Rabu, 06 Mei 2020

Corona di Indonesia Beda dari Tiga Tipe Utama di Dunia, Apa Dampaknya?

Virus Corona COVID-19 di Indonesia disebut berbeda dari tiga tipe utama dunia. Perbedaan tipe ini dijelaskan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro akibat virus sudah bermutasi.
"Ya. Dia beradaptasi, maka secara random dia bermutasi," kata Amin pada detikcom beberapa waktu lalu.

Mutasi adalah hal wajar bagi virus. Ini karena setiap virus menginfeksi sel maka akan ada kemungkinan 'kecacatan' dalam proses replikasi yang membuat genetiknya berbeda dari semula.

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang meneliti genetik virus Corona dari tiga sampel pasien positif di Indonesia membagikan analisis salah satu penelitinya, Pradiptajati Kusuma. Pada intinya belum diketahui pasti apakah mutasi ini berdampak terhadap kemampuan virus.

"Perlu dipelajari bagaimana mutasi ini berakibat pada struktur protein virus tersebut dan fungsinya. Apakah mengubah fungsi atau tidak," tulis Pradiptajati seperti dikutip dari halaman Facebook Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada Rabu (6/5/2020).

Eijkman menyebut studi genetik virus Corona COVID-19 di Indonesia ini bisa bermanfaat terhadap proses pengembangan vaksin dan obat antivirus.

Dugaan Kasus Pertama Virus Corona di China Terdeteksi pada November 2019

Seseorang berusia 55 tahun dari provinsi Hubei, China, diduga adalah orang pertama yang tertular COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru yang telah menyebar di seluruh dunia. Penelusuran media South China Morning Post menemukan kasus awal tersebut terdeteksi pada 17 November 2019.
Mereka menemukan bahwa setelah kasus 17 November, sekitar satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari dan pada 15 Desember, total infeksi mencapai 27. Kasus harian tampaknya telah meningkat setelah itu, dengan jumlah kasus mencapai 60 pada 20 Desember.

Pada 27 Desember, Dr Zhang Jixian, kepala departemen pernapasan di Rumah Sakit Provinsi Hubei, melaporkan kepada pejabat kesehatan di China bahwa virus corona baru yang menyebabkan penyakit COVID-19; pada hari itu, telah menginfeksi lebih dari 180 orang.

Meski dengan adanya kasus pasien 17 November yang teridentifikasi, dokter belum bisa memastikan apakah ia adalah 'patient zero' atau manusia pertama yang terinfeksi SARS-CoV-2 dan adal kemungkinan bahwa kasus lebih awal akan ditemukan.

Dari sembilan kasus pertama yang dilaporkan pada bulan November, empat pria dan lima wanita, tidak ada yang dikonfirmasi sebagai 'patient zero'. Mereka semua berusia antara 39 dan 79 tahun, tetapi tidak diketahui berapa banyak penduduk Wuhan yang saat itu juga telah terinfeksi.

Pihak berwenang sejauh ini mengidentifikasi setidaknya ada 266 orang yang terinfeksi tahun lalu. Beberapa kasus dikasi setelah otoritas kesehatan menguji spesimen dari pasien terduga COVID-19.

Penemuan tersebut sebulan lebih awal dari catatan dokter di Wuhan, China, yang menyebut penyebaran virus corona terjadi pada akhir Desember 2019. Saat itu pihak berwenang mencurigai COVID-19 berasal dari sesuatu yang dijual di pasar basah Wuhan. Namun sekarang jelas bahwa beberapa orang yang terinfeksi tidak memiliki koneksi atau tak pernah berkunjung ke pasar, salah satunya pada pasien yang sakit pada 1 Desember 2019.

Peneliti mencurigai SARS-CoV-2, yang berasal dari kelelawar, melompat ke hewan lain, mungkin trenggiling, yang kemudian menularkannya ke manusia. Sekarang, dokter dan ilmuwan berusaha melacak asal virus untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyebarannya. Jika, misalnya, dokter dapat menemukan kasus paling awal, mereka mungkin dapat mengidentifikasi hewan inang tempat virus bersembunyi.

Menhub Izinkan Transportasi ke Luar Daerah, Bakal Perpanjang Wabah Corona?

Pemerintah akan kembali memberi izin operasi untuk berbagai transportasi mengangkut penumpang ke luar daerah. Hal ini dilakukan setelah larangan operasi transportasi diberlakukan dalam mencegah mudik.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa hal ini bukan relaksasi ataupun kelonggaran, melainkan penjabaran Permen 25 tahun 2020 soal pengaturan transportasi saat Mudik Lebaran.

"Intinya adalah penjabaran, bukan relaksasi lho ya, artinya dimungkinkan semua moda angkutan, baik udara, kereta api, laut, bus, untuk kembali beroperasi dengan catatan satu harus mentaati protokol kesehatan," jelas Budi Karya dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR, Rabu (6/5/2020).

Menurut Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, hal tersebut akan sangat berdampak terhadap peningkatan penyebaran virus Corona COVID-19 di Indonesia.

"Kalau nggak di-skirining dulu penumpangnya pasti akan terjadi peningkatan penularan, baik dari manapun mereka pasti akan tertular atau menularkan," ungkap Dr Tri saat dihubungi detikcom Rabu (6/5/2020).

"Kalau mau buka di transportasi harus dengan skrining yang baik, apabila hasil rapid test yang negatif boleh jalan begitu, kalau nggak diskrining seperti itu ya dampak penularannya bisa terjadi, maupun lewat dara, transportasi laut, maupun lewat udara, itu bisa terjadi," tanggapnya.

Meski nantinya dilakukan protokol kesehatan, Dr Tri menilai hal tersebut tidak berpengaruh pada menghindari potensi penyebaran virus Corona di Indonesia saat ini.

"Ya paling pakai masker dan jaga jarak, itu tidak menjamin penularan di tempat tujuan dan di perjalanan, kalau di perjalanan oke lah, tapi kalau di tempat tujuan kan tidak ada yang menjamin, selama perjalanan tidak dijamin," lanjut dr Tri.

"Jadi kalau sewaktu-waktu buka masker, mengobrol dengan penumpang lain, itu kan tidak menjamin kalau tidak patuh harus dilakukan apa, apa sanksinya, begitu," katanya.

Selain itu hal ini menurutnya sangat bertentangan dengan aturan presiden terkait larangan mudik demi mencegah penyebaran virus Corona di Indonesia. "Kan juga kalau itu dibiarkan akan bertentangan dengan larangan mudik, harusnya menterinya juga berhubungan, kalau kemudian ini bertentangan ya harusnya dikaji," kata dr Tri.

Ditambah lagi izin tersebut akan memperpanjang prediksi dari akhir wabah Corona yang semula dibuat. "Pasti akan memperpanjang, karena apapun perpindahan penduduk ini membuat panjang wabah di Indonesia," pungkasnya.

Corona di Indonesia Beda dari Tiga Tipe Utama di Dunia, Apa Dampaknya?

Virus Corona COVID-19 di Indonesia disebut berbeda dari tiga tipe utama dunia. Perbedaan tipe ini dijelaskan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro akibat virus sudah bermutasi.
"Ya. Dia beradaptasi, maka secara random dia bermutasi," kata Amin pada detikcom beberapa waktu lalu.

Mutasi adalah hal wajar bagi virus. Ini karena setiap virus menginfeksi sel maka akan ada kemungkinan 'kecacatan' dalam proses replikasi yang membuat genetiknya berbeda dari semula.

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang meneliti genetik virus Corona dari tiga sampel pasien positif di Indonesia membagikan analisis salah satu penelitinya, Pradiptajati Kusuma. Pada intinya belum diketahui pasti apakah mutasi ini berdampak terhadap kemampuan virus.

"Perlu dipelajari bagaimana mutasi ini berakibat pada struktur protein virus tersebut dan fungsinya. Apakah mengubah fungsi atau tidak," tulis Pradiptajati seperti dikutip dari halaman Facebook Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada Rabu (6/5/2020).

Eijkman menyebut studi genetik virus Corona COVID-19 di Indonesia ini bisa bermanfaat terhadap proses pengembangan vaksin dan obat antivirus.