi COVID-19 melanda Tanah Air, banyak industri terkena dampak. Beberapa bisnis terpaksa merumahkan pegawainya, malah ada yang sampai gulung tikar.

Tapi kondisi berbeda dirasakan industri gaming. Bukannya menurun karena Corona, sebaliknya malah naik.

"Menurut data yang saya dapatkan dari Asosiasi Game Indonesia, untuk pemilik game sendiri itu naik 10-20%. Kalau yang penyedia service game itu variatif, ada yang naik dan turun," ungkap Joshua Simandjuntak, PLT Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat Silahturahmi Kreatif IM3 Ooredoo x Kreatif Hub, Selasa (28/4/2020).

Sejak wabah Corona melanda orang-orang melaksanakan anjuran untuk belajar dan bekerja di rumah. Untuk menghabiskan waktu dan membuang kebosanan, mereka lampiaskan bermain game. Karenanya jumlah orang yang mengakses game melonjak drastis di berbagai negara.

Pun begitu, kata Joshua, pandemi ini tetap memukul sejumlah sektor di industri game lokal, salah satunya pengembang. Mereka tetap melanjutkan pengembangan game meski dilakukan di rumah, hanya saja keterbatasan infrastruktur menjadi kendala.

"Saya sempat tanya kalau bikin di kantor atau di rumah ada bedanya nggak, kan sama-sama depan komputer. Ternyata infrastruktur kita tidak cukup untuk mentransfer data yang besar, mungkin karena 3D render yang komplek," kata pria berkacamata ini.

Terkait masalah itu, pihak Kemenparekraf berjanji siap membantu untuk mencarikan solusi.

"Dari mereka ada permintaan untuk membantu sisi infrastruktur. Kami akan bicara ke Kominfo bagaimana mengupgrade infrastruktur-infrastruktur agar industri game bisa naik. Besar soalnya industri game ini," pungkas Joshua.

Ka'bah Disterilkan dengan Teknologi Ozon, Seperti Apa Bentuknya?

Pandemi virus corona mengharuskan tiap negara berusaha maksimal melakukan pencegahan penularan COVID-19. Hal ini dilakukan Pemerintah Saudi dengan menjaga kebersihan Ka'bah yang terletak di Masjidil Haram, Mekah.
Dalam tweet yang diunggah Saudi Press Agency di @SPAregions, Presiden Umum Urusan Masjid Agung dan Masjid Nabi di Mekah dan Medina, Arab Saudi, Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais ikut serta dalam sterilisasi Ka'bah. Dia tampak menggunakan teknologi baru untuk membersihkan kiblat seluruh muslim saat sholat.

"Presiden Umum Dua Masjid Suci meluncurkan teknologi sterilisasi baru (Ozon Tech)," tulis kantor berita SPA dalam Twitternya dipantau detikINET pada Rabu (29/4/2020).

Ozon tech atau teknologi ozon yang digunakan untuk membersihkan Ka'bah ternyata bukan metode baru dalam sterilisasi. Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC, ozon menjadi salah satu metode dalam panduan disinfeksi dan sterilisasi fasilitas kesehatan.

Partikel ozon sebelumnya digunakan sebagai dalam usaha disinfeksi air minum selama beberapa tahun. Ozon berasal dari oksigen yang diberi energi tambahan hingga molekulnya terpisah. Molekul tersebut kemudian menempel pada yang masih berpasangan hingga menjadi O3.

Hasilnya Ozon adalah oksigen dengan molekul O tambahan yang tidak terikat dengan kuat. Tambahan O ini siap menempel dan menimbulkan reaksi oksidasi pada molekul lain. Reaksi inilah yang kemudian membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang merugikan kesehatan. Namun ozon atau trioksigen untuk sterilisasi ini bersifat sangat tidak stabil.

WHO Minta Operator Ajak 3,6 Miliar Orang Perangi Corona

Genderang perang melawan virus Corona terus digemakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Organisasi ini pun menyerukan kepada 3,6 miliar yang belum terkoneksi internet akan pentingnya kesehatan.
WHO kemudian menjalin kerja sama dengan Uni Telekomunikasi Internasional (ITU), sebuah organisasi internasional yang mengurusi regulasi radio dan telekomunikasi. Upaya WHO ini juga didukung UNICEF.

Kolaborasi ini untuk mengajak operator telekomunikasi mengirim teks informasi kesehatan terkait pandemi Corona yang saat ini sedang terjadi. Teks berupa SMS itu dikirim ke seluruh penjuru dunia.

"Tujuannya adalah untuk menjangkau semua orang terkait pentingnya kesehatan, apa paun tingkat konektivitas mereka," ujar WHO dalam pernyataan tertulisnya dikutip dari Zdnet, Rabu (29/4/2020).

"Diperkirakan 3,6 miliar orang masih offline, dengan sebagian besar orang yang tidak terhubung dan tinggal di negara berpenghasilan rendah, di mana rata-rata hanya dua dari setiap sepuluh orang yang online," tuturnya.

Pengiriman informasi kesehatan guna menjaga dari serangan COVID-19 akan dimulai di seluruh wilayah Asia-Pasifik, sebelum diperluas ke seluruh dunia.

Menurut organisasi dunia ini COVID-19 adalah pandemi pertama yang mana peran teknologi dan media sosial dapat digunakan dalam skala besar untuk menjaga orang tetap aman.

"Jaringan dan layanan telekomunikasi yang tangguh dan dapat dipercaya sangat penting, karena semakin banyak negara, perusahaan, dan individu yang beralih ke teknologi digital untuk merespon dan mengatasi dampak COVID-19," ungkapnya.

Hikmah Corona, Industri Game Indonesia Naik 20%

Selalu ada hikmah di balik musibah. Kata-kata ini sepertinya cocok menggambarkan kondisi industri game di Indonesia di tengah wabah virus Corona.
Seperti kita ketahui sejak Pandemi COVID-19 melanda Tanah Air, banyak industri terkena dampak. Beberapa bisnis terpaksa merumahkan pegawainya, malah ada yang sampai gulung tikar.

Tapi kondisi berbeda dirasakan industri gaming. Bukannya menurun karena Corona, sebaliknya malah naik.

"Menurut data yang saya dapatkan dari Asosiasi Game Indonesia, untuk pemilik game sendiri itu naik 10-20%. Kalau yang penyedia service game itu variatif, ada yang naik dan turun," ungkap Joshua Simandjuntak, PLT Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat Silahturahmi Kreatif IM3 Ooredoo x Kreatif Hub, Selasa (28/4/2020).

Sejak wabah Corona melanda orang-orang melaksanakan anjuran untuk belajar dan bekerja di rumah. Untuk menghabiskan waktu dan membuang kebosanan, mereka lampiaskan bermain game. Karenanya jumlah orang yang mengakses game melonjak drastis di berbagai negara.

Pun begitu, kata Joshua, pandemi ini tetap memukul sejumlah sektor di industri game lokal, salah satunya pengembang. Mereka tetap melanjutkan pengembangan game meski dilakukan di rumah, hanya saja keterbatasan infrastruktur menjadi kendala.

"Saya sempat tanya kalau bikin di kantor atau di rumah ada bedanya nggak, kan sama-sama depan komputer. Ternyata infrastruktur kita tidak cukup untuk mentransfer data yang besar, mungkin karena 3D render yang komplek," kata pria berkacamata ini.

Terkait masalah itu, pihak Kemenparekraf berjanji siap membantu untuk mencarikan solusi.

"Dari mereka ada permintaan untuk membantu sisi infrastruktur. Kami akan bicara ke Kominfo bagaimana mengupgrade infrastruktur-infrastruktur agar industri game bisa naik. Besar soalnya industri game ini," pungkas Joshua.