Data dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) mengungkap prediksi akhir dari wabah Corona di sejumlah negara. Indonesia sebelumnya diprediksi selesai pada 6 Juni menurut data SUTD yang dimuat pada Sabtu (25/4/2020).
Namun, kini terdapat perubahan prediksi yang diperbaharui SUTD pada Minggu (3/5/2020). Wabah Corona di Indonesia yang sebelumnya diprediksi selesai di 6 Juni kini bergeser menjadi 23 September 2020.
Dibandingkan dengan negara tetangga, data SUTD menunjukkan Singapura akan lebih dulu mengakhiri wabah Corona yaitu pada 12 Juni 2020. Sedangkan Malaysia menyusul mengakhiri wabah Corona di 16 Juli 2020.
Data yang dimuat dalam laman web SUTD 'When Will COVID-19 End' ini menggunakan artificial intelligence (AI) yang berbasis pada model matematika tipe susceptible-infected-recovered (SIR). Model SIR ini diregresikan dengan data dari berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi dan memperkirakan kapan pandemi tersebut akan berakhir di masing-masing negara dan dunia, dengan kode dari Milan Batista dan data terbaru yang dihimpun dari Our World in Data.
"Situs ini menyajikan proyek penelitian independen, tidak didanai oleh lembaga apa pun, dan tidak terikat pada perusahaan, pemerintah, atau partai politik mana pun. Kami menerima bila ada masukan yang sangat besar, feedback, saran, dan dukungan dari orang-orang dan komunitas di dunia yang memungkinkan untuk perbaikan berkelanjutan dari penelitian ini," tulis situs SUTD.
Selain itu disebutkan, data prediksi tersebut hanya ditujukan untuk penelitian dan pendidikan, sehingga sangat mungkin jika terdapat kesalahan. Maka dari itu para pembaca dihimbau agar berhati-hati saat melihat prediksi tersebut.
"Prediksi pada dasarnya tidak pasti. Pembaca harus mengambil prediksi apa pun dengan hati-hati. Optimis yang berlebihan berdasarkan perkiraan tanggal akhir adalah berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, dan harus dihindari," lanjut keterangan dalam situs SUTD.
4 Fakta Henti Jantung Seperti Dialami Didi Kempot Saat Meninggal
Berita duka kembali datang dari dunia hiburan Tanah Air. Penyanyi senior campursari, Didi Kempot, meninggal dunia pada hari ini, Selasa (5/5/2020). Henti jantung disebut menjadi penyebab sang maestro meninggal dunia di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.
Menurut Asisten Manajer Humas RS Kasih Ibu, Divan Fernandez, Didi masuk ke rumah sakit pada pukul 07.25 WIB dalam keadaan kondisi sudah tidak sadar, yang kemudian diarahkan ke instalasi gawat darurat (IGD). Meski sudah diberikan tindakan medis, tapi nyawanya tak terselamatkan.
"Tiba di IGD pagi ini pukul 07.25, kondisi tidak sadar, henti jantung, henti nafas. Dilakukan tindakan resusitasi, namun pasien tidak tertolong. ," kata Divan pada detikcom Selasa (5/5/2020).
Dikaitkan dengan meninggalnya Didi Kempot, berikut beberapa fakta tentang henti jantung dari berbagai sumber.
1. Henti jantung berbeda dengan serangan jantung
Henti jantung tidak sama dengan serangan jantung. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung tersumbat.
Seseorang yang mengalami serangan jantung masih berbicara dan bernapas. Sehingga orang yang mengalami serangan jantung tidak membutuhkan CPR tetapi mereka harus segera pergi ke rumah sakit.
Namun, serangan jantung yang tidak diberikan penanganan lanjut dapat meningkatkan risiko terkena henti jantung
2. Berikan pertolongan pertama
Saat terjadi henti jantung, pertolongan pertama harus segera diberikan pada korban. dr Dafsah Juzar, SpJP, dokter spesialis jantung sekaligus kepala staff medis emergency dan ICCU RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita mengatakan, jika henti jantung tidak segera dikompresi, suplai oksigen oleh darah ke otak akan terhenti. Dalam waktu dua menit saja, kondisi ini akan menimbulkan kerusakan otak.
"Lalu kalau jantung dan organ lain tidak dapat oksigen darah bersih, itu asam tubuh akan tinggi dan akan menyebabkan organ itu tidak bisa berfungsi. Rata-rata waktu krusial untuk beri pertolongan pertama itu 2 sampai 5 menit. Kalau lewat dari itu, biasanya jantung tidak bisa lagi kembali," tegas dr Dafsah beberapa waktu lalu.