Rabu, 29 April 2020

Jusuf Kalla: Aturan Penanganan Corona Simpang Siur Tak Jelas

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai sejumlah aturan penanganan virus corona (Covid-19) oleh pemerintah simpang siur dan tidak jelas. JK juga menyebut pandemi virus corona berpotensi menimbulkan krisis ekonomi. Bahkan dia menyebut bisa lebih parah dari krisis 1998 silam.

Hal ini disampaikan JK dalam wawancara dengan reporter CNNIndonesia TV Noor Aspasia. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana evaluasi PSBB menurut Anda?


PSBB adalah suatu upaya dari prinsip pokok, tinggal di rumah saja, jangan bersentuhan dengan orang yang kena atau tidak kena, itu semua. Maka harus dilakukan dengan aturan dan tercermin dari PSBB, pengetatan PSBB karena tidak ada sanksi tegas hanya imbauan maka jadi tidak efektif.

Akibatnya seperti kita tahu tidak memberikan dampak yang luas, pemerintah harus lebih tegas lagi memberikan sanksi dari yang melanggar aturan-aturan itu.

Apakah koordinasi pemerintah pusat dan daerah sudah cukup sinergis?

Secara aturan dan perintah, aturannya juga masih simpang siur, kadang-kadang jadi tidak jelas, harus terkoordinasi lagi. Ada tiga hal pokok: satu, waktu terbatas, karena semakin lama dan waktu kita terbatas. Selanjutnya ada koordinasi. Walau ada satgas dan gugus tugas, tapi tidak mudah melakukannya.

Kemudian yang terakhir itu logistik. Kalau labnya kurang, orang-orangnya kurang, rumah sakit tidak mencukupi, APD kurang, obat-obat kurang, jadi susah dengan mempertimbangkan waktu, logistik, koordinasi, dan orang-orang yang memiliki keahlian.

(Berkenaan dengan hal ini, Presiden Jokowi, Mendagri Tito Karnavian serta Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sudah mengatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah solid dalam menanggulangi virus corona. Tidak ada hambatan dalam bersinergi satu sama lain)

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pernah menyatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah solid dalam menanggulangi virus corona Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pernah menyatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah solid dalam menanggulangi virus corona (Dok. Puspen Kementerian Dalam Negeri)
Menurut Anda, apakah penanganan sudah terbilang cepat?

Cepat itu bisa dilihat daripada tren. Kalau kita lihat yang cepat itu Taiwan dan Korea. Dalam dua bulan mereka kontrol itu, segala aspek harus diperhitungkan. Kita harus pilih opsi-opsi yang ada walau berisiko.

Pendekatan lembut dengan melarang ke mana-mana tentu rakyat akan lebih senang. Jadi pilihannya apa, semua para ahli hanya dua yang pokok, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, dan tidak bertemu banyak orang.

Itu akan menghentikan penyebaran. Nah, ditambah lagi karena ini tidak tahu di mana virus ini. Harus besar-besaran semprot ini. Kalau dulu flu burung, sumbernya dari ayam, ayam yang unsur ada merahnya kita musnahkan.

Pemerintah bayar dan ini tidak, saat itu saya yang pimpin. Kalau ini obatnya tidak tahu, vaksinnya juga tidak tahu.

Bagaimana dengan larangan mudik?

Ini dilema, cuma kesadaran dan ketegasan, tidak bisa hanya dari mengimbau. Kita bersyukur ada larangan mudik, walau sudah diminta lama. Kenapa tidak pakai penjelasan lagi, kalau yang datang dari Jakarta harus isolasi 14 hari. Kan mudik 7-10 hari, tapi kalau mudik terus isolasi apa gunanya mudik?

Ka'bah Disterilkan dengan Teknologi Ozon, Seperti Apa Bentuknya?

Pandemi virus corona mengharuskan tiap negara berusaha maksimal melakukan pencegahan penularan COVID-19. Hal ini dilakukan Pemerintah Saudi dengan menjaga kebersihan Ka'bah yang terletak di Masjidil Haram, Mekah.
Dalam tweet yang diunggah Saudi Press Agency di @SPAregions, Presiden Umum Urusan Masjid Agung dan Masjid Nabi di Mekah dan Medina, Arab Saudi, Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais ikut serta dalam sterilisasi Ka'bah. Dia tampak menggunakan teknologi baru untuk membersihkan kiblat seluruh muslim saat sholat.

"Presiden Umum Dua Masjid Suci meluncurkan teknologi sterilisasi baru (Ozon Tech)," tulis kantor berita SPA dalam Twitternya dipantau detikINET pada Rabu (29/4/2020).

Ozon tech atau teknologi ozon yang digunakan untuk membersihkan Ka'bah ternyata bukan metode baru dalam sterilisasi. Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC, ozon menjadi salah satu metode dalam panduan disinfeksi dan sterilisasi fasilitas kesehatan.

Partikel ozon sebelumnya digunakan sebagai dalam usaha disinfeksi air minum selama beberapa tahun. Ozon berasal dari oksigen yang diberi energi tambahan hingga molekulnya terpisah. Molekul tersebut kemudian menempel pada yang masih berpasangan hingga menjadi O3.

Hasilnya Ozon adalah oksigen dengan molekul O tambahan yang tidak terikat dengan kuat. Tambahan O ini siap menempel dan menimbulkan reaksi oksidasi pada molekul lain. Reaksi inilah yang kemudian membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang merugikan kesehatan. Namun ozon atau trioksigen untuk sterilisasi ini bersifat sangat tidak stabil.

Sterilisasi dengan ozon disahkan FDA pada Agustus 2003 untuk membersihkan peralatan medis yang digunakan ulang. Penggunaan sterilisasi ozon terbukti efektif digunakan pada berbagai bahan peralatan medis yaitu stainless steel, titanium, anodized aluminum, keramik, kaca, silica, PVC, Teflon, silikon, polypropylene, polyethylene, dan acrylic.

Penggunaan ozon untuk sterilisasi yang mencegah penyebaran virus corona, telah direkomendasikan profesor Zhou Muzhi ketua Cloud River Urban Research Institute. Tulisan ini diunggah di situs China.org.cn.

Menurut Muzhi, ada tiga alasan yang menyebabkan ozon sebaiknya digunakan dalam usaha sterilisasi. Alasan pertama adalah molekul ozon bisa menjangkau seluruh wilayah tanpa kecuali. Ozon yang diproduksi ozone generators atau electrostatic air purifiers mampu membersihkan hingga area yang tersembunyi. Kelebihan ini tidak dimiliki sinar ultraviolet yang pergerakannya terbatas, sehingga menyisakan tempat yang belum disterilisasi.

Kelebihan lain adalah tidak menyisakan zat beracun yang berbahaya bagi lingkungan sekitar. Ozon berbeda dengan cairan pembersih kimia dengan efek samping yang mungkin berbahaya. Dampak negatif tersebut tak hanya ditimbulkan cairan pembersih, tapi juga residu yang dihasilkan dari reaksi kimia. Penggunaan zat kimia berbahaya untuk sterilisasi, kini harus mulai diperhatikan dampaknya di tengah pandemi COVID-19 yang belum selesai.

Penggunaan ozon untuk sterilisasi juga dinilai nyaman bagi masyarakat umum atau pekerja medis. Ozon dihasilkan alat yang penggunaannya sangat praktis sesuai kebutuhan masyarakat. Untuk kamar atau tempat tinggal, bisa digunakan ozone generators dengan kapasitas terbatas. Sedangkan untuk fasilitas umum atau transportasi bisa digunakan ozon generators berkapasitas lebih besar.