Kebocoran tangki pabrik gas kimia LG Polymers asal Korea Selatan di Visakhapatnam, India menewaskan 11 orang pada Kamis (7/5). Ratusan orang lainnya terluka, namun sudah mendapat perawatan di rumah sakit.
Menteri Industri, Perdagangan, dan Teknologi Informasi Negara Bagian Andhra Pradesh India, Mekapati Goutham Reddy memperkirakan hampir 1.000 orang yang terpapar langsung gas yang bocor, di mana sekitar 20 persen sampai 25 persen kritis lalu dilarikan ke rumah sakit.
Menurut Reddy, orang-orang yang terpapar gas merupakan mereka yang tinggal di sekitar pabrik.
"Sebagian besar orang mati saat tengah mengemudi dan berdiri di teras di luar rumah mereka. Lalu mereka kehilangan kesadaran dan jatuh di tempat, sementara yang lain jatuh pingsan ketika sedang tidur," kata Reddy, seperti dikutip dari CNN, Kamis (7/5).
Pejabat Pasukan Respons Bencana Nasional (National Disaster Response Force/NDRF) Kamal Kishore mengatakan pasukan NDRF langsung terjun ke tempat kejadian lengkap dengan alat pelindung diri (APD). Pasukan perlu waktu sekitar setengah jam untuk masuk dan melakukan evakuasi akibat gas yang terlalu menyengat.
Secara total, otoritas setempat memperkiraan ada 10 ribu orang yang terdampak penyebaran gas dari kebocoran tangki. Ada 5.000 orang yang sudah dievakuasi.
"Secara keseluruhan situasinya terkendali. Sekarang situasinya adalah rehabilitasi dan perawatan," kata Direktur Jenderal NDRF Satya Pradhan.
Kronologi
Reddy mengatakan kebocoran berasal dari tangki penyimpanan dengan bahan kimia yang sudah berubah menjadi gas pada Kamis dini hari waktu setempat. Hal ini diketahui oleh sejumlah pekerja yang tengah melakukan pemeriksaan, perawatan, dan pengukuran produksi rutin di pabrik.
"Mereka segera bekerja untuk menetralkan bahan kimia dan telah menutup pabrik dalam waktu satu jam," ungkap Reddy.
Alarm kebocoran dinyalakan, namun tidak bisa menolong. Gas telah menyebar dan melukai pekerja hingga masyarakat di sekitar pabik.
Lihat juga: Kronologi Empat ABK WNI Meninggal di Kapal Milik China
Pejabat lokal Vishakhapatnam, Tej Bharath mengatakan hasil identifikasi menyatakan gas yang bocor adalah jenis Styrene. Jenis yang mudah terbakar dan biasa digunakan untuk produksi polystyrene, fiberglass, karet, dan lateks.
"Ketika kami tiba di tempat itu banyak orang terbaring di tanah tak sadarkan diri dan kami mengevakuasi sekitar 1.000 orang dan membawa mereka ke rumah sakit," ujarnya.
Sementara pejabat bidang komunikasi perusahaan mengatakan alarm pabrik hanya akan memberi peringatan bila Styrene mentah bocor dalam bentuk cair. Namun, kebocoran ternyata berbentuk gas.
Lihat juga: Menlu: 14 ABK WNI Kapal China Akan Dipulangkan 8 Mei
Perusahaan pun tidak bisa menjelaskan mengapa cairan kimia itu berubah bentuk menjadi gas. "Itu adalah sesuatu yang perlu kita selidiki," katanya.
Dalam pernyataan berbeda kepada CNN, perusahaan menyatakan sudah mengambil langkah-langkah perhitungan untuk melindungi warga yang terdampak kebocoran. Namun, perusahaan memastikan saat ini kebocoran sudah terkendali dan para korban sudah mendapat perawatan.
"(Kami) saat ini sedang menilai situasi kerusakan warga kota setempat dan sedang mengambil langkah-langkah maksimum yang diperlukan untuk melindungi penduduk dan karyawan bersama-sama dengan organisasi terkait," tulis pernyataan perusahaan.
"Kebocoran gas pabrik saat ini sudah terkendali. Kebocoran gas dapat menyebabkan muntah dan pusing akibat menghirup. (Kami) sedang mencari semua langkah sehingga perawatan terkait dapat dilakukan dengan cepat," tambah pernyataan itu.
Evakuasi Massal
Direktur All India Institute of Medical Sciences Randeep Guleria menilai otoritas perlu melakukan evakuasi massal terhadap warga yang terdampak kebocoran gas. Itu dilakukan karena bisa membahayakan warga.
"Tidak ada obat penawar khusus untuk membalikkan efek Styrene. Pengobatan itu tetap terutama mendukung. Individu harus dikeluarkan dari area yang terpapar," katanya.
Sementara Perdana Menteri India Narendra Modi menyatakan pemerintah masih terus memantau perkembangan insiden kebocoran. Selain itu, pemerintah juga tengah menyiapkan langkah-langkah penanganan.
"Saya berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan semua orang di Visakhapatnam," tuturnya.
Sampai saat ini, pemerintah memperkirakan para korban perlu diberi biaya kompensasi senilai US$131 ribu per keluarga. Biaya ini perlu dikucurkan oleh perusahaan dan pemerintah memberi tambahan subsidi.