Virus Corona COVID-19 di Indonesia disebut berbeda dari tiga tipe utama dunia. Perbedaan tipe ini dijelaskan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro akibat virus sudah bermutasi.
"Ya. Dia beradaptasi, maka secara random dia bermutasi," kata Amin pada detikcom beberapa waktu lalu.
Mutasi adalah hal wajar bagi virus. Ini karena setiap virus menginfeksi sel maka akan ada kemungkinan 'kecacatan' dalam proses replikasi yang membuat genetiknya berbeda dari semula.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang meneliti genetik virus Corona dari tiga sampel pasien positif di Indonesia membagikan analisis salah satu penelitinya, Pradiptajati Kusuma. Pada intinya belum diketahui pasti apakah mutasi ini berdampak terhadap kemampuan virus.
"Perlu dipelajari bagaimana mutasi ini berakibat pada struktur protein virus tersebut dan fungsinya. Apakah mengubah fungsi atau tidak," tulis Pradiptajati seperti dikutip dari halaman Facebook Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada Rabu (6/5/2020).
Eijkman menyebut studi genetik virus Corona COVID-19 di Indonesia ini bisa bermanfaat terhadap proses pengembangan vaksin dan obat antivirus.
Dugaan Kasus Pertama Virus Corona di China Terdeteksi pada November 2019
Seseorang berusia 55 tahun dari provinsi Hubei, China, diduga adalah orang pertama yang tertular COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru yang telah menyebar di seluruh dunia. Penelusuran media South China Morning Post menemukan kasus awal tersebut terdeteksi pada 17 November 2019.
Mereka menemukan bahwa setelah kasus 17 November, sekitar satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari dan pada 15 Desember, total infeksi mencapai 27. Kasus harian tampaknya telah meningkat setelah itu, dengan jumlah kasus mencapai 60 pada 20 Desember.
Pada 27 Desember, Dr Zhang Jixian, kepala departemen pernapasan di Rumah Sakit Provinsi Hubei, melaporkan kepada pejabat kesehatan di China bahwa virus corona baru yang menyebabkan penyakit COVID-19; pada hari itu, telah menginfeksi lebih dari 180 orang.
Meski dengan adanya kasus pasien 17 November yang teridentifikasi, dokter belum bisa memastikan apakah ia adalah 'patient zero' atau manusia pertama yang terinfeksi SARS-CoV-2 dan adal kemungkinan bahwa kasus lebih awal akan ditemukan.
Dari sembilan kasus pertama yang dilaporkan pada bulan November, empat pria dan lima wanita, tidak ada yang dikonfirmasi sebagai 'patient zero'. Mereka semua berusia antara 39 dan 79 tahun, tetapi tidak diketahui berapa banyak penduduk Wuhan yang saat itu juga telah terinfeksi.
Pihak berwenang sejauh ini mengidentifikasi setidaknya ada 266 orang yang terinfeksi tahun lalu. Beberapa kasus dikasi setelah otoritas kesehatan menguji spesimen dari pasien terduga COVID-19.
Penemuan tersebut sebulan lebih awal dari catatan dokter di Wuhan, China, yang menyebut penyebaran virus corona terjadi pada akhir Desember 2019. Saat itu pihak berwenang mencurigai COVID-19 berasal dari sesuatu yang dijual di pasar basah Wuhan. Namun sekarang jelas bahwa beberapa orang yang terinfeksi tidak memiliki koneksi atau tak pernah berkunjung ke pasar, salah satunya pada pasien yang sakit pada 1 Desember 2019.
Peneliti mencurigai SARS-CoV-2, yang berasal dari kelelawar, melompat ke hewan lain, mungkin trenggiling, yang kemudian menularkannya ke manusia. Sekarang, dokter dan ilmuwan berusaha melacak asal virus untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyebarannya. Jika, misalnya, dokter dapat menemukan kasus paling awal, mereka mungkin dapat mengidentifikasi hewan inang tempat virus bersembunyi.