Sabtu, 02 Mei 2020

Kisah Relawan Perawat Jalani Puasa Sambil Rawat Pasien Corona

Perjuangan para petugas medis di garda terdepan dalam melawan virus Corona COVID-19 ini kembali diuji. Tak hanya harus berjuang merawat pasien, mereka juga harus berusaha menjalankan ibadah puasa di kondisi sulit.
Yuni, salah satu perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Persahabatan pun merasakan bagaimana berjuang merawat pasien virus Corona memakai alat pelindung diri (APD) lengkap sambil menjalankan ibadah puasa.

"Ya biasa saja sih, dinikmati saja. Pasti lemas lah, biasanya kita kalau habis selesai ini tuh kita minum banyak," jelas Yuni saat dihubungi detikcom, Sabtu (2/5/2020).

"Tapi, karena puasa ini ya mau nggak mau ya selesai mandi, paling tiduran atau istirahat saja," lanjutnya

Disinggung soal waktu istirahat, Yuni mengungkapkan ia dan teman-temannya boleh berada di dalam ruang ICU tempatnya bekerja selama maksimal tiga jam. Setelah itu, akan berganti shift dengan teman lainnya.

Dalam satu shift, terdapat lima orang perawat yang merawat pasien COVID-19. Jika dijumlahkan, dalam sehari 24 jam penuh ada 13-15 perawat yang siaga setiap harinya.

Ilmuwan Korsel Sebut Pasien Virus Corona Tidak Bisa Kambuh Lagi

Para ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea Selatan, mengungkapkan bahwa seseorang yang telah sembuh dari virus Corona COVID-19 tidak bisa kambuh lagi atau virus kembali aktif. Menurut mereka, laporan sebelumnya yang menyebut ada kasus pasien yang sembuh kembali terindikasi positif karena adanya kesalahan saat pengujian.
Ada laporan sebanyak 277 pasien Corona yang sembuh di Korea Selatan (Korsel) kembali positif. Hal ini memunculkan kekhawatiran mengatakan virus tersebut bisa bermutasi dengan cepat, sehingga sistem imunitas tidak bisa mencegahnya.

Tetapi, hal itu belum bisa dibuktikan. Ini karena belum ada penelitian yang menemukan adanya perubahan substansial hingga bisa menyamarkan virus tersebut dari sistem kekebalan tubuh.

CDC Korea Selatan mengungkapkan bahwa hasil tes pasien yang diduga kambuh itu adalah hasil positif palsu. Hal ini terjadi karena tes yang digunakan tidak bisa membedakan antara jejak virus masih hidup dan yang sudah mati di dalam tubuh.

Dikutip dari Sky, CDC juga menambahkan bahwa virus Corona tidak seperti HIV dan cacar air. Virus Corona tidak bisa menembus inti sel manusia, bertahan di dalam sana selama bertahun-tahun hingga akhirnya aktif atau kambuh lagi.

"Ini berarti virus Corona tidak menyebabkan infeksi kronis atau kambuh," kata Ketua komite CDC Korsel Dr Oh Myoung-don.

Bagaimana Pendarahan Lambung Bisa Sebabkan Kematian? Ini Penjelasan Dokter

Mantan bassist Dewa 19, Erwin Prasetya, dikabarkan meninggal dunia pada hari Sabtu (2/5/2020) karena pendarahan lambung. Pengamat musik Bens Leo mengatakan Erwin sempat dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.
"Iya (meninggal), subuh tadi. Dia pendarah di lambung dan sempat turun kesadaran," ujar Bens.

Bagaimana pendarahan di lambung bisa berakhir fatal?

Ahli penyakit dalam dr Indra Wijaya, SpPD-KEMD, MKes, FINASIM, dari RS Premier Bintaro menjelaskan bisa saja pendarahan ini awalnya kecil. Namun, karena tidak disadari kondisi semakin parah hingga akhirnya luka membesar menyebabkan syok.

"Bisa ga ketahuan jika lukanya kecil tapi terjadi pendarahan terus yang tidak disadari. Pada akhirnya lemas dan sudah dalam kondisi drop yang harus segera ditangani," kata dr Indra saat dihubungi detikcom, Sabtu (2/5/2020).

Ahli pencernaan Profesor Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menjelaskan kejadian pendarahan lambung sebagai kondisi darurat. Ia menyebut data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menunjukkan sekitar 10 persen pasien yang mengalami pendarahan lambung meninggal dunia.

"Oleh karena itu penyakit ini penyakit emergensi. Harus ada penanganan segera, transfusi dan dicari penyebabnya apa. Bisa dilakukan endoskopi kalau emang perlu tindakan, bahkan kalau perlu operasi gitu," kata Prof Ari dihubungi terpisah.

Menurut para ahli kondisi pendarahan lambung ini bisa disebabkan karena tukak lambung, varises, tumor, hingga efek obat-obatan.

Update Corona di Indonesia 2 Mei: 10.843 Positif, 1.665 Sembuh, 831 Meninggal

Jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Sabtu (2/5/2020), tercatat 10.843 kasus positif, 1.665 sembuh, dan 831 meninggal.
"Sampai saat ini spesimen yang telah diperiksa sebanyak 17.943 spesimen dari sekitar 79.868 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, Sabtu (2/5/2020).

Jumlah kasus terkonfirmasi positif bertambah 292 sehingga secara akumulatif menjadi 10.843 kasus.

Pasien yang dalam dua kali pemeriksaan mendapat hasil negatif dan dinyatakan sembuh bertambah 74 kasus menjadi 1.665.

Kasus meninggal dunia mengalami penambahan 31 kasus menjadi 831 kasus.

Kisah Relawan Perawat Jalani Puasa Sambil Rawat Pasien Corona

Perjuangan para petugas medis di garda terdepan dalam melawan virus Corona COVID-19 ini kembali diuji. Tak hanya harus berjuang merawat pasien, mereka juga harus berusaha menjalankan ibadah puasa di kondisi sulit.
Yuni, salah satu perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Persahabatan pun merasakan bagaimana berjuang merawat pasien virus Corona memakai alat pelindung diri (APD) lengkap sambil menjalankan ibadah puasa.

"Ya biasa saja sih, dinikmati saja. Pasti lemas lah, biasanya kita kalau habis selesai ini tuh kita minum banyak," jelas Yuni saat dihubungi detikcom, Sabtu (2/5/2020).

"Tapi, karena puasa ini ya mau nggak mau ya selesai mandi, paling tiduran atau istirahat saja," lanjutnya

Disinggung soal waktu istirahat, Yuni mengungkapkan ia dan teman-temannya boleh berada di dalam ruang ICU tempatnya bekerja selama maksimal tiga jam. Setelah itu, akan berganti shift dengan teman lainnya.

Dalam satu shift, terdapat lima orang perawat yang merawat pasien COVID-19. Jika dijumlahkan, dalam sehari 24 jam penuh ada 13-15 perawat yang siaga setiap harinya.

Ilmuwan Korsel Sebut Pasien Virus Corona Tidak Bisa Kambuh Lagi

Para ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea Selatan, mengungkapkan bahwa seseorang yang telah sembuh dari virus Corona COVID-19 tidak bisa kambuh lagi atau virus kembali aktif. Menurut mereka, laporan sebelumnya yang menyebut ada kasus pasien yang sembuh kembali terindikasi positif karena adanya kesalahan saat pengujian.
Ada laporan sebanyak 277 pasien Corona yang sembuh di Korea Selatan (Korsel) kembali positif. Hal ini memunculkan kekhawatiran mengatakan virus tersebut bisa bermutasi dengan cepat, sehingga sistem imunitas tidak bisa mencegahnya.

Tetapi, hal itu belum bisa dibuktikan. Ini karena belum ada penelitian yang menemukan adanya perubahan substansial hingga bisa menyamarkan virus tersebut dari sistem kekebalan tubuh.

CDC Korea Selatan mengungkapkan bahwa hasil tes pasien yang diduga kambuh itu adalah hasil positif palsu. Hal ini terjadi karena tes yang digunakan tidak bisa membedakan antara jejak virus masih hidup dan yang sudah mati di dalam tubuh.

Dikutip dari Sky, CDC juga menambahkan bahwa virus Corona tidak seperti HIV dan cacar air. Virus Corona tidak bisa menembus inti sel manusia, bertahan di dalam sana selama bertahun-tahun hingga akhirnya aktif atau kambuh lagi.

"Ini berarti virus Corona tidak menyebabkan infeksi kronis atau kambuh," kata Ketua komite CDC Korsel Dr Oh Myoung-don.