Rabu, 29 April 2020

WHO Minta Operator Ajak 3,6 Miliar Orang Perangi Corona

Genderang perang melawan virus Corona terus digemakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Organisasi ini pun menyerukan kepada 3,6 miliar yang belum terkoneksi internet akan pentingnya kesehatan.
WHO kemudian menjalin kerja sama dengan Uni Telekomunikasi Internasional (ITU), sebuah organisasi internasional yang mengurusi regulasi radio dan telekomunikasi. Upaya WHO ini juga didukung UNICEF.

Kolaborasi ini untuk mengajak operator telekomunikasi mengirim teks informasi kesehatan terkait pandemi Corona yang saat ini sedang terjadi. Teks berupa SMS itu dikirim ke seluruh penjuru dunia.

"Tujuannya adalah untuk menjangkau semua orang terkait pentingnya kesehatan, apa paun tingkat konektivitas mereka," ujar WHO dalam pernyataan tertulisnya dikutip dari Zdnet, Rabu (29/4/2020).

"Diperkirakan 3,6 miliar orang masih offline, dengan sebagian besar orang yang tidak terhubung dan tinggal di negara berpenghasilan rendah, di mana rata-rata hanya dua dari setiap sepuluh orang yang online," tuturnya.

Pengiriman informasi kesehatan guna menjaga dari serangan COVID-19 akan dimulai di seluruh wilayah Asia-Pasifik, sebelum diperluas ke seluruh dunia.

Menurut organisasi dunia ini COVID-19 adalah pandemi pertama yang mana peran teknologi dan media sosial dapat digunakan dalam skala besar untuk menjaga orang tetap aman.

"Jaringan dan layanan telekomunikasi yang tangguh dan dapat dipercaya sangat penting, karena semakin banyak negara, perusahaan, dan individu yang beralih ke teknologi digital untuk merespon dan mengatasi dampak COVID-19," ungkapnya.

Hikmah Corona, Industri Game Indonesia Naik 20%

Selalu ada hikmah di balik musibah. Kata-kata ini sepertinya cocok menggambarkan kondisi industri game di Indonesia di tengah wabah virus Corona.
Seperti kita ketahui sejak Pandemi COVID-19 melanda Tanah Air, banyak industri terkena dampak. Beberapa bisnis terpaksa merumahkan pegawainya, malah ada yang sampai gulung tikar.

Tapi kondisi berbeda dirasakan industri gaming. Bukannya menurun karena Corona, sebaliknya malah naik.

"Menurut data yang saya dapatkan dari Asosiasi Game Indonesia, untuk pemilik game sendiri itu naik 10-20%. Kalau yang penyedia service game itu variatif, ada yang naik dan turun," ungkap Joshua Simandjuntak, PLT Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat Silahturahmi Kreatif IM3 Ooredoo x Kreatif Hub, Selasa (28/4/2020).

Sejak wabah Corona melanda orang-orang melaksanakan anjuran untuk belajar dan bekerja di rumah. Untuk menghabiskan waktu dan membuang kebosanan, mereka lampiaskan bermain game. Karenanya jumlah orang yang mengakses game melonjak drastis di berbagai negara.

Pun begitu, kata Joshua, pandemi ini tetap memukul sejumlah sektor di industri game lokal, salah satunya pengembang. Mereka tetap melanjutkan pengembangan game meski dilakukan di rumah, hanya saja keterbatasan infrastruktur menjadi kendala.

"Saya sempat tanya kalau bikin di kantor atau di rumah ada bedanya nggak, kan sama-sama depan komputer. Ternyata infrastruktur kita tidak cukup untuk mentransfer data yang besar, mungkin karena 3D render yang komplek," kata pria berkacamata ini.

Terkait masalah itu, pihak Kemenparekraf berjanji siap membantu untuk mencarikan solusi.

"Dari mereka ada permintaan untuk membantu sisi infrastruktur. Kami akan bicara ke Kominfo bagaimana mengupgrade infrastruktur-infrastruktur agar industri game bisa naik. Besar soalnya industri game ini," pungkas Joshua.

Resmi, Panggilan Video dan Suara di WhatsApp Hingga 8 Orang

 WhatsApp meresmikan fitur terbarunya, yaitu panggilan video dan suara melalui aplikasi itu bisa menyertakan sampai 8 partisipan. Sebelumnya, fitur tersebut hanya bisa dipakai sampai 4 orang. Belakangan, panggilan video memang jadi tren di tengah wabah corona.
Menurut layanan milik Facebook ini, penerapan pembatasan sosial dalam upaya pencegahan meluasnya pandemi COVID-19 beberapa minggu terakhir membuat kita beralih ke metode komunikasi virtual agar tetap selalu terhubung dengan keluarga dan sahabat.

"Alhasil, kami melihat orang di seluruh dunia makin aktif menggunakan fitur panggilan suara dan video di WhatsApp dibanding masa-masa sebelum pandemi. Panggilan grup sangat bermanfaat untuk memungkinkan pengguna berbicara dalam grup dengan mudah, terlepas dari jenis ponsel atau jaringan yang Anda gunakan," cetus WhatsApp.

"Mulai hari ini, dengan senang hati kami umumkan secara resmi bahwa kami telah menggandakan jumlah peserta yang dapat melakukan panggilan suara dan video di WhatsApp dari yang sebelumnya hanya empat orang menjadi delapan orang dalam satu panggilan," demikian pengumumannya.

Jika belum mendapatkan update, berarti tinggal menunggu waktu untuk memperoleh fitur tersebut. Cara menggunakannya pun mudah. Ikuti langkah-langkah berikut ini untuk mencobanya.

Mulai panggilan video atau suara > Tambah teman > Pilih kontak > Anda dapat berbicara dengan hingga 8 orang sekaligus di panggilan grup. Untuk mengakses pembaruan batas peserta yang lebih banyak, semua peserta dalam panggilan perlu memperbarui aplikasi ke versi terbaru yang tersedia di iPhone dan Android hari ini.

"Kami harap dengan adanya pembaruan ini, akan membantu pengguna tetap dekat dengan teman dan keluarga mereka dengan cara yang sederhana, aman, dan dapat diandalkan di tengah pandemi ini. Mari ajak teman dan keluarga Anda untuk memperbarui WhatsApp agar dapat mencoba pembaruan fitur ini," pungkas WhatsApp.

WHO Minta Operator Ajak 3,6 Miliar Orang Perangi Corona

Genderang perang melawan virus Corona terus digemakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Organisasi ini pun menyerukan kepada 3,6 miliar yang belum terkoneksi internet akan pentingnya kesehatan.
WHO kemudian menjalin kerja sama dengan Uni Telekomunikasi Internasional (ITU), sebuah organisasi internasional yang mengurusi regulasi radio dan telekomunikasi. Upaya WHO ini juga didukung UNICEF.

Kolaborasi ini untuk mengajak operator telekomunikasi mengirim teks informasi kesehatan terkait pandemi Corona yang saat ini sedang terjadi. Teks berupa SMS itu dikirim ke seluruh penjuru dunia.

"Tujuannya adalah untuk menjangkau semua orang terkait pentingnya kesehatan, apa paun tingkat konektivitas mereka," ujar WHO dalam pernyataan tertulisnya dikutip dari Zdnet, Rabu (29/4/2020).

"Diperkirakan 3,6 miliar orang masih offline, dengan sebagian besar orang yang tidak terhubung dan tinggal di negara berpenghasilan rendah, di mana rata-rata hanya dua dari setiap sepuluh orang yang online," tuturnya.

Pengiriman informasi kesehatan guna menjaga dari serangan COVID-19 akan dimulai di seluruh wilayah Asia-Pasifik, sebelum diperluas ke seluruh dunia.

Menurut organisasi dunia ini COVID-19 adalah pandemi pertama yang mana peran teknologi dan media sosial dapat digunakan dalam skala besar untuk menjaga orang tetap aman.

"Jaringan dan layanan telekomunikasi yang tangguh dan dapat dipercaya sangat penting, karena semakin banyak negara, perusahaan, dan individu yang beralih ke teknologi digital untuk merespon dan mengatasi dampak COVID-19," ungkapnya.